Beberapa hari ini Sya lebih sering mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Dia tidak ingin menemui siapapun. Termasuk Eri. Eri sadar apa yang sudah dia lakukan membuat Sya terluka. Hanya saja, Eri memiliki alasan sendiri.
Tok tok tok.
"Sya. Ibumu datang," kata Eri dati balik pintu kamar Sya.
Sya menyibak selimutnya dan langsung membuka pintu. Eri masih berada di depan kamarnya. Sya menarik Eri masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa?" tanya Eri, "kau tidak ingin menemui ibumu?"
"Bukan begitu. Apa Ibuku sendiri?"
Eri mengangguk.
Sya menghela nafas panjang. "Tolong katakan pada Ibu. Aku akan keluar sebentar lagi."
"Sya," panggil Eri.
Sya menoleh dengan senyuman di wajahnya, "Aku sudah memaafkan kamu. Lagi pula, apa yang kamu lakukan untuk kebenaranku."
"Semoga kamu bahagia, Sya."
Sya mengangguk. Eri keluar dari kamar Sya dan menemani Ibu Sya lebih dulu. Sementara Sya masih sibuk dengan bajunya di dalam kamar. Bagaimana bisa dia setuju untuk dijodohkan.
Jika pria itu tampan dan kaya, mungkin Sya akan tersenyum bangga. Hanya saja jika pria itu sebaliknya. Sya tidak tahu harus mengatakan apa pada ibunya.
"Sya. Ibumu memintamu agar cepat datang."
"Ya. Aku akan keluar."
Dengan rambut tergerai serta make up tipis. Sya keluar menemui Ibunya. Sudah lama mereka tidak bertemu. Sya langsung memeluk erat sang Ibu.
"Kenapa Ibu tidak mengatakan lebih dulu jika akan kesini."
"Ibu dan calon mertuamu memang sengaja melakukannya."
Sya kaget, "Calon mertua?"
"Ya. Sudah lama Ibu ingin mengatakannya padamu. Hanya saja kau selalu menolak. Sekarang, kau sudah menerimanya. Ibu merasa sangat lega."
Diam. Sejak tadi Sya ingin mengatakan jika dia tidak ingin dijodohkan. Kini hal itu sirna sudah, wajah bahagia ibunya membuat Sya hanya bisa pasrah.
Sejak dia ada di dunia. Belum pernah sekalipun membuat permintaan pada Sya. Kini, Sya ingin ibunya bahagia dengan cara ini. Entah siapa itu yang akan menjadi pasangannya, Sya akan menerima.
"Sya. Kamu sudah siap kan, ayo kita ke tempat yang sudah dijanjikan."
"Maksud ibu apa?"
Ibu Sya tersenyum, "Kau akan bertemu dengan calon pasanganmu. Ayolah."
Di depan rumah sudah ada sebuah mobil. Ya, Sya memang bukanlah dari keluarga yang rendah. Walau hanya dari kalangan kelas menengah. Sya tetap bersyukur akan hal itu, masih ada banyak orang yang lebih membutuhkan darinya.
Eri tersenyum dari jendela kamarnya. Setidaknya, Sya tidak akan menjalin hubungan dengan Jovi. Eri juga tidak perlu membongkar siapa dirinya di depan Sya. Itu akan membuat Sya tidak percaya.
***
Restoran kelas atas. Biasanya, Sya menjadi pelayan. Kini, Sya yang akan menjadi pelanggan. Banyak pelayan yang sudah terlatih berjalan kesana kesini. Mereka mencoba memuaskan pelanggan dan memajukan tempat kerjanya.
"Zein," panggil seorang wanita yang mungkin seumuran dengan Ibu Sya.
Ibu Sya menoleh, "Kau sudah datang. Dimana putramu?" tanya Ibu Sya.
"Dia akan datang sebentar lagi. Mari duduk, aku sudah pesankan makanan."
"Sya, kenalkan. Ini adalah nyonya dari keluarga Ken."
Sya mengulurkan tangannya, tangan itu disambut hangat oleh nyonya Ken. Setelah itu mereka terus membahas hubungan yang akan dilakukan Sya. Padahal, si pria belum datang juga sampai saat ini.
Brak. Sampai seorang pria masuk dan langsung menabrak seorang pelayan. Keributan kecil terjadi, tanpa aba-aba Nyonya Ken mendekat dan menarik tangan pria itu.
"Kenapa kau selalu ini, Da?"
Sret. Sya kaget bukan main dengan pria dihadapannya. Arda, pemilik perusahaan Arda Corp. Kenapa bisa dia ada disini dan bersama Nyonya Ken?
"Sya, kenalkan. Ini anak tante, Arda Ken."
Untuk sesaat Sya hanya bisa diam. Dia tidak bisa mengatakan apapun saat ini. Bahkan untuk menarik nafas saja rasanya susah.
"Ken, kenalkan wanita cantik ini. Syaheila Zein."
Kini mata mereka bertemu. Tidak ada kata atau apapun itu. Hanya ada perasaan kaget yang sama. Jika Sya murni kaget, tidak dengan Arda. Dia bahkan mengira jika Sya sudah tahu semua ini.
"Sya, sapa calonmu. Bukannya melamun dan menatap saja," kata Ibu Zein.
"Apa dia wanita yang akan aku nikahi?" tanya Arda to the poin.
Sya menahan nafas dan mendengarkan apa yang dibicarakan ibunya dan ibu Arda. Ternyata mereka sudah merencanakan ini sejak lama. Sya menyalahkan dirinya sendiri yang baru tahu akan hal itu.
"Kami pergi belanja dulu. Kalian bisa bicara berdua, jika ada hal yang ingin kalian lakukan. Lakukan saja," kata Nyonya Ken.
"Sya. Jangan malu-malu lagi," kata Ibu Zein sebelum pergi.
Sya dan Arda masih sama-sama diam. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai salah satu dari mereka bertanya.
"Apa kau memang mengincar pria kaya?" pertanyaan itulah yang terlontar dari bibir Arda.
Sya menggeleng. Percuma saja mereka membela diri. Hasilnya akan sama saja, Arda akan menghinanya dengan sesuka hati.
"Aku akan mengikuti apa yang ibuku minta. Ingat, kau hanya menjadi kekasihku karena ibuku. Jangan berharap lebih," kata Arda.
Sya mengangguk lagi. Tujuan mereka sama, hanya ingin membuat Ibu mereka bahagia dengan perjodohan ini.
"Satu hal lagi. Katakan pada Ibumu, jangan menuntut kita menikah dengan cepat. Aku tidak mau hubungan ini sampai kejenjang seperti itu."
Sya mendongakkan kepalanya, "Kalau begitu. Apa aku bisa meminta syarat padamu. Hanya satu."
"Apa?"
"Jaga hubungan baikmu dengan Jovi. Dan tolong, tetaplah menjadi kekasihku saat dihadapannya."
"Untuk apa aku melakukannya."
Sya tidak menjawab.
"Apa kau sudah jatuh cinta pada pria yang sudah memiliki anak?"
Masih tidak ada jawaban.
"Kau ternyata sangat murahan."
Sya tersenyum kecil, "Anggap saja aku murahan. Aku hanya tidak ingin mengganggu sebuah rumah tangga. Hingga aku memutuskan untuk setuju dengan perjodohan ini."
"Lalu, apa kau kira aku setuju?"
Sya membuang muka, "Jawab saja. Apa kau mau dengan persyaratanku. Jika tidak, aku bisa mengatakan semuanya pada Nyonya Ken dan juga ibuku."
Mendengar nama ibunya disebut. Arda akhirnya mengangguk setuju.
"Jovi biar aku yang urus. Kau hanya perlu menjadi kekasih palsu untuk ibuku."
Apakah setetes cinta akan jatuh dalam hubungan itu. Atau, akan hanya kebencian dan kepalsuan di dalam hubungan itu. Arda masih mengira jika Sya wanita matre. Sementara Sya, dia setuju demi melupakan Jovi.
***
"Ibu pulang dulu," kata Ibu Zein di depan rumah Eri dan Sya.
Sya tersenyum, "Apa ibu tidak ingin masuk dulu?"
"Tidak. Ibumu ini sudah tua, ibu ingin istirahat saja di rumah."
"Baiklah. Kabari aku jika sudah sampai di rumah."
Setelah selesai berpamitan, mobil juga sudah hilang menikung dipertigaan. Sya masuk ke dalam rumah. Eri terlihat sibuk dengan apa yang berada di tangannya. Ponsel.
"Kau sudah pulang?" tanye Eri, "apa pria itu tampan?"
"Jangan membahas hal yang membuat aku muak."
Eri hanya tertawa. Dia sudah tahu siapa yang dijodohkan untuk Sya. Ibu Zein tadi yang bilang padanya. Hal itulah yang membuat Sya benar-benar kesal saat ini.
Sejak bertemu dengan Arda. Hanya satu kata yang terus menyayat hati Sya. Wanita miskin hanya mengejar harta pria kaya. Padahal, Sya tidak pernah memikirkan harta.
***
Mohon kritik dan sarannya. 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
ALIN SABRINA
Semangat kaaak..
mampir di ceritaku yaaaa "ANGEL OF MY LIFE"
2021-02-23
1