Sya masih berkutat dengan pekerjaannya. Walau kini dia sudah memiliki hubungan dengan Arda. Dia masih saja memilih untuk berjalan sendiri. Karena dia tahu, jika dia terus mendekat pada Arda. Dia akan terus mengira jika Sya adalah wanita matrerialistis.
Sejak perjodohan itu, Sya masih belum ingin menemui Arda lagi. Dia takut saat bertemu dengan Arda akan bertemu juga dengan Jovi. Bagaimanapun, dia masih menyimpan rasa itu.
"Sya, tolong antarkan pesanan ini ke meja 20."
"Baiklah."
Dengan cekatan Sya mengambil nampan itu dan menuju ke meja 20. Tidak disangka dan tidak di duga, ternyata yang memesan adalah Nyonya Ken, ibu dari Arda.
"Sya, kenapa kau disini?" tanya Nyonya Ken.
Sya mengulas senyum, "Saya bekerja di sini. Tante dengan siapa kesini?" tanya Sya.
Nyonya Ken menarik tangan Sya hingga dia duduk di sampingnya. Nyonya Ken tidak tahu jika Sya memilih hidup sendiri menjadi seorang pelayan rendahan di restoran.
Sampai seseorang datang dan duduk di hadapan Nyonya Ken. Sya menoleh, pandangan mereka bertemu.
"Jovi, apa yang kamu lihat," kata Nyonya Ken.
Jovi menggeleng, "Dia siapa, Ma?" tanya Jovi.
Nyonya Ken terlihat tidak senang, "Dia adalah tunangan Arda. Kau tahu bukan, aku sudah lama menjodohkannya. Inilah, Syaheila Zein."
Sya menganggukan kepalanya. Di dalam hatinya ada sebuah pertanyaan, kenapa Jovi memanggil Mama dan dia juga pura-pura tidak kenal Sya.
"Sya. Ini adalah Jovi, suami dari kakaknya Arda. Mila Ken."
"Salam kenal," ucap Sya.
Jovi hanya tersenyum. Merasa dirinya sudah terlalu lama. Sya berpamitan untuk kembali bekerja. Jika tidak, dia akan kena marah lagi oleh manager. Alhasil, Sya bisa dipecat begitu saja.
Sya hanya tahu jika Jovi dan Arda adalah teman. Baru saat ini, Sya tahu jika ada hubungan keluarga diantara mereka.
Ada rasa sesak di dada Sya. Tanpa sadar dia sudah masuk ke dalam keluarga Ken. Dia akan sering bertemu Jovi nantinya.
***
"Kau sudah selesai?" tanya Sya pada Eri.
Eri mengangguk. Mereka berjalan keluar untuk kembali ke rumah. Banyak hal yang mereka bahas, hanya saja Sya memilih untuk menghindari pertanyaan tentang Arda.
"Sya."
Sya menoleh keasal suara. Ada Jovi disana, dia terlihat tampan dengan setelan jas yang dia pakai. Entah sejak kapan dia menunggu Sya disana.
"Jangan temui dia, Sya. Ini salah," lirih Eri.
Jovi mendekat, "Apa kita bisa bicara?"
"Sya," kali ini Arda datang dengan memanggilnya.
Untuk sesaat Sya hanya bisa diam melihat Arda datang dengan kaus biasa dan celana biasa. Bukan setelan jas, dia tampak lebih tampan dan dewasa.
"Jovi, kau ada disini?" tanya Arda.
Jovi mengangguk, seharusnya Arda tidak perlu bertanya. Dia sudah tahu alasan Jovi disana.
"Sya, aku pulang dulu ya. Banyak hal yang akan aku kerjakan," kata Eri yang langsung bergegas pergi.
Kini Sya tidak tahu harus apa. Baru kali ini dia berada di posisi yang sangat membingungkan. Mata Jovi masih menatapnya dengan sangat lekat. Tidak peduli dengan adanya Arda disana.
Sampai Arda mendekat dan memeluk Sya dengan erat. Mata Sya membelalak. Dia tidak tahu maksud dan tujuan Arda saat ini. Hanya saja, hal ini mampu mengusir Jovi tanpa kata-kata.
Setelah Jovi menjauh, Sya langsung mendorong Arda dari pelukan itu.
"Kenapa kau memelukku?"
"Dirimu sendiri yang memintanya."
"Aku?" tunjuk Sya pada dirinya sendiri.
Arda menganggukan kepalanya. Lalu, dia menggenggam tangan Sya untuk mengikutinya. Kembali Sya melepaskan tangan itu dengan kasar.
"Apa lagi?" tanya Arda.
Sya merasa kesal, "Kenapa kau melakukan apapun semaumu. Bukankah hubungan ini pa..."
Tangan Arda langsung membungkam mulut Sya dengan tangannya. Sya tidak tahu apa penyebab Arda melakukan hal itu.
"Ibuku ada disini, bekerja samalah," bisik Arda.
Sya mengangguk. Lalu, Arda melepaskan tangan itu dari Sya. Dengan senyuman, kini Sya memegang tangan Arda. Mereka berjalan dengan bahagia menuju ke mobil Arda.
Benar saja, Nyonya Ken berada di dalam mobil itu. Dia terlihat sangat anggun dan elegan.
"Masuklah," kata Nyonya Ken.
"Kita mau kemana?" tanya Sya.
Arda mendorong Sya masuk ke dalam mobil, "Kau terlalu banyak tanya."
Sya hanya bisa memajukan bibirnya. Bagaimana bisa dia dijodohkan dengan pria seperti ini. Padahal, dia berkhayal mendapatkan seorang pria di dalam novel.
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sya. Pesan dari Jovi, dia meminta Sya menemuinya di restoran. Sya tidak membalas pesan itu dan memasukannya ke dalam tas.
"Apa kau kenal dengan Jovi?" tanya Nyonya Ken secara tiba-tiba.
Sya kaget dengan pertanyaan itu. Dia tidak tahu harus jujur atau berbohong di depan orang tua.
"Ya. Aku yang mengenalkannya, Ma."
"Benarkah? tapi kalian terlihat akrab."
Kali ini Sya benar-benar tidak tahu harus apa.
"Sebenarnya. Saya sering melihat Kak Jovi di restoran. Mungkin itulah yang membuat kami terlihat akrab."
"Apa kau menyukainya?" tanya Nyonya Ken.
"Mana mungkin, Tante. Aku sudah punya pasangan seperti Arda. Kak Jovi tidak ada bandingannya dengan Arda."
"Baguslah."
Suasana kembali hening. Untung saja banyak buku yang dibaca Sya. Dia jadi bisa berbohong seperti dalam novel.
Sebuah rumah yang cukup mewah kini berada tepat di hadapan Sya. Dia tidak tahu rumah siapa ini dan untuk apa dia diajak kesana.
"Ayo masuk," kata Nyonya Ken.
Sya masuk diikuti oleh Arda di belakangnya. Beberapa pelayan menunduk begitu melihat Nyonya Ken dan yang lainnya masuk. Semua terasa sangat hening. Padahal banyak orang.
Sya menoleh pada Arda. Sementara Arda lebih memilih langsung duduk dan bermain game di ponselnya.
"Kau bisa ikut denganku," kata Nyonya Ken.
"Baiklah."
Mereka masuk ke sebuah ruangan dengan banyak buku. Jika dilihat dari rak buku dan beberapa barang yang ada disana. Mungkin itu adalah sebuah ruang kerja.
"Apa kau tahu kenapa aku membawamu kesini?"
Sya menggeleng.
"Aku ingin kau berhenti dari pekerjaanmu. Kau tahu, Arda bukanlah pria sembarangan. Mana mungkin dia akan menikahi pelayan."
"Aku kira kau sudah tahu sejak awal."
Nyonya Ken tertawa kecil, "Aku menerimamu karena ibumu. Cepat berhenti dari pekerjaanmu. Aku yang akan mengurus semua kebutuhan kamu."
"Tapi..."
"Tidak ada tapi Sya. Kau adalah calon menantuku. Kau harus terlihat elegan dan mewah."
Sya hanya mengangguk. Setelah itu, dia bisa keluar dari ruangan itu. Dia kira, Nyonya Ken berbeda dari orang kaya lainnya. Ternyata sama saja, hanya saja kenapa dia mau menerima Sya. Lebih baik, Sya menanyakan semuanya pada Ibunya.
Langkah Sya terhenti. Dia berdiri disebuah lorong panjang.
"Kenapa bisa aku disini?" lirih Sya.
Brak, craaang. Sya membalikkan badannya dan berlari kearah suara. Sampai disebuah ruangan Sya berhenti.
"Sudah aku bilang jangan menyentuhku," kata Jovi dengan nada tidak suka.
Seorang wanita menangis tersedu di depannya. Sya tahu jika itu adalah Mila. Istri dari Jovi. Kakak dari Arda.
"Jovi," panggil Mila.
"Urus saja surat cerai kita. Biarkan aku menemukan apa yang aku mau," kata Jovi tanpa menatap pada Mila.
Sya hanya diam di samping pintu. Sampai tepukan di pundak Sya membuatnya sadar. Dia menoleh dan melihat Arda disana.
"Kenapa kau disini?" tanya Arda.
Sya tersenyum dengan bingung, "Kau tahu aku tersesat."
Arda tertawa karena apa yang dilakukan oleh Sya. Dengan tangan yang saling berpegangan, Arda membawa Sya keluar dari rumah itu. Nyonya Ken tidak ada dimanapun, sepertinya dia orang yang sangat sibuk.
"Apa kau bisa pulang sendiri?" tanya Arda.
Sya hanya diam. Dia kira, Arda akan mengantarnya pulang. Ternyata dia hanya ingin mengusir Sya pergi dari sana.
"Biarkan dia bersamaku. Aku akan pergi ke suatu tempat," kata Jovi.
Sya menoleh. Getaran itu masih ada disana, apa lagi setelah melihat pertengkaran Jovi dan istrinya. Hanya saja, Sya masih takut menjadi seorang perebut.
"Kata siapa dia akan bersamamu. Aku sendiri yang akan mengantarnya. Ayo masuk," tarik Arda pada tangan Sya.
Sya hanya bisa memandang kearah Jovi. Begitupun Jovi, dia masih bisa tersenyum saat bersama dengan Sya. Tidak dengan istri sahnya. Padahal mereka sudah memiliki anak.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments