X

Matahari sudah menampakan sinarnya, namun Sya masih terlelap dalam selimut tebalnya. Semalaman Sya terus memikirkan dirinya dan cintanya. Sampai tidak sadar jika rasa kantuk mulai datang dan membuainya.

Arda sudah siap akan pergi ke kantor. Hanya saja, dia merasa terganggu dengan tatanan tempat tidur yang tidak rapi. Bagaimana akan rapi jika seseorang masih terlelap disana.

Sret, dengan tangannya sendiri. Arda menarik selimut itu, terlihat tubuh Sya dengan pakaian tidurnya. Dia terlelap dengan sangat nyenyak.

"Eri aku masih ingin tidur," lirih Sya.

Entah bagaimana Arda merasa tidak tega. Padahal niatnya ingin membangunkan Sya dengan kasar. Dia sudah menjadi seorang istri, namun tidak menyadarinya.

Kini, Arda kembali menyelimuti Sya dengan selimut tebal itu. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi semalam. Bahkan, tidak akan ada yang menyangkanya.

***

"Kamu tidak sarapan dulu?" tanya Nyonya Ken yang melihat Arda berjalan tanpa menoleh.

Langkah Arda terhenti, "Aku ada meeting mendadak, Ma."

"Tapi sebaiknya kau makan lebih dulu."

"Tidak. Aku akan pergi dan sarapan di kantor." Arda mengedarkan pandangannya, "Pelayan, bawakan sarapan ke kamarku. Istriku akan bangun terlambat."

Mendengar sebutan istri, tiba-tiba saja Jovi merasa gelisah. Bahkan dia tersedak begitu saja. Dengan cekatan, Mila menyodorkan air minum.

"Kamu tidak apa?" tanya Mila.

"Bukan urusanmu," ucap Jovi dengan ketus.

Arda tersenyum melihat hal itu. Kali ini, dia akan membuat Sya merasa terluka. Hal itu akan membuat Jovi akan memilih Mila demi Sya. Jika Jovi masih mengincar Sya, Sya akan terus terluka dalam genggaman Arda.

"Baiklah, kamu hati-hati di jalan," ucap Nyonya Ken.

"Tentu, Ma."

Cup, sebuah kecupan mendarat di pipi Nyonya Ken. Ya, Arda memang terlihat tidak terlalu suka dengan wanita. Hal itulah yang membuat Mila dan Nyonya Ken khawatir.

Kini kekhawatiran itu sudah lenyap. Ada Sya yang kini mendampingi Arda. Walau sebenarnya, Nyonya Ken masih belajar menyukai wanita itu.

***

Perlahan mata Sya mulai mengerjap. Dia merasa sangat nyaman berada di tempat tidur itu. Sampai dia melihat jika dekorasi ruangan itu sangat berbeda dengan kamar sewanya.

Sya langsung menyingkap selimut itu dan duduk. Dia tidak tahu apa yang semalam terjadi. Perlahan, Sya mulai mengingatnya. Dia kini sadar, dirinya bukanlah Sya yang dulu. Dia bukan lagi Syaheila Zein, tapi kini dia menjadi Syaheila Ken.

"Permisi, Nona. Saya membawakan sarapan untuk Nona."

Sya melihat beberapa pelayan masuk ke dalam kamar. Banyak makanan yang mereka letakan di meja.

"Apa kami sudah bisa pergi?" tanya seorang pelayan saat sudah selesai.

"Ya," jawab Sya.

Semua pelayan keluar. Sya bangun dari tempat tidur dan keluar dari dalam kamar. Balkon kamar itu tetap saja terlihat mewah bagi Sya.

Dia melihat beberapa pelayan sedang membenahi taman. Ada juga yang sedang membersihkan mobil. Sya tidak menyangka akan dapat hidup seperti itu.

"Nona, Nyonya Ken sudah menunggu di ruang kerjanya."

Sya terlonjak mendengar suara dari arah belakang. Ternyata seorang pelayan dengan wajah tertunduk.

"Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu. Aku kaget," ucap Sya.

"Maaf, Nona."

"Sudahlah. Aku ingin mandi lebih dulu. Lalu aku akan menemui Nyonya."

"Akan saya sampaikan."

Beberapa kali Sya menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia tidak tahu pintu mana yang harus dia masuki. Entah dimana kamar mandi itu. Sampai disebuah pintu yang berbeda yang lain. Pintu berwarna biru.

Perlahan Sya membuka pintu itu. Benar saja, disanalah kamar mandi yang dia cari. Banyak hal yang Sya lakukan. Mulai dari membersihkan wajah hingga lainnya. Apa yang Sya butuhkan ada disana.

***

Harum wangi sudah menyelimuti tubuh Sya. Dia keluar dengan handuk yang masih melekat ditubuhnya. Beberapa kali dia mencari bajunya, tapi tetap tidak ada.

Sya pasrah, dia harus menggunakan handuk seharian sampai Arda kembali nanti. Jika memakai handuk itu, tidak mungkin Sya akan bisa menemui Nyonya Ken.

"Bagaimana ini," lirih Sya.

Tok tok tok.

"Nona, apa saya boleh masuk?"

Sya tersenyum dan dengan bahagia dia menjawab, "Masuklah. Aku sudah menantimu."

"Nona?" pelayan itu tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Sya duduk dengan hanya menggunakan handuk di tubuhnya. Dengan senyuman mengembang Sya mendekat pada pelayan itu.

"Apa aku bisa meminjam bajumu. Aku tidak memiliki baju disini," kata Sya.

Pelayan itu terlihat menahan tawa. Lalu dia membuka sebuah pintu kamar berwarna putih. Terlihat di sana adalah ruangan yang indah. Banyak baju, sepatu, tas, bahkan aksesoris lain.

"Kau bisa memilih sesukamu, Nona."

"Apa Arda tidak akan marah?" tanya Sya.

Pelayan itu mengangguk, "Tuan Arda yang menyiapkan ini untukmu."

Kali ini Sya mengangguk. Dia buru-buru masuk ke dalam ruang ganti itu dan menutup pintunya.

"Nyonya sudah menunggumu," kata si pelayan.

"Sebentar lagi aku keluar," teriak Sya.

Sya masih merasa jika semua ini hanyalah mimpi. Ini adalah surga bagi semua wanita. Bagaimana tidak, banyak barang bermerk disana. Bahkan tidak ada yang murahan sama sekali.

Pilihan Sya jatuh pada dress dengan motif bunga tulip di bawahnya. Sya tahu, dia tidak akan cocok menggunakan barang mewah. Jadi, dia hanya memilih baju yang paling sederhana.

***

Tok tok tok.

Dengan perasaan yang tidak tenang Sya mengetuk pintu ruang kerja Nyonya Ken. Dia sudah membuat Nyonya Ken menunggu terlalu lama. Hal itu tidak seharusnya terjadi.

Tok tok tok.

Kembali Sya mengetuk pintu itu. Brak, seseorang membuka pintu itu. Bukan Nyonya Ken, tapi Mila. Dia keluar dengan wajah yang terlihat tidak tenang. Bahkan seperti baru saja menangis.

"Kak Mila," panggil Sya.

Mila menoleh dan mengulas senyum tipis, "Mama sudah menunggumu."

Sya hanya mengangguk. Dia masuk ke dalam ruangan itu. Hanya ada Nyonya Ken yang sibuk dengan layar komputernya.

"Saya sudah disini, Nyonya."

Nyonya Ken menoleh, "Apa kau tidak bisa memanggilku Mama?"

"Maaf, Ma."

"Duduk," kata Nyonya Ken.

Sya duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Banyak tisu yang berserakan disana, sudah jelas jika Mila memang menangis tadi.

"Apa kau benar-benar hamil?"

Pertanyaan dari Nyonya Ken membuat Sya reflek menggeleng dengan cepat.

"Apa kalian saling mencintai?" tanya Nyonya Ken kemudian.

Sya tersenyum tipis, entah apa yang membuatnya tersenyum.

"Sya, aku berharap besar pada hubunganmu dan Arda. Kau tahu, aku bahkan belum menimang cucu."

Sya mengernyitkan dahi, "Sima?" tanya Sya.

Nyonya Ken menggeleng, "Dia bukan cucu kandungku. Dia anak yang diambil dari panti asuhan karena Mila tidak bisa punya anak."

Kali ini Sya hanya bisa diam. Dia kira, Sima adalah anak dari Jovi dan Mila. Ternyata bukan, padahal wajah Sima dan Mila cukup mirip menurut Sya.

"Aku ingin cucu darimu dan Arda."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi. Aku akan membuatmu seperti ratu jika kau bisa memberikan cucu untukku."

Beberapa saat mereka hanya saling diam. Sya tidak bisa mengatakan apa keinginannya. Dia hanya bisa menuruti apa yang dikatakan Nyonya Ken. Tapi bagaimana.

"Kamu bisa keluar sekarang," kata Nyonya Ken.

"Baik, Ma."

Sya keluar dari ruangan itu masih dengan pikiran jauh melayang. Dia memikirkan hubungannya dengan Jovi. Disisi lain, dia harus memberikan cucu untuk keluarga Ken.

Nasib memang tidak bisa ditebak. Kehidupan Sya memang jauh lebih baik sekarang. Hanya saja, tidak dengan rasa bahagia dalam dirinya.

Hap, tiba-tiba saja ada yang membekap tubuh Sya. Perlahan Sya diseret masuk ke sebuah ruangan. Siapakah dia?

***

Episodes
1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
10 X
11 XI
12 XII
13 XIII
14 XIV
15 XV
16 XVI
17 XVII
18 XVIII
19 XIX
20 XX
21 XXI
22 XXII
23 XXIII
24 XXIV
25 XXV
26 XXVI
27 XXVII
28 XXVIII
29 XXIX
30 XXX
31 XXXI
32 XXXII
33 XXXIII
34 XXXIV
35 XXXV
36 XXXVI
37 XXXVII
38 XXXVIII
39 XXXIX
40 XL
41 XLI
42 XLII
43 XLIII
44 XLIV
45 XLV
46 XLVI
47 XLVII
48 XLVIII
49 XLIX
50 L
51 LI
52 LII
53 LIII
54 LIV
55 LV
56 LVI
57 LVII
58 LVIII
59 LIX
60 LX
61 LXI
62 LXII
63 LXIII
64 LXIV
65 LXV
66 LXVI
67 LXVII
68 LXVIII
69 LXIX
70 LXX
71 LXXI
72 LXXII
73 LXXIII
74 LXXIV
75 LXXV
76 LXXVI
77 LXXVII
78 LXXVIII
79 LXXIX
80 LXXX
81 LXXXI
82 LXXXII
83 LXXXIII
84 LXXXIV
85 LXXXV
86 LXXXVI
87 LXXXVII
88 LXXXVIII
89 LXXXIX
90 XC
91 XCI
92 XCII
93 XCIII
94 XCIV
95 XCV
96 XCVI
97 XCVII
98 XCVIII
99 XCIX
100 C
101 CI
102 CII
103 CIII
104 CIV
105 CV
106 CVI
107 CVII
108 CVIII
109 CIX
110 Pengumuman
111 CX
112 CXI
113 CXII
114 CXIII
115 CXIV
116 CXV
117 CXVI
118 CXVII
119 CXVIII
120 CXIX
121 CXX
122 CXXI
123 CXXII
124 CXXIII
125 CXXIV
126 CXXV
127 CXXVI
128 CXXVII
129 CXVIII
130 CXXIX
131 CXXX
132 CXXXI
133 CXXXII
134 CXXXIII
135 CXXXIV
136 CXXXV
137 CXXXVI
138 CXXXVII
139 CXXXVIII
140 CXXXIX
141 CXL
142 CXLI
143 CXLII
144 CXLIII
145 CXLIV
146 CXLV
147 CXLVI
148 CXLVII
149 CXLVIII
150 CXLIX
151 CL
152 CLI
153 CLII
154 CLIII
155 CLIV
156 CLV
157 CLVI
158 CLVII
159 CLVIII
160 CLIX
161 CLX
162 CLXI
Episodes

Updated 162 Episodes

1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
11
XI
12
XII
13
XIII
14
XIV
15
XV
16
XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
22
XXII
23
XXIII
24
XXIV
25
XXV
26
XXVI
27
XXVII
28
XXVIII
29
XXIX
30
XXX
31
XXXI
32
XXXII
33
XXXIII
34
XXXIV
35
XXXV
36
XXXVI
37
XXXVII
38
XXXVIII
39
XXXIX
40
XL
41
XLI
42
XLII
43
XLIII
44
XLIV
45
XLV
46
XLVI
47
XLVII
48
XLVIII
49
XLIX
50
L
51
LI
52
LII
53
LIII
54
LIV
55
LV
56
LVI
57
LVII
58
LVIII
59
LIX
60
LX
61
LXI
62
LXII
63
LXIII
64
LXIV
65
LXV
66
LXVI
67
LXVII
68
LXVIII
69
LXIX
70
LXX
71
LXXI
72
LXXII
73
LXXIII
74
LXXIV
75
LXXV
76
LXXVI
77
LXXVII
78
LXXVIII
79
LXXIX
80
LXXX
81
LXXXI
82
LXXXII
83
LXXXIII
84
LXXXIV
85
LXXXV
86
LXXXVI
87
LXXXVII
88
LXXXVIII
89
LXXXIX
90
XC
91
XCI
92
XCII
93
XCIII
94
XCIV
95
XCV
96
XCVI
97
XCVII
98
XCVIII
99
XCIX
100
C
101
CI
102
CII
103
CIII
104
CIV
105
CV
106
CVI
107
CVII
108
CVIII
109
CIX
110
Pengumuman
111
CX
112
CXI
113
CXII
114
CXIII
115
CXIV
116
CXV
117
CXVI
118
CXVII
119
CXVIII
120
CXIX
121
CXX
122
CXXI
123
CXXII
124
CXXIII
125
CXXIV
126
CXXV
127
CXXVI
128
CXXVII
129
CXVIII
130
CXXIX
131
CXXX
132
CXXXI
133
CXXXII
134
CXXXIII
135
CXXXIV
136
CXXXV
137
CXXXVI
138
CXXXVII
139
CXXXVIII
140
CXXXIX
141
CXL
142
CXLI
143
CXLII
144
CXLIII
145
CXLIV
146
CXLV
147
CXLVI
148
CXLVII
149
CXLVIII
150
CXLIX
151
CL
152
CLI
153
CLII
154
CLIII
155
CLIV
156
CLV
157
CLVI
158
CLVII
159
CLVIII
160
CLIX
161
CLX
162
CLXI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!