VI

Kamar dengan warna dominan biru itu masih setia menemani sang pemilik. Sya masih berada di dalam kamar itu. Walau pakaiannya sudah berganti dengan seragam restoran.

Ada rasa gelisah antara ingin berangkat atau tidak. Jika dia tidak bekerja, dia tidak akan bisa mandiri. Hanya saja, jika dia berangkat apa Nyonya Ken tidak akan marah.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Sya buyar akan lamunanya. Dengan langkah cepat Sya membuka pintu kamar itu. Eri sudah di depan pintu dengan senyuman.

"Apa kau tidak ingin sarapan?" tanya Eri.

Sya menggeleng, "Aku tidak selera sarapan kali ini."

"Apa ada masalah?"

Eri tidak tahu apa yang terjadi hanya saja. Dia merasa perlu tahu agar Sya mau makan. Tidak biasanya dia menolak makanan.

"Ceritalah."

Sya mengangguk. Dia menarik tangan Eri masuk ke dalam kamarnya. Dia menceritakan semuanya, tapi dia tidak mengatakan tentang apa yang dia lihat di kamar Jovi dan Mila.

"Kenapa kau tidak bertanya pada Ibumu?"

Sya menggeleng.

"Jika kau ingin membahagiakan Ibumu. Turuti saja apa yang diinginkan Nyonya Ken. Jika tidak, perjodohan ini akan hancur. Hati ibumu juga akan terluka."

Kali ini Sya mengangguk. Dia tahu harus melakukan apa agar tidak bimbang lagi. Dia merasa harus menemui ibunya segera. Jika memang peejodohan ini karena teman, sudah tentu tidak ada persyaratan.

"Kalau begitu kita sarapan. Aku harus pergi kerja," kata Eri.

Sya mengangguk dan mengekor pada Eri. Mereka makan sarapan dengan percakapan ringan. Bukan percakapan yang membutuhkan pikiran.

***

Taxsi itu melaju dengan kecepatan sedang. Tidak ramai seperti hari biasanya, jalan lenggang. Sya ingin menanyakan banyak hal pada Ibunya. Hanya saja, Sya tidak ingin membuat orang tuanya itu terluka.

Ponsel Sya berdering. Ternyata telfon dari Arda. Entah sejak kapan dia memiliki nomor dari pria itu.

"Kau dimana?" tanya Arda.

"Bukan urusanmu," jawab Sya dengan ketus.

Arda tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hampir saja Sya mematikan telfon itu, sampai perkataan Arda membuatnya diam.

"Ibuku mencarimu saat ini."

"Aku akan ke rumahmu nanti sore. Hari ini, biarkan aku menjalani hidupku dengan tenang."

"Baiklah. Jangan sampai membuat ibuku kecewa atau kau akan tahu akibatnya."

"Ya."

Sya mematikan ponsel itu. Dia kembali duduk dengan tenang di dalam taxsi. Sampai beberapa menit kemudian dia sampai ditujuannya.

"Terima kasih, Pak." Sya turun sembari memberikan uang pada sopir taxsi itu.

Rumah yang tidak cukup besar itu terpampang jelas dihadapan Sya. Dia kembali teringat masa-masa indah yang dia lalui di rumah itu. Bersama orang tua dan seorang kakak lelaki yang kini entah dimana.

Ada rasa sedih ketika teringat kakaknya yang pergi entah kemana. Dengan alasan dia ingin merubah kehidupannya yang biasa saja.

"Sya, kau datang? kenapa tidak mengabari Ibu?" tanya Ibu Zein ketika melihat Sya berdiri terpaku di halaman rumah.

Sya tersadar dari lamunanya dan tersenyum begitu saja. Dengan hangat, Sya memeluk ibunya dengan ke dua tangan.

"Ada apa kau kesini? apa ada masalah?" tanya Ibu Zein.

Sya menggeleng, "Aku hanya ingin makan masakan ibu," kata Sya.

"Baiklah. Kau bisa istirahat dulu di kamarmu, Ibu akan masak untukmu."

Sya masuk. Dia terus memikirkan cara agar bisa bertanya tentang latar belakang perjodohan itu. Apa murni perjodohan atau tidak. Jika tidak, Sya akan mencari jalan lain untuk melupakan Jovi dan menjauh darinya.

Sudah beberapa kali Jovi mengirim pesan sejak pagi. Dia terus meminta bertemu dengan alasan rindu. Padahal, semuanya sudah jelas jika hal itu di larang.

"Sya kenapa hanya diam?" tanya Ibu Zein, "apa ada yang kamu pikirkan?"

Sya mengulas senyum dan mengajak ibunya duduk di sofa. Perlahan Sya menghela nafas panjang.

"Bu, apa perjodohan ini ada alasan lain. Selain hubungan pertemanan ibu dan Nyonya Ken?"

"Kenapa kau menanyakannya?" tanya Ibu Zein dengan wajah yang langsung berubah.

Sya tahu jika ada yang salah, "Katakan saja. Aku akan menerimannya dan tidak akan melakukan apapun."

"Benarkah?" tanya Ibu Zein.

Sya menggenggam tangan Ibu Zein dengan erat. Lalu, dia mengangguk.

"Sebenarnya, Ibu tidak ingin kau menikah diumur yang lebih tua. Lagi pula, Nyonya Ken mau menerima hubungan ini dengan senyuman."

"Maksud ibu apa?"

"Sya, Ibu ingin melihat kamu bahagia dengan menikahi orang yang sudah mapan."

Sya masih diam.

"Ibu sengaja datang ke rumah Nyonya Ken dan mengatakan hal ini. Nyonya Ken setuju, karena dulu ibu pernah membantunya."

Ibu Zein tersenyum. Dia dan Nyonya Ken memang teman, walau sudah lama tidak bertemu. Nyonya Ken tetap ingat dengan bantuan yang Ibu Zein berikan padanya.

"Jadi, karena sebuah balas budi perjodohan ini dilandaskan."

"Ya, karena Ibu mau kamu bahagia. Ibu ingin kebutuhan kamu tercukupi tanpa harus bersusah payah."

Sya menatap mata sang Ibu, "Aku masih ingin mandiri, Bu."

"Ibu tahu, kamu tidak suka dikekang dan diatur oleh orang lain. Hanya saja, umur kamu sudah waktunya menikah. Biarkan ibumu ini bahagia, Sya."

Mendengar hal itu membuat Sya tidak bisa berbuat apa-apa. Kali ini, dia akan melakukan ini karena kebahagiaan ibunya dan ingin melupakan Jovi. Walau pada akhirnya, perjodohan itu tidak dilandasi rasa saling mencintai.

***

Hari sudah semakin sore. Sya masih berada di rumah ibunya. Dia berniat untuk menginap disana semalam. Ya, sebelum dia menikah, dia ingin bersama dengan ibunya dulu.

"Sya. Ayo makan," ajak Ibu Zein pada Sya.

Mereka makan dengan menu yang sederhana. Tidak mewah seperti masakan restoran. Hanya saja, suasana hangat menyelimuti suasana makan hari itu.

Banyak hal yang dikatakan Sya. Sementara ibunya hanya menanggapi dengan kata-kata sederhana dan nasehat. Dia tidak ingin, perjodohan ini selesai begitu saja.

Suara ponsel Sya yang berdering sampai terdengar di ruang makan.

"Angkat dulu. Mungkin ada yang penting," kata Ibu Zein pada Sya.

Sya mengangguk dan mengambil ponsel yang berada di depan TV. Nama Arda tertera di layar ponsel Sya.

"Ya ada apa?" tanya Sya begitu mengangkat telfon itu.

"Kau dimana?" tanya Arda dengan nada kesal.

Sya tidak tahu apa yang sedang terjadi, "Aku di rumah ibuku. Ada apa?"

"Apa kau lupa? bukankah kau berjanji akan menemui ibuku sore ini."

Sya memukul kepalanya sendiri. Dia lupa segalanya. Bahkan janjinya untuk bertemu dengan Nyonya Ken.

"Kenapa diam? cepatlah datang ke rumah utama. Aku menunggumu," ucap Arda dan langsung menutup telfonya.

Tangan Sya meraih tas dan juga jaketnya. Dengan buru-buru Sya memasukan ponsel ke dalam tas dan menemui ibunya. Ibu Zein menatap penuh tanya pada Sya.

"Aku buru-buru, Bu."

"Kenapa? apa ada yang salah?"

"Aku lupa harus menemui Nyonya Ken. Aku pergi dulu, Bu."

Sya mengecup pipi ibunya dan langsung pergi. Dia menghentikan sebuah taxsi dan mengatakan sebuah alamat rumah. Ya, siapa yang tidak tahu rumah dari pengusaha.

***

Dengan celana jeans dan blus abu-abu. Sya masuk ke ruangan itu. Pertama, Sya melihat beberapa orang berjalan dengan pakaian resmi. Ke dua, Sya kaget saat memasuki ruangan utama.

Banyak orang yang berdiri dengan gelas di tangan mereka. Diam, Sya hanya bisa mematung di depan semua orang. Dia tidak tahu jika disana ada pesta.

Hampir semua orang tertawa melihat kedatangan Sya. Bagaimana tidak, Sya datang dengan pakaian seadannya. Sementara semua tamu menggunakan dress dan pakaian resmi.

"Kenapa kau datang seperti ini?" tanya Arda saat berada di samping Sya.

Sya menoleh kearah kirinya, "Kau tidak mengatakan jika ada pesta."

"Aku sudah mengirim pesan."

Mata Sya membulat, dia membuka tas dan mengambil ponselnya. Benar, Arda sudah mengirim pesan untuknya.

Sreet. Sya kaget saat sebuah jas menutupi tubuhnya. Jovi datang dengan sebuah senyuman.

Sya hanya bisa diam. Dia tidak tahu hal apa yang sedang menimpanya saat ini. Melihat kejadian itu, nyonya Ken merasa ada yang salah. Lalu dia mendekat pada Sya, Arda dan Jovi.

"Ada apa ini?" tanya nyonya Ken.

"Ma, kakak hanya merasa kasihan pada Sya. Jadi, dia meminjamkan jasnya. Lagi pula, dia tidak memakai pakaian yang pantas ke pesta kita."

Sya hanya menunduk. Dia tahu, apa yang akan terjadi padanya. Sudah jelas jika nyonya Ken akan mengusirnya.

"Mila," panggil nyonya Ken, "ajari suamimu hal yang pantas dan tidak pantas."

Kali ini Jovi hanya bisa diam. Dia tahu, apa yang dilakukannya sudah memancing emosi ibu mertuanya.

"Baik, Bu."

Mila mendekat pada suaminya dan menariknya pergi. Jovi melepaskan pandangannya dari Sya dan kini memandang istrinya yang menggunakan dress tanpa lengan.

Nyonya Ken kembali menatap Sya yang terlihat sangat lusuh. Dengan isyarat tangan dua orang pelayan wanita mendekat. Mereka langsung membawa Sya keluar dari ruangan itu.

Langkah kaki Sya dan dua pelayan tadi terhenti di depan sebuah ruangan. Lalu, seorang wanita membuka pintu. Wanita itu terlihat sangat cantik dan elegan.

"Apa kau yang bernama Sya?"

Sya mengangguk.

"Masuklah," kata wanita itu.

Sya melangkah masuk. Sebuah pemandangan yang belum pernah Sya lihat sebelumnya. Banyak pakaian dan berbagai aksesoris. Padahal, Sya mengira jika dirinya akan di usir.

"Kau itu cantik. Hanya saja, kau tidak merawat dirimu sendiri," kata wanita itu. Dia adalah perias yang disediakan di keluarga Ken.

Kali ini Sya bagai boneka. Dia hanya menurut saja. Poles sana, poles sini. Ganti baju ini, ganti baju itu. Hampir dua jam Sya hanya bisa menurut.

Wanita menatap dengan puas akan hasilnya dan berkata, "Kau sudah siap saat ini."

Sya menoleh kearah cermin. Dia melihat sosok lain dari dirinya. Bahkan, Sya tidak percaya jika itu dirinya.

Dengan langkah pasti. Sya membuka pintu ruangan pesta. Brak, semua orang menoleh. Mata mereka menatap pada Sya.

***

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

lnjut slam dari novel silat 13 pembunuh.

2021-02-13

1

lihat semua
Episodes
1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
10 X
11 XI
12 XII
13 XIII
14 XIV
15 XV
16 XVI
17 XVII
18 XVIII
19 XIX
20 XX
21 XXI
22 XXII
23 XXIII
24 XXIV
25 XXV
26 XXVI
27 XXVII
28 XXVIII
29 XXIX
30 XXX
31 XXXI
32 XXXII
33 XXXIII
34 XXXIV
35 XXXV
36 XXXVI
37 XXXVII
38 XXXVIII
39 XXXIX
40 XL
41 XLI
42 XLII
43 XLIII
44 XLIV
45 XLV
46 XLVI
47 XLVII
48 XLVIII
49 XLIX
50 L
51 LI
52 LII
53 LIII
54 LIV
55 LV
56 LVI
57 LVII
58 LVIII
59 LIX
60 LX
61 LXI
62 LXII
63 LXIII
64 LXIV
65 LXV
66 LXVI
67 LXVII
68 LXVIII
69 LXIX
70 LXX
71 LXXI
72 LXXII
73 LXXIII
74 LXXIV
75 LXXV
76 LXXVI
77 LXXVII
78 LXXVIII
79 LXXIX
80 LXXX
81 LXXXI
82 LXXXII
83 LXXXIII
84 LXXXIV
85 LXXXV
86 LXXXVI
87 LXXXVII
88 LXXXVIII
89 LXXXIX
90 XC
91 XCI
92 XCII
93 XCIII
94 XCIV
95 XCV
96 XCVI
97 XCVII
98 XCVIII
99 XCIX
100 C
101 CI
102 CII
103 CIII
104 CIV
105 CV
106 CVI
107 CVII
108 CVIII
109 CIX
110 Pengumuman
111 CX
112 CXI
113 CXII
114 CXIII
115 CXIV
116 CXV
117 CXVI
118 CXVII
119 CXVIII
120 CXIX
121 CXX
122 CXXI
123 CXXII
124 CXXIII
125 CXXIV
126 CXXV
127 CXXVI
128 CXXVII
129 CXVIII
130 CXXIX
131 CXXX
132 CXXXI
133 CXXXII
134 CXXXIII
135 CXXXIV
136 CXXXV
137 CXXXVI
138 CXXXVII
139 CXXXVIII
140 CXXXIX
141 CXL
142 CXLI
143 CXLII
144 CXLIII
145 CXLIV
146 CXLV
147 CXLVI
148 CXLVII
149 CXLVIII
150 CXLIX
151 CL
152 CLI
153 CLII
154 CLIII
155 CLIV
156 CLV
157 CLVI
158 CLVII
159 CLVIII
160 CLIX
161 CLX
162 CLXI
Episodes

Updated 162 Episodes

1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
11
XI
12
XII
13
XIII
14
XIV
15
XV
16
XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
22
XXII
23
XXIII
24
XXIV
25
XXV
26
XXVI
27
XXVII
28
XXVIII
29
XXIX
30
XXX
31
XXXI
32
XXXII
33
XXXIII
34
XXXIV
35
XXXV
36
XXXVI
37
XXXVII
38
XXXVIII
39
XXXIX
40
XL
41
XLI
42
XLII
43
XLIII
44
XLIV
45
XLV
46
XLVI
47
XLVII
48
XLVIII
49
XLIX
50
L
51
LI
52
LII
53
LIII
54
LIV
55
LV
56
LVI
57
LVII
58
LVIII
59
LIX
60
LX
61
LXI
62
LXII
63
LXIII
64
LXIV
65
LXV
66
LXVI
67
LXVII
68
LXVIII
69
LXIX
70
LXX
71
LXXI
72
LXXII
73
LXXIII
74
LXXIV
75
LXXV
76
LXXVI
77
LXXVII
78
LXXVIII
79
LXXIX
80
LXXX
81
LXXXI
82
LXXXII
83
LXXXIII
84
LXXXIV
85
LXXXV
86
LXXXVI
87
LXXXVII
88
LXXXVIII
89
LXXXIX
90
XC
91
XCI
92
XCII
93
XCIII
94
XCIV
95
XCV
96
XCVI
97
XCVII
98
XCVIII
99
XCIX
100
C
101
CI
102
CII
103
CIII
104
CIV
105
CV
106
CVI
107
CVII
108
CVIII
109
CIX
110
Pengumuman
111
CX
112
CXI
113
CXII
114
CXIII
115
CXIV
116
CXV
117
CXVI
118
CXVII
119
CXVIII
120
CXIX
121
CXX
122
CXXI
123
CXXII
124
CXXIII
125
CXXIV
126
CXXV
127
CXXVI
128
CXXVII
129
CXVIII
130
CXXIX
131
CXXX
132
CXXXI
133
CXXXII
134
CXXXIII
135
CXXXIV
136
CXXXV
137
CXXXVI
138
CXXXVII
139
CXXXVIII
140
CXXXIX
141
CXL
142
CXLI
143
CXLII
144
CXLIII
145
CXLIV
146
CXLV
147
CXLVI
148
CXLVII
149
CXLVIII
150
CXLIX
151
CL
152
CLI
153
CLII
154
CLIII
155
CLIV
156
CLV
157
CLVI
158
CLVII
159
CLVIII
160
CLIX
161
CLX
162
CLXI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!