XIX

Beberapa kali Sya berhenti di anak tangga karena rasa sakit di dalam perutnya semakin menjadi. Arda yang merasa kasihan mencoba menawarkan bantuan.

"Ayolah. Aku tidak akan membuat kamu terluka."

Sya mendongakkan wajahnya, "Tidak perlu. Aku bisa sendiri," ucap Sya yang langsung mendahului Arda.

Arda hanya bisa menggelangkan kepalanya. Dia tidak tahu wanita seperti apa Sya. Sesekali dia terlihat ketakutan, di sisi lain dia kadang berjiwa pemberani.

Bruk. Sya melepaskan koper ditangannya dan memilih untuk duduk. Kali ini dia benar-benar sudah tidak tahan dengan maag yang kambuh itu.

Melihat istrinya semakin pucat. Arda melangkah dengan cepat dan langsung menggendong Sya. Sya hanya bisa diam sembari memandang wajah suaminya itu.

Terlihat sekali jika Arda khawatir. Sampai di dalam kamar yang mereka tuju. Arda dengan hati-hati meletakan tubuh Sya di atas ranjang.

"Aku mau seorang dokter sekarang juga," teriak Arda di telfon.

Tubuh Sya kini semakin lemas. Dia bahkan hanya bisa meringis kesatikan saat ini. Hal itu membuat Arda semakin khawatir.

Arda merasa dirinya ada yang salah. Tidak biasanya dia merasa seperti ini. Dia biasanya tidak peduli apa yang terjadi, tapi saat melihat Sya sakit. Arda merasa sakit di dalam hatinya.

"Permisi, apa ada yang membutuhkan dokter?"

Arda menoleh dan melihat seorang dengan jubah putihnya.

"Apa kau tidak bisa lebih cepat lagi. Istriku sedang kesakitan," ucap Arda.

"Saya akan memeriksa kondisi istri anda."

Dengan sigap dokter itu mulai memeriksa keadaan Sya. Tidak ada perkataan minta tolong dari Sya. Hanya wajah yang terlihat menahan rasa sakit.

Arda terlihat tidak tenang sampai akhirnya dokter mendekat dan memberikan sebuah resep untuk Sya.

"Apa hanya ini yang dibutuhkan istriku?" tanya Arda.

"Ya. Jaga istri anda jangan sampai telat makan lagi."

Arda mengangguk. Dia mengantarkan dokter itu sampai di luar kamar. Setelah itu, dia kembali kesisi Sya yang sedang terbaring. Kali ini, dia terlihat lebih tenang karena sudah disuntik.

"Kenapa kau tidak katakan jika kau sakit?" tanya Arda.

Sya membuka matanya secara perlahan, "Memangnya apa pedulimu. Aku hanya istrimu, bukan cintamu."

"Apa kau sedang cemburu?" tanya Arda.

"Tidak."

Arda tersenyum kecil melihat tingkah istrinya itu.

"Apa sikapmu selalu seperti ini pada wanita. Perhatian saat tidak ada wanita lain?" Sya bertanya dengan nada ketus.

"Apa maksudmu?"

"Ya. Di rumah, kau selalu kasar padaku. Seakan aku bukan wanita yang pantas. Sekarang, disini, kau perhatian padaku. Apa karena tidak ada Aila?"

Arda mendekatkan tubuhnya pada Sya. Sya mencoba menghindar. Namun, Arda memegang tangan Sya dengan erat.

"Apa kau cemburu dengan Aila. Dia hanya temanku, kau istriku."

Untuk sesaat Sya merasa Arda sudah menerimanya menjadi istrinya. Hal itu, membuat hatinya merasa bahagia.

"Istri palsuku," ucap Arda kemudian.

Deg. Kali ini mata Sya langsung berubah. Yang semula memancarkan rasa bahagia, kini mata itu berkaca-kaca.

"Apa kau kira aku sudah menerimamu? kau tetaplah istri palsuku. Aku sudah katakan saat di mobil, aku akan membebaskanmu dari pernikahan ini. Asal kau memberikan cucu untuk Mama."

Plak. Tanpa sadar Sya menampar Arda dengan sangat keras.

"Kau memang bajingan," teriak Sya.

Arda memegang ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Jelas sekali jika Sya melakukan tamparan itu dengan sekuat tenaga.

"Pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatmu," ucap Sya.

Arda keluar dari kamar itu. Dia memesan satu kamar lagi untuk dirinya. Ini memang acara bulan madu, tapi tidak untuk Sya dan Arda. Walau benih cinta itu sudah mulai tumbuh di hati mereka. Tetap saja, mereka tidak berniat untuk menumbuhkannya.

***

Setelah merasa lebih baik Sya memilih untuk mandi dan berganti pakaian. Tidak ada hal yang akan dia lakukan selain duduk di dalam kamar itu.

"Bulan madu yang tidak diimpikan," lirih Sya.

Tok tok tok.

Sya menatap kearah pintu. Dia tidak memesan layanan kamar atau hal lainya. Jika itu Arda tidak mungkin dia akan mengetuk pintu.

"Siapa?" teriak Sya tanpa merubah posisi duduknya.

"Kami pelayan di hotel ini," jawab seorang wanita dari balik pintu.

Dengan malas Sya membukakan pintu itu. Beberapa pelayan masuk ke kamar Sya. Mereka membawa banyak makanan.

"Siapa yang memesan ini? apa kau tidak salah kamar?" tanya Sya.

Seorang pelayan yang terlihat lebih senior mendekat. Dia memberikan sebuah note pada Sya.

"Makan atau kau akan merepotkanku lagi."

Sya berdecak kesal membaca pesan itu.

"Kalian sudah bisa pergi dari sini."

Pelayan itupun keluar satu persatu dari kamar Sya. Karena tidak tahu harus berkeluh kesah pada siapa. Sya memilih menelfon Eri, mungkin dia saat ini sedang tidak sibuk.

"Apa kau sedang sibuk?" tanya Sya langsung.

"Tidak. Ada apa? apa bulan madumu indah sampai kau melupakan aku?" canda Eri dari seberang sana.

Sya berdecak, "Apa kau pikir aku dan dia bisa bersatu?"

Sya menceritakan semuanya. Sikap Arda dan segala hal tentangnya. Mulai Arda yang perhatian sampai Arda yang kembali ke sifat aslinya. Banyak hal yang Sya katakan, sampai dia tidak sadar jika Arda sudah berada di belakangnya.

"Aku kira, dia sudah mulai mencintaimu. Kau harus bertahan," ujar Eri.

"Tidak. Dia tidak mencintaiku, dia hanya menginginkan aku memberikan cucu untuknya. Setelah itu aku bisa bebas."

"Apa maksudmu bebas?" tanya Eri.

Sementara Arda masih memandang Sya dari belakang.

"Ya. Dia mungkin akan menceraikanku dan menikahi wanitanya. Aila, kau tahu itu," ucap Sya.

"Apa kau ingin ibumu bersedih karena kau bercerai?"

Pertanyaan itu membuat Sya diam. Eri benar, tidak mungkin ibu Zein akan senang. Apa lagi, Sya akan bercerai ketika dia melahirkan seorang anak.

"Sya. Sudah dulu, ibumu memanggilku," ucap Eri.

"Baiklah. Aku tutup."

Sya menutup telfon itu dan meletakan ponselnya ke atas meja. Dia masih bermain dengan pikirannya. Dia memikirkan perasaan ibu Zein nantinya.

"Aku tidak akan menceraikan kamu."

Perkataan itu membuat Sya tersadar dari pikirannya. Dia melihat Arda duduk dengan tenang di sofa kamar itu.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Sya.

Arda tersenyum kecil, senyum yang baru pertama kali Sya lihat.

"Saat kau mengatakan diriku adalah pria aneh dan tidak berperasaan."

Diam. Itu yang dilakukan Sya.

"Ayo makan," ajak Arda.

Sya kemudian duduk tepat di depan Arda. Mereka saling berhadapan.

"Apa maksudmu tidak ingin menceraikan aku. Kau mengatakan sendiri akan membebaskanku."

"Apakah sebuah kebebasan adalah perceraian?"

Sya menggeleng.

"Aku memberikan kebebasan untuk hidup yang akan kau pilih. Bukan menceraikan kamu, bagaimanapun aku tidak mungkin mengurus anak. Kau yang harus mengurusnya."

Sya menahan dirinya. Dari sisi manapun, Arda tetaplah menyebalkan bagi Sya. Di awal kalimat dia bisa menyanjung dengan lembut. Di akhir kalimat, dia akan membuat luka.

"Apa kau setuju?" tanya Arda.

"Untuk saat ini. Aku tidak bisa memikirkannya. Aku akan makan lebih dulu."

***

Sudah dua hari mereka berada di hotel itu. Tidak ada hal besar yang terjadi. Bahkan, mereka masih tidak memiliki niatan memberikan cucu. Mereka hanya saling bicara dan sesekali berdebat.

Dua jam lagi akan ada jemputan untuk Sya dan Arda kembali pulang. Mereka akan kembali ke dalam hidup yang mereka inginkan. Sampai sebuah pesan masuk ke ponsel Sya dan Arda secara bersamaan.

Nikmatilah semalam lagi. Kami tidak ada waktu menjemput kalian.

Pesan itu dikirim langsung oleh nyonya Ken. Sya dan Arda saling pandang. Mereka tidak tahu harus apa. Mau tidak mau, mereka akan menginap semalam lagi.

"Aku akan kembali ke kamarku," ucap Arda.

"Aku juga," lirih Sya.

Mereka masuk ke dalam kamar masing-masing. Bagi Sya, menginap satu malam lagi tidak masalah, tapi tidak untuk Arda. Dia sudah ingin kembali ke kantor dan segala aktivitasnya.

Jam berlalu begitu cepat. Hari sudah mulai malam. Sya dan Arda masih saja berada di dalam kamar masing-masing. Biasanya Arda akan datang ke kamar Sya dengan banyak alasan. Namun tidak hari ini.

Tok tok tok.

"Siapa?" tanya Sya sembari membuka pintu, "aku tidak memesan layanan kamar."

Pelayan itu menyodorkan sebuah minuman dingin pada Sya.

"Tolong terima. Ini dari suami anda."

Sya mengernyitkan dahi, tapi dia tetap menerima minuman itu. Setelah itu Sya kembali masuk ke dalam kamar.

Melihat sekeliling tidak ada minuman lain, Sya akhirnya meminum minuman dingin itu. Tanpa pikir panjang.

Di sisi lain, Arda juga mengalami hal yang sama. Seorang pelayan datang dan memberikan minuman dingin. Arda juga langsung meminumnya.

Sesaat masih biasa saja. Tidak ada yang terjadi, tapi lama kelamaan ada yang berubah dari Arda maupun Sya. Mereka sama-sama saling menginginkan.

Dengan langkah cepat, Arda masuk ke dalam kamar Sya. Dia menarik Sya yang sedang berdiri di depan jendela. Tanpa aba-aba dia mencium Sya dengan mesra.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sya lirih.

Arda tersenyum, "Lakukan saja dengan tenang," ucap Arda.

Perlahan mereka melakukannya. Hal yang tidak mungkin mereka lakukan saat sedang sadar. Hal yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang sedang dimabuk cinta.

***

Eri menelfon nyonya Ken. Dia mengatakan hal yang mereka rencanakan berhasil. Eri memang sudah datang ke hotel itu sejak pagi. Dia yang melakukan semua rencana itu. Tentunya atas perintah nyonya Ken.

"Bagus. Aku suka cara kerjamu," ucap Nyonya Ken.

Eri masuk ke dalam kamarnya. Kali ini, dia merasa tenang. Setidaknya, Arda tidak akan menceraikan Sya. Sya juga pasti akan mencoba membuat Arda mencintainya, karena Arda sudah menyentuhnya.

Episodes
1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
10 X
11 XI
12 XII
13 XIII
14 XIV
15 XV
16 XVI
17 XVII
18 XVIII
19 XIX
20 XX
21 XXI
22 XXII
23 XXIII
24 XXIV
25 XXV
26 XXVI
27 XXVII
28 XXVIII
29 XXIX
30 XXX
31 XXXI
32 XXXII
33 XXXIII
34 XXXIV
35 XXXV
36 XXXVI
37 XXXVII
38 XXXVIII
39 XXXIX
40 XL
41 XLI
42 XLII
43 XLIII
44 XLIV
45 XLV
46 XLVI
47 XLVII
48 XLVIII
49 XLIX
50 L
51 LI
52 LII
53 LIII
54 LIV
55 LV
56 LVI
57 LVII
58 LVIII
59 LIX
60 LX
61 LXI
62 LXII
63 LXIII
64 LXIV
65 LXV
66 LXVI
67 LXVII
68 LXVIII
69 LXIX
70 LXX
71 LXXI
72 LXXII
73 LXXIII
74 LXXIV
75 LXXV
76 LXXVI
77 LXXVII
78 LXXVIII
79 LXXIX
80 LXXX
81 LXXXI
82 LXXXII
83 LXXXIII
84 LXXXIV
85 LXXXV
86 LXXXVI
87 LXXXVII
88 LXXXVIII
89 LXXXIX
90 XC
91 XCI
92 XCII
93 XCIII
94 XCIV
95 XCV
96 XCVI
97 XCVII
98 XCVIII
99 XCIX
100 C
101 CI
102 CII
103 CIII
104 CIV
105 CV
106 CVI
107 CVII
108 CVIII
109 CIX
110 Pengumuman
111 CX
112 CXI
113 CXII
114 CXIII
115 CXIV
116 CXV
117 CXVI
118 CXVII
119 CXVIII
120 CXIX
121 CXX
122 CXXI
123 CXXII
124 CXXIII
125 CXXIV
126 CXXV
127 CXXVI
128 CXXVII
129 CXVIII
130 CXXIX
131 CXXX
132 CXXXI
133 CXXXII
134 CXXXIII
135 CXXXIV
136 CXXXV
137 CXXXVI
138 CXXXVII
139 CXXXVIII
140 CXXXIX
141 CXL
142 CXLI
143 CXLII
144 CXLIII
145 CXLIV
146 CXLV
147 CXLVI
148 CXLVII
149 CXLVIII
150 CXLIX
151 CL
152 CLI
153 CLII
154 CLIII
155 CLIV
156 CLV
157 CLVI
158 CLVII
159 CLVIII
160 CLIX
161 CLX
162 CLXI
Episodes

Updated 162 Episodes

1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
11
XI
12
XII
13
XIII
14
XIV
15
XV
16
XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
22
XXII
23
XXIII
24
XXIV
25
XXV
26
XXVI
27
XXVII
28
XXVIII
29
XXIX
30
XXX
31
XXXI
32
XXXII
33
XXXIII
34
XXXIV
35
XXXV
36
XXXVI
37
XXXVII
38
XXXVIII
39
XXXIX
40
XL
41
XLI
42
XLII
43
XLIII
44
XLIV
45
XLV
46
XLVI
47
XLVII
48
XLVIII
49
XLIX
50
L
51
LI
52
LII
53
LIII
54
LIV
55
LV
56
LVI
57
LVII
58
LVIII
59
LIX
60
LX
61
LXI
62
LXII
63
LXIII
64
LXIV
65
LXV
66
LXVI
67
LXVII
68
LXVIII
69
LXIX
70
LXX
71
LXXI
72
LXXII
73
LXXIII
74
LXXIV
75
LXXV
76
LXXVI
77
LXXVII
78
LXXVIII
79
LXXIX
80
LXXX
81
LXXXI
82
LXXXII
83
LXXXIII
84
LXXXIV
85
LXXXV
86
LXXXVI
87
LXXXVII
88
LXXXVIII
89
LXXXIX
90
XC
91
XCI
92
XCII
93
XCIII
94
XCIV
95
XCV
96
XCVI
97
XCVII
98
XCVIII
99
XCIX
100
C
101
CI
102
CII
103
CIII
104
CIV
105
CV
106
CVI
107
CVII
108
CVIII
109
CIX
110
Pengumuman
111
CX
112
CXI
113
CXII
114
CXIII
115
CXIV
116
CXV
117
CXVI
118
CXVII
119
CXVIII
120
CXIX
121
CXX
122
CXXI
123
CXXII
124
CXXIII
125
CXXIV
126
CXXV
127
CXXVI
128
CXXVII
129
CXVIII
130
CXXIX
131
CXXX
132
CXXXI
133
CXXXII
134
CXXXIII
135
CXXXIV
136
CXXXV
137
CXXXVI
138
CXXXVII
139
CXXXVIII
140
CXXXIX
141
CXL
142
CXLI
143
CXLII
144
CXLIII
145
CXLIV
146
CXLV
147
CXLVI
148
CXLVII
149
CXLVIII
150
CXLIX
151
CL
152
CLI
153
CLII
154
CLIII
155
CLIV
156
CLV
157
CLVI
158
CLVII
159
CLVIII
160
CLIX
161
CLX
162
CLXI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!