XIV

Mila terlihat sangat kelelahan. Semalam, hanya dia yang merawat Sya. Nyonya Ken sibuk dengan pekerjaanya, sementara Arda memilih menemani Aila di luar.

Beberapa kali Jovi datang dan berniat membantu Mila. Hanya saja Mila terus menggeleng. Dia sudah tahu niat suaminya itu. Bukan hanya sekali, tapi sudah beberapa kali Jovi selingkuh di belakang Mila.

Pagi itu, Mila sudah merasa rasa kantuknya tidak tertahankan. Apa lagi jika mengingat Sima yang masih belum bersiap ke sekolah.

"Biar aku menunggunya. Kau urus saja Sima," ucap Jovi yang entah sejak kapan berada di ambang pintu.

Kali ini Mila menganggukan kepalanya, "Jangan lakukan hal buruk," ucap Mila.

"Aku tidak akan melakukannya," kata Jovi.

Mila mengambil ponselnya dan keluar dari kamar Sya. Arda belum juga kembali sejak menemani Aila. Mila memikirkan keluarga anehnya itu.

Sampai saat Mila mendengar Sima yang menangis dengan sangat keras. Mila berlari kearah kamar Sima dan membuka pintu kamarnya.

"Aila. Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Mila.

Aila tersenyum, "Aku berniat untuk membantu Sima."

Mila menoleh pada Sima yang terlihat ketakutan. Dengan penuh perhatian, Mila mendekat pada Sima. Dia ingin bertanya saat itu juga. Hanya saja, wajah Sima terlihat masih ketakutan. Mila memilih untuk menenangkan Sima.

"Aila. Kau bisa keluar sekarang, aku yang akan membantu Sima bersiap."

"Baiklah. Aku pergi," Aila langsung keluar dari kamar Sima.

Sima kini terlihat lebih tenang. Walau bukan anak kandungnya sendiri. Mila tetap saja menyayangi Sima lebih dari apapun. Karena Sima, bisa membuat hatinya lebih berwarna. Dia juga bisa menahan rasa sakit yang diberikan oleh Jovi.

***

Mata Sya masih tertutup dengan rapat. Bahkan panasnya semakin tinggi. Jovi yang tahu hal itu hanya diam dan duduk di samping Sya.

Dia tidak berniat memberi tahu siapapun tentang sakit Sya yang semakin parah. Dia hanya ingin bersama dengan Sya tanpa ada gangguan.

Perlahan Jovi mendekat dan duduk lebih dekat di samping Sya. Tangannya memegang wajah Sya dengan lembut. Awal bertemu dengan Sya membuat Jovi semakin memiliki alasan untuk bercerai dengan Mila.

"Kau sangat cantik, tapi kenapa kau selalu menolakku karena alasan pernikahan palsumu."

Jovi hanya berkata apa yang dia inginkan. Dia tidak tahu jika ada orang lain yang melihat hal itu.

"Jika kau sudah sadar. Pergilah denganku, kita akan memiliki keluarga yang lebih indah. Berdua."

Sreet. Buk. Sebuah pukulan mendarat di wajah Jovi saat itu juga. Jovi mencoba bangkit dan mendapatkan kesadarannya.

Jovi melihat Arda yang berdiri tegap di depannya. Terlihat sekali jika Arda marah dan kesal. Bahkan matanya terlihat merah.

"Apa kau akan membawa istriku pergi? jangan harap kau bisa melakukannya," kata Arda yang duduk di hadapan Jovi.

Jovi terkekeh, "Ya. Aku akan membawanya pergi. Aku juga akan membuat keluargamu hancur."

Buk. Kembali sebuah pukulan mendarat kearah Jovi. Arda tahu jika Jovi tidak suka dengan keluarganya. Itu karena selama ini Jovi hanya menjadi karyawan dan tidak pernah bisa memimpin perusahaan.

"Bu,,,aku ingin dipeluk olehmu Bu."

Arda menoleh dan melihat Sya yang masih terpejam. Hanya saja, keringat dingin terus keluar dari tubuhnya. Saat ini, Sya bahkan sampai menggigau ingin di peluk oleh Ibu Zein.

Arda mendekat dan meletakan tangannya di kening Sya. Panas, bahkan lebih panas dari semalam. Arda terlihat khawatir kali ini, dia akan membawa Sya ke rumah sakit. Sampai saat Aila masuk ke dalam kamar Sya.

"Arda. Ayo, kau sudah berjanji akan menemaniku ke acara reuni."

Arda menoleh dan melihat Aila sudah siap dengan baju dan makeupnya.

"Aku akan membawa Sya ke rumah sakit lebih dulu," kata Arda.

Aila langsung memegang tangan Arda, "Aku sudah telat dan kau sudah janji. Oh ya, di rumah ini bukan hanya ada kau. Minta saja bantuan pada pelayan dan sopir."

Kali ini Arda hanya diam, lalu dia mengangguk. Dia meminta sopir pribadinya dan pelayannya untuk membawa Sya ke rumah sakit.

"Jangan sampai Jovi mendekat pada istriku," kata Arda pada sopirnya.

Sopir itu mengangguk paham. Dengan berat hati, Arda keluar dengan Aila. Ada rasa sakit saat melihat Sya dalam kondisi seperti itu. Apa lagi setelah dia mendengar penuturan Jovi. Jika Sya sudah menghapus perasaan mereka dan mencoba menerima pernikahan itu.

Dengan senyuman. Aila menggandengan tangan Arda dengan mesra. Arda tidak merasa terganggu atau risih. Karena, bukan hanya Aila yang pernah melakukannya. Ada satu atau dua wanita yang pernah melakukannya.

"Kau terlihat khawatir. Apa karena Sya?" tanya Aila.

Arda menggeleng. Dia masuk ke mobil dan diikuti oleh Aila. Beberapa kali Aila mencoba mengganggu Arda. Walau tetap, dia masih berharap Arda akan memilihnya dari pada Sya.

"Apa kau mencintai Sya dan menikahinya?" tanya Aila.

Diam, itu yang dilakukan Arda.

Aila menatap Arda, "Apa aku tidak cantik? apa aku kurang cantik dari Sya."

"Apa yang kau katakan?" tanya Arda.

"Aku kaya, aku juga cantik. Bahkan, Ibumu juga memilihku. Kenapa kau mau menikahi Sya."

Arda tidak bisa mengatakan alasannya pada Aila. Atau dia akan mengatakan pada Mila tentang Jovi. Awalnya memang karena tidak ingin Jovi dan Mila berpisah.

"Katakan padaku alasanya," kata Aila lagi.

"Kau bisa diam tidak? aku sedang memikirkan hal lain," bentak Arda.

Kali ini Aila dibuat kesal oleh pria itu. Baru kali ini, Aila mendapat bentakan karena wanita lain. Aila memilih diam dan terus diam sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

***

Sya terbaring lemah. Walau saat ini sudah siuman, tetap saja kondisinya belum stabil. Sya terbangun tanpa siapapun di sampingnya.

Tidak lama sopir pribadi Arda masuk membawakan minuman untuk Sya. Diam, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Sya.

Kesal dan merasa tidak dihargai sama sekali oleh Arda. Jika memang dia tidak mencintai Sya, kenapa dia harus menyuruh seorang sopir membawanya ke rumah sakit.

"Tuan akan segera datang," kata Sopir itu.

"Aku tidak berharap," ucap Sya.

Lalu sopir itu keluar dari ruang rawat Sya. Tidak ada ponsel atau apapun saat ini. Sya tidak bisa menghubungi Ibunya atau temannya.

Sya ingat, sampai saat ini dia tidak mendapat kabar dari Eri. Apa mungkin Eri benar-benar sudah melupakannya. Ada rasa kesal karena dulu memilih Jovi dari pada Eri.

"Jika ada dia. Pasti aku tidak akan merasa kesepian lagi," lirih Sya.

"Apa kau merindukan aku?"

Sya menoleh dan melihat Eri datang dengan senyumannya. Dia bahkan membawakan parsel buah untuk Sya.

Beberapa kali Eri menoleh ke arah lain ruangan. Tidak ada yang dia temukan selain Sya yang masih terlihat lemah.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Eri.

Sya tersenyum, "Aku baik. Kau bagaimana?"

"Aku selalu baik. Dimana Arda?" tanya Eri.

Sya menggeleng. Pertemuan ini tidak mungkin dia akan menceritakan pernikahan itu. Jadi, Sya memilih untuk mencari alasan agar terlihat baik.

Banyak hal yang mereka bicarakan. Intinya, mereka saling minta maaf atas apa yang sudah terjadi. Ada rasa gengsi satu sama lain, hanya saja mereka memilih untuk kembali berbagi.

***

Episodes
1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
10 X
11 XI
12 XII
13 XIII
14 XIV
15 XV
16 XVI
17 XVII
18 XVIII
19 XIX
20 XX
21 XXI
22 XXII
23 XXIII
24 XXIV
25 XXV
26 XXVI
27 XXVII
28 XXVIII
29 XXIX
30 XXX
31 XXXI
32 XXXII
33 XXXIII
34 XXXIV
35 XXXV
36 XXXVI
37 XXXVII
38 XXXVIII
39 XXXIX
40 XL
41 XLI
42 XLII
43 XLIII
44 XLIV
45 XLV
46 XLVI
47 XLVII
48 XLVIII
49 XLIX
50 L
51 LI
52 LII
53 LIII
54 LIV
55 LV
56 LVI
57 LVII
58 LVIII
59 LIX
60 LX
61 LXI
62 LXII
63 LXIII
64 LXIV
65 LXV
66 LXVI
67 LXVII
68 LXVIII
69 LXIX
70 LXX
71 LXXI
72 LXXII
73 LXXIII
74 LXXIV
75 LXXV
76 LXXVI
77 LXXVII
78 LXXVIII
79 LXXIX
80 LXXX
81 LXXXI
82 LXXXII
83 LXXXIII
84 LXXXIV
85 LXXXV
86 LXXXVI
87 LXXXVII
88 LXXXVIII
89 LXXXIX
90 XC
91 XCI
92 XCII
93 XCIII
94 XCIV
95 XCV
96 XCVI
97 XCVII
98 XCVIII
99 XCIX
100 C
101 CI
102 CII
103 CIII
104 CIV
105 CV
106 CVI
107 CVII
108 CVIII
109 CIX
110 Pengumuman
111 CX
112 CXI
113 CXII
114 CXIII
115 CXIV
116 CXV
117 CXVI
118 CXVII
119 CXVIII
120 CXIX
121 CXX
122 CXXI
123 CXXII
124 CXXIII
125 CXXIV
126 CXXV
127 CXXVI
128 CXXVII
129 CXVIII
130 CXXIX
131 CXXX
132 CXXXI
133 CXXXII
134 CXXXIII
135 CXXXIV
136 CXXXV
137 CXXXVI
138 CXXXVII
139 CXXXVIII
140 CXXXIX
141 CXL
142 CXLI
143 CXLII
144 CXLIII
145 CXLIV
146 CXLV
147 CXLVI
148 CXLVII
149 CXLVIII
150 CXLIX
151 CL
152 CLI
153 CLII
154 CLIII
155 CLIV
156 CLV
157 CLVI
158 CLVII
159 CLVIII
160 CLIX
161 CLX
162 CLXI
Episodes

Updated 162 Episodes

1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
11
XI
12
XII
13
XIII
14
XIV
15
XV
16
XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
22
XXII
23
XXIII
24
XXIV
25
XXV
26
XXVI
27
XXVII
28
XXVIII
29
XXIX
30
XXX
31
XXXI
32
XXXII
33
XXXIII
34
XXXIV
35
XXXV
36
XXXVI
37
XXXVII
38
XXXVIII
39
XXXIX
40
XL
41
XLI
42
XLII
43
XLIII
44
XLIV
45
XLV
46
XLVI
47
XLVII
48
XLVIII
49
XLIX
50
L
51
LI
52
LII
53
LIII
54
LIV
55
LV
56
LVI
57
LVII
58
LVIII
59
LIX
60
LX
61
LXI
62
LXII
63
LXIII
64
LXIV
65
LXV
66
LXVI
67
LXVII
68
LXVIII
69
LXIX
70
LXX
71
LXXI
72
LXXII
73
LXXIII
74
LXXIV
75
LXXV
76
LXXVI
77
LXXVII
78
LXXVIII
79
LXXIX
80
LXXX
81
LXXXI
82
LXXXII
83
LXXXIII
84
LXXXIV
85
LXXXV
86
LXXXVI
87
LXXXVII
88
LXXXVIII
89
LXXXIX
90
XC
91
XCI
92
XCII
93
XCIII
94
XCIV
95
XCV
96
XCVI
97
XCVII
98
XCVIII
99
XCIX
100
C
101
CI
102
CII
103
CIII
104
CIV
105
CV
106
CVI
107
CVII
108
CVIII
109
CIX
110
Pengumuman
111
CX
112
CXI
113
CXII
114
CXIII
115
CXIV
116
CXV
117
CXVI
118
CXVII
119
CXVIII
120
CXIX
121
CXX
122
CXXI
123
CXXII
124
CXXIII
125
CXXIV
126
CXXV
127
CXXVI
128
CXXVII
129
CXVIII
130
CXXIX
131
CXXX
132
CXXXI
133
CXXXII
134
CXXXIII
135
CXXXIV
136
CXXXV
137
CXXXVI
138
CXXXVII
139
CXXXVIII
140
CXXXIX
141
CXL
142
CXLI
143
CXLII
144
CXLIII
145
CXLIV
146
CXLV
147
CXLVI
148
CXLVII
149
CXLVIII
150
CXLIX
151
CL
152
CLI
153
CLII
154
CLIII
155
CLIV
156
CLV
157
CLVI
158
CLVII
159
CLVIII
160
CLIX
161
CLX
162
CLXI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!