XI

Hap, tiba-tiba saja ada yang membekap tubuh Sya. Perlahan Sya diseret masuk ke sebuah ruangan. Siapakah dia?

***

Sya membuka matanya. Dia melihat pendar cahaya dari sebuah sudut. Lalu, klik, lampu menyala dengan terang. Sya kaget melihat Jovi berada di depannya.

Wajah Jovi terlihat marah. Bahkan sampai membuat matanya merah. Sya bangun dari duduknya dan akan pergi. Hanya saja, Jovi sudah berhasil menahan tangan Sya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sya.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu," jawab Jovi sembari menarik tangan Sya hingga masuk ke dalam pelukannya.

Jovi menatap lekat mata Sya, "Kenapa kau mau menikah dengan Arda?" tanya Jovi.

Mendengar kata menikah, Sya mendorong Jovi. Hatinya memang masih berpihak pada Jovi. Hanya saja, sebuah ikatan pernikahan bukanlah permainan. Itu adalah ikatan yang suci. Tidak mungkin dia menghianati suaminya itu.

"Apa kau sudah melupakan aku? apa kau hanya bermain denganku?"

"Cukup," kata Sya dengan suara cukup keras, "Aku memang mencintaimu, tapi ikatan pernikahan bukan permainan."

Jovi mencoba mendekat dan akan kembali memeluk Sya. Kini, Sya mundur beberapa langkah. Dia bahkan tidak menatap pada Jovi.

Entah kenapa, Sya merasa dirinya tidak pantas bersama dengan Jovi. Bukan karena cintanya yang sudah padam. Hanya saja, dia merasa tidak pantas karena sudah berstatus menjadi istri.

"Sya, aku sungguh mencintaimu."

Sya mendongakkan wajahnya, "Aku juga mencintaimu. Hanya saja, aku sudah menjadi milik orang lain."

"Bagaimana jika kita sama-sama mengajukan cerai."

Sya menggeleng dengan cepat. Jika dia bercerai dengan Arda. Dia akan mengatakan semuanya pada Ibu Zein. Hal itu akan menjadi sangat mengerikan.

"Lupakan saja cinta kita," ucap Sya.

"Kenapa kita tidak bisa bersama?"

Sya mengatakan dengan tatapan tajam pada Jovi, "Karena kita sudah memiliki ikatan pernikahan masing-masing."

Tangan Sya menepis tubuh Jovi dan keluar dari ruangah itu. Beberapa kali Sya menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia tidak tahu dimana, sampai saat Sya menoleh kearah belakang. Dia melihat sebuah rumah dengan bangunan megah.

Sya tersenyum. Ternyata dia tidak berada jauh dari rumah Arda. Setidaknya dia tidak akan membuat alasan bodoh untuk berbohong.

***

Setelah melihat sekeliling tidak ada orang. Sya langsung masuk begitu saja, namun dia kaget saat melihat Ibu Zein sudah duduk dengan Nyonya Ken.

Sya hanya bisa berdiri dengan pikiran entah kemana. Bagaimana bisa ibunya ada disana. Sementara dia belum mengabari apapun.

Sementara Ibu Zein dan Nyonya Ken tersenyum dengan kedatangan Sya. Sya merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Bahkan mungkin terdengar orang lain.

"Istriku sudah datang ternyata. Kau dari mana?" tanya Arda begitu melihat Sya diam di depan pintu.

"A...aku..aku."

"Aku apa?" tanya Arda.

Sya menunduk dan mencoba menenangkan hatinya, "Aku baru keliling rumah ini. Kau tahu kan, aku masih baru disini."

Arda tersenyum sinis. Dia tahu jika istrinya itu sudah berbohong padanya. Hanya saja, Arda menutupinya di depan orang tua. Arda tahu apa yang terjadi, tapi tetap saja tidak membuat isi hatinya berubah.

Tangan Arda menarik Sya mendekat, "Aku tahu semuanya. Jadi, jangan membuat kesalahan."

Sya hanya bisa diam. Lalu, dia tersenyum lebar dan menghampiri Ibu Zein. Ibu Zein memeluknya dengan hangat. Bahkan, dia terlihat bahagia dengan apa yang dilakukan Sya.

Walaupun begitu, Sya tetap saja merasa dirinya terluka. Cintanya kandas dan sekarang menikah dengan pria yang tidak dia cintai. Dengan kepercayaan diri, Sya merasa dirinya dan Arda bisa bersama.

"Kami sudah menunggumu sejak tadi," kata Nyonya Ken.

"Maaf, aku tadi ingin jalan-jalan. Tidak sempat berpamitan."

Nyonya Ken tersenyum, "Tidak masalah."

Hati Sya merasa lega, dia hendak duduk di samping Ibu Zein. Namun Arda menariknya dengan cukup keras.

"Kalian bisa membahas banyak hal. Kami pergi dulu," kata Arda.

"Baiklah," ucap Ibu Zein.

Langkah kaki Arda cukup lebar membuat Sya kewalahan mengimbanginya. Apa lagi, tangan Sya yang digenggam erat oleh Arda. Membuat Sya hanya bisa menahan sakit di lengan kanannya.

Mereka masuk ke dalam kamar. Arda melempar Sya ke atas tempat tidur dan mendekatinya. Dia mencium bau tubuh Sya, lalu dia menatap tajam pada istrinya itu.

"Kenapa kau masih menemuinya? apa kau sungguh mencintainya?"

Sya menggeleng, "Aku bisa jelaskan, Da. Aku memang mencintainya tapi..."

"Sudah aku duga, kau bukan wanita yang mudah menyerah."

Sya bangun dari duduknya dan mendekat pada Arda yang terlihat sangat marah kali ini.

"Bersihkan tubuhmu. Aku tidak ingin ada bau pria lain di tubuhmu itu."

Tubuh Sya bergetar. Dia merasa takut dengan kemarahan Arda. Baru kali ini, dia merasa jika tidak ada yang bisa menolongnya lagi. Dia hanya bisa berharap Arda mau memberikan dia waktu untuk menjelaskan semuanya.

"Aku bilang bersihkan tubuhmu," ucap Arda dengan sangat keras.

Sya terhenyak. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan membuka kran air. Perlahan, tubuhnya mulai dibasahi air itu. Tes, tes, tes, perlahan air mata Sya juga mengalir.

Melihat Arda yang seperti itu membuat hati Sya terluka. Walau Sya tidak tahu alasan dia sakit hati.

***

Arda meminta beberapa pelayan membersihkan kamarnya. Dia minta baju yang baru saja dipakai Sya untuk segera dibuang. Bagi Arda, Sya adalah istrinya yang berarti miliknya. Jadi, tidak ada yang bisa menyentuh Sya selain Arda. Walau dia masih belum mencintai Sya.

Langkah Sya kini tertahan oleh rasa takut dan terluka saat melihat Arda. Dia kembali mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruang ganti. Dia memilih berdiam disana sebelum Arda keluar dari kamar.

"Nona, Ibu Anda ingin bertemu Anda," kata seorang pelayan di depan pintu ruang ganti.

"Apa Arda tahu tentang ini?" tanya Sya.

"Tuan sudah memberikan izin."

Mendengar hal itu, Sya membuka pintu itu. Sudah tidak ada pelayan atau Arda di sana. Helaan nafas membuat Sya merasa lebih lega.

Kini ada rasa senang karena bisa bertemu dengan Ibunya. Ibu Zein sudah menunggu Sya di ruang tamu. Disana juga sudah tidak ada Nyonya Ken.

"Akhirnya kamu keluar juga," kata Ibu Zein.

Sya tersenyum, "Maaf membuat ibu menunggu."

"Tidak masalah. Bagaimana sekarang? apa kau merasa bahagia dengan Arda?"

Sya diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Ibu Zein menepuk pundak anaknya secara perlahan, "Ibu tahu, kamu masih belum mencintai Arda. Setidaknya kamu harus menjalaninya dengan cinta. Dengan begitu, cinta pasti akan tumbuh di hati kalian."

Sya mengangguk.

"Kau sudah terikat oleh pernikahan. Bagaimanapun, kau harus menurut pada suamimu. Apa lagi jika itu hal baik."

"Ya, Bu."

Ibu Zein menarik Sya masuk ke dalam pelukannya. Hangat dan menenangkan bagi Sya. Sudah sangat lama dia tidak merasakan hal ini.

Setelah pelukan itu terlepas. Sya kembali merasa ada yang hilang darinya.

"Ibu akan pulang. Kau jaga diri ya," kata Ibu Zein.

Sya mengangguk dan mengantarkan Ibunya sampai depan rumah. Ternyata, Arda sudah menyiapkan mobil untuk mengantar Ibu Zein.

***

Terpopuler

Comments

Chandra Ponsel

Chandra Ponsel

wah si sya nya pelakor to

2021-02-25

1

lihat semua
Episodes
1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
10 X
11 XI
12 XII
13 XIII
14 XIV
15 XV
16 XVI
17 XVII
18 XVIII
19 XIX
20 XX
21 XXI
22 XXII
23 XXIII
24 XXIV
25 XXV
26 XXVI
27 XXVII
28 XXVIII
29 XXIX
30 XXX
31 XXXI
32 XXXII
33 XXXIII
34 XXXIV
35 XXXV
36 XXXVI
37 XXXVII
38 XXXVIII
39 XXXIX
40 XL
41 XLI
42 XLII
43 XLIII
44 XLIV
45 XLV
46 XLVI
47 XLVII
48 XLVIII
49 XLIX
50 L
51 LI
52 LII
53 LIII
54 LIV
55 LV
56 LVI
57 LVII
58 LVIII
59 LIX
60 LX
61 LXI
62 LXII
63 LXIII
64 LXIV
65 LXV
66 LXVI
67 LXVII
68 LXVIII
69 LXIX
70 LXX
71 LXXI
72 LXXII
73 LXXIII
74 LXXIV
75 LXXV
76 LXXVI
77 LXXVII
78 LXXVIII
79 LXXIX
80 LXXX
81 LXXXI
82 LXXXII
83 LXXXIII
84 LXXXIV
85 LXXXV
86 LXXXVI
87 LXXXVII
88 LXXXVIII
89 LXXXIX
90 XC
91 XCI
92 XCII
93 XCIII
94 XCIV
95 XCV
96 XCVI
97 XCVII
98 XCVIII
99 XCIX
100 C
101 CI
102 CII
103 CIII
104 CIV
105 CV
106 CVI
107 CVII
108 CVIII
109 CIX
110 Pengumuman
111 CX
112 CXI
113 CXII
114 CXIII
115 CXIV
116 CXV
117 CXVI
118 CXVII
119 CXVIII
120 CXIX
121 CXX
122 CXXI
123 CXXII
124 CXXIII
125 CXXIV
126 CXXV
127 CXXVI
128 CXXVII
129 CXVIII
130 CXXIX
131 CXXX
132 CXXXI
133 CXXXII
134 CXXXIII
135 CXXXIV
136 CXXXV
137 CXXXVI
138 CXXXVII
139 CXXXVIII
140 CXXXIX
141 CXL
142 CXLI
143 CXLII
144 CXLIII
145 CXLIV
146 CXLV
147 CXLVI
148 CXLVII
149 CXLVIII
150 CXLIX
151 CL
152 CLI
153 CLII
154 CLIII
155 CLIV
156 CLV
157 CLVI
158 CLVII
159 CLVIII
160 CLIX
161 CLX
162 CLXI
Episodes

Updated 162 Episodes

1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
11
XI
12
XII
13
XIII
14
XIV
15
XV
16
XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
22
XXII
23
XXIII
24
XXIV
25
XXV
26
XXVI
27
XXVII
28
XXVIII
29
XXIX
30
XXX
31
XXXI
32
XXXII
33
XXXIII
34
XXXIV
35
XXXV
36
XXXVI
37
XXXVII
38
XXXVIII
39
XXXIX
40
XL
41
XLI
42
XLII
43
XLIII
44
XLIV
45
XLV
46
XLVI
47
XLVII
48
XLVIII
49
XLIX
50
L
51
LI
52
LII
53
LIII
54
LIV
55
LV
56
LVI
57
LVII
58
LVIII
59
LIX
60
LX
61
LXI
62
LXII
63
LXIII
64
LXIV
65
LXV
66
LXVI
67
LXVII
68
LXVIII
69
LXIX
70
LXX
71
LXXI
72
LXXII
73
LXXIII
74
LXXIV
75
LXXV
76
LXXVI
77
LXXVII
78
LXXVIII
79
LXXIX
80
LXXX
81
LXXXI
82
LXXXII
83
LXXXIII
84
LXXXIV
85
LXXXV
86
LXXXVI
87
LXXXVII
88
LXXXVIII
89
LXXXIX
90
XC
91
XCI
92
XCII
93
XCIII
94
XCIV
95
XCV
96
XCVI
97
XCVII
98
XCVIII
99
XCIX
100
C
101
CI
102
CII
103
CIII
104
CIV
105
CV
106
CVI
107
CVII
108
CVIII
109
CIX
110
Pengumuman
111
CX
112
CXI
113
CXII
114
CXIII
115
CXIV
116
CXV
117
CXVI
118
CXVII
119
CXVIII
120
CXIX
121
CXX
122
CXXI
123
CXXII
124
CXXIII
125
CXXIV
126
CXXV
127
CXXVI
128
CXXVII
129
CXVIII
130
CXXIX
131
CXXX
132
CXXXI
133
CXXXII
134
CXXXIII
135
CXXXIV
136
CXXXV
137
CXXXVI
138
CXXXVII
139
CXXXVIII
140
CXXXIX
141
CXL
142
CXLI
143
CXLII
144
CXLIII
145
CXLIV
146
CXLV
147
CXLVI
148
CXLVII
149
CXLVIII
150
CXLIX
151
CL
152
CLI
153
CLII
154
CLIII
155
CLIV
156
CLV
157
CLVI
158
CLVII
159
CLVIII
160
CLIX
161
CLX
162
CLXI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!