Senyuman Sya mengembang. Beberapa hari ini, dia merasa dirinya adalah seorang putri yang diidamkan banyak pria. Bagaimana tidak, apartemen mewah dengan segala fasilitas kini di dapatkannya.
Sebuah ucapan manis dan rayuan. Hal itulah yang diberikan Jovi pada Sya. Hanya rasa bahagia dan penuh harap yang kini menyelimuti hati Sya.
Tok tok tok.
Sya menoleh kearah pintu. Baru saja Jovi pergi dari apartemen itu. Bagaimana bisa, ada orang yang mengetuk pintu itu. Bahkan, tidak ada yang tahu selain Sya dan Jovi tentang apartemen itu.
Tok tok tok.
Kembali suara ketukan pintu itu terdengar. Perlahan, Sya mendekat dan membuka pintu itu. Pria itu menatap dengan senyuman, sedangkan Sya hanya bisa menatap dengan tatapan tidak percaya.
"Apa kau mau menyembunyikan ini dariku?"
Sya membulatkan matanya. Jovi yang mengatakan jika tidak ada yang tahu akan hal itu. Bagaimana bisa sekarang Arda berada di depan Sya.
Arda melangkahkan kakinya masuk. Luas dan terlihat barang-barang mewah di dalam sana. Senyuman sinis kembali mengembang diwajah Arda.
"Apa kau masih mau berbohong padaku?"
"Aku...aku tidak..."
Arda mendekat dan menarik Sya mendekat padanya, "Jika kau ingin uang. Katakan saja, tapi jangan hancurkan pernikahan kakakku."
"Aku tidak bermaksud. Jovi yang mengatakan jika dia akan menceraikan Mila."
"Diam!" teriakan itu membuat Sya mengkerut. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Walaupun kau memohon," kata Arda.
"Aku dan Jovi saling cinta," ucap Sya tanpa menatap pada Arda.
Arda hanya bisa tertawa kecil, "Apa aku perlu mengatakan semua ini pada tante Zein. Dia pasti akan senang mendengar kabar ini."
Kali ini Sya tidak bisa berkutik. Jika ibunya tahu hal ini. Semuanya akan menjadi kacau. Bahkan, penyakit jantung ibunya bisa datang kapan saja.
Arda melepaskan Sya dan akan bergegas pergi. Dengan keberanian yang Sya miliki. Dia menahan tangan Arda. Arda menoleh dengan tatapan tajam.
"Aku mohon. Jangan katakan apapun pada Ibuku. Aku mohon."
"Lalu apa yang akan kau pilih. Menikah denganku atau ibumu akan tahu segalanya."
Sya terlihat berfikir. Jika dia menerima hal itu, Jovi akan merasa dihianati. Jovi juga akan membencinya.
"Bagaimana?"
"Ba...baiklah, tapi jangan katakan apapun pada ibuku."
Arda tersenyum puas. Dengan keras Arda menarik Sya untuk mengikutinya. Pasrah, Sya hanya bisa melakukan hal itu. Jika tidak, semuanya akan berubah. Dia rela kehilangan cintanya, tapi tidak dengan ibunya.
***
Tanpa disadari Sya, mereka sudah sampai di tempat tujuan. Arda turun dengan langkah tegasnya, sementara Sya hanya menunduk di belakang Arda.
Kantor urusan pernikahan. Arda akan menikahi Sya saat itu juga. Misi Arda adalah tidak ingin melihat Mila terpuruk karena perceraian. Walau Arda tahu sudah tidak ada cinta lagi diantara Mila dan Jovi.
"Ingat, aku menikahimu agar kau tidak dekat lagi dengan Jovi."
Sya diam seribu bahasa. Dia sudah memilih hal itu, apapun rasanya. Sya akan merasakan dan menahannya. Entah itu sebuah kebahagiaan atau rasa sakit di hatinya.
Pernikahan itu sudah selesai. Tanpa hadirnya orang tua atau kerabat. Kini, saatnya Sya menjadi seorang istri. Dia harus masuk ke dalam sebuah rumah tangga. Dengan bahagia atau kesedihan.
"Hilangkan wajah murungmu. Apa kau ingin semua orang tahu kelakuanmu ini. Kau hanya pelakor yang menginginkan uang," ucap Arda.
Tes. Sebuah tetesan air mata jatuh begitu saja. Ya, Sya menangis. Alasan pertama, dia kehilangan cintanya. Alasan ke dua, dia harus masuk ke dalam rumah tangga tanpa cinta.
Setiap wanita pasti ingin pernikahannya dihiasi cinta. Walau tanpa kemewahan, cinta adalah yang utama. Kali ini, kesalahan yang dilakukan Sya membuatnya dalam kesulitan.
"Jangan katakan apapun sebelum aku bertanya padamu. Paham?"
"Ya," jawab Sya.
Mereka turun dari dalam mobil. Seperti biasa, saat masuk ke dalam rumah. Beberapa pelayan menyambut dengan senyuman ramah.
Hanya saja, yang mereka sambut kali ini bukanlah Jovi, Mila atau Nyonya Ken. Arda, dia selalu acuh pada para pelayan. Bahkan terkesan tidak peduli.
"Antarkan Sya ke kamarku. Aku akan menemui Mama," ucap Arda.
Seorang pelayan mendekat pada Sya. "Mari saya antar."
Sya mengekor pada pelayan itu. Sampai di sebuah lorong. Sya ingat, lorong itu adalah jalan ke kamar Mila dan Jovi.
Ternyata, Sya sampai disebuah kamar. Tepat disisi kamar Mila dan Jovi. Walau kamar itu kedap suara, tetap saja Sya merasa sangat sangat gelisah.
Sya diam. Sejak dia dinikahi oleh Arda, secara tidak langsung dia sudah memutuskan semua hubungan dengan Jovi. Jovi pasti akan terluka karena penghianatan itu.
***
Kini Arda sudah mengumpulkan semua orang di rumahnya. Alasan dia mengumpulkan semua orang untuk mengumumkan pernikahan itu. Mungkin nanti akan ada banyak pertanyaan yang muncul.
"Kenapa kau mengumpulkan kami?" tanya Mila yang baru saja mengurus Sima.
"Kalian akan segera tahu," jawab Arda.
Brak. Pintu dibuka, Jovi masuk dengan wajah yang terlihat sangat kesal. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
Dengan langkah kaki cepat, Mila mendekat dan langsung mengambil tas di tangan Jovi.
"Ada apa?" tanya Mila dengan tenang.
Jovi menoleh. Tanpa kata, dia langsung berjalan menjauh dari Mila. Melihat kejadian itu, Arda semakin merasa tidak senang.
"Kak Jovi," panggil Arda.
Jovi menoleh, "Apa ada masalah denganmu?" tanya Jovi dengan nada ketus.
Arda tersenyum. "Bisakah kau ikut berkumpul disini. Akan ada sebuah pengumuman."
"Apa ini menyangkut diriku?"
"Tentu saja. Hal ini menyangkut semua keluarga kita," jawab Arda dengan sangat santai.
Mila mendekat dan menggenggam tangan Jovi langsung. Jovi hanya bisa pasrah dan ikut berkumpul di ruang keluarga.
"Arda. Katakan ada apa, Mama banyak urusan."
"Baiklah, Ma."
Setelah itu, Arda memasuki sebuah ruangan. Di dalam sudah ada Sya yang duduk termenung dengan wajah tidak tenang. Tanpa aba-aba, Arda langsung menarik Sya.
Sampai di ruang keluarga. Hampir semua orang disana kaget dengan adanya Sya. Sya terlihat cantik dengan dress yang dipakaianya.
"Apa ini?" tanya Nyonya Ken.
Arda mendekat pada Ibunya itu, "Ma, aku dan Sya sudah resmi menikah. Itulah pengumumannya."
"Apa?!" semua orang di ruangan itu tidak percaya dengan pernyataan yang dibuat Arda.
Hanya satu pria yang tersenyum kecut melihat keadaan itu.
"Ya. Kami sudah menikah tadi siang. Maafkan aku, kami menikah tanpa berkata pada kalian."
Nyonya Ken merasa tidak senang, "Apa yang sudah kalian lakukan. Apa jangan-jangan," Nyonya Ken mendekat pada Sya, "kau hamil?" tanya Nyonya Ken.
Sya mendongakkan wajahnya.
"Arda. Apa benar dia hamil?" tanya Nyonya Ken pada anaknya itu.
Arda tersenyum, "Hampir, Ma."
"Apa maksudmu hampir?" tanya Nyonya Ken dengan nada keras dan tidak senang.
"Ma, aku sangat mencintai Sya," kata Arda sembari melirik pada Sya, "aku tidak ingin kehilangan dia. Apa lagi sampai direbut orang."
Sementara Sya hanya bisa saling pandang dengan Jovi. Jelas sekali jika Jovi merasa dihianati oleh Sya.
"Benarkan, Sya?"
"Be...benar," jawab Sya.
Kali ini Nyonya Ken tersenyum. Lalu, dia mendekat pada Sya. Dengan hangat, Nyonya Ken memeluk menantunya itu.
"Sekarang kau bisa memanggilku Mama. Aku akan membuat resepsi pernikahan yang megah untukmu. Aku akan mengatakan semuanya pada Ibumu."
"Terima kasih, tante."
"Kau memanggilku apa?" tanya Nyonya Ken.
"Terima kasih, Ma."
Setelah itu, Mila mendekat pada Sya dan langsung memeluknya. Bahkan, tanpa sadar Mila menangis karena bahagia. Dia kira Arda tidak akan menikah.
"Aku sangat bahagia kau menjadi kekasih hati Arda. Aku sangat bersyukur," ucap Mila.
Sya hanya bisa tersenyum dengan rasa sakit di hatinya. Sementara Jovi entah sejak kapan pergi dari ruangan itu. Padahal, semua yang ada di ruangan sedang merasa bahagia karena pernikahan itu.
Sya tersenyum karena senyuman tulus yang diberikan oleh Mila. Hal itu, membuat Sya sadar. Jika Jovi menceraikannya, semua senyuman di wajah Mila akan hilang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments