Tiada kata yang bisa menggambarkan perasaan Sya kali ini. Dia masih saja menggenggam sebuah harapan pada Jovi. Bahkan, Sya berandai-andai jika Jovi bercerai dengan Mila. Dia pasti akan memilih Jovi dari pada Arda.
Malam semakin larut. Mata Sya masih tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Dia masih memikirkan apa yang dikatakan Eri. Sya berjuang untuk mencintai Arda, tapi Sya tidak memiliki alasan untuk itu.
Drrrt, drrrrt. Ponsel Sya menyala, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sya. Apa yang diharapkan Sya terjadi, Jovi mengirim pesan untuknya.
"Aku akan datang," lirih Sya.
Dengan bersemangat. Sya mengambil sweater tebal dan tasnya. Dia akan menemui Jovi di taman dekat rumah. Sya tahu ini terlarang, hanya saja. Sya merasa harus memastikan perasaannya sendiri.
Pintu dibuka dengan sangat perlahan oleh Sya. Jika Eri sampai terbangun, rencananya akan gagal. Dia tidak akan bisa bertemu dengan Jovi nantinya. Bahkan, Sya sengaja tidak memakai sepatu agar langkah kakinya tidak bersuara.
***
Suasana taman sudah sangat sepi. Bagaimana tidak, ini sudah waktunya orang beristirahat. Kini, Sya malah datang untuk menemui orang yang dia cintai. Walau cinta itu terlarang, bahkan sangat terlarang bagi beberapa orang.
Jovi tersenyum begitu melihat Sya datang dengan senyuman. Langkah kaki Jovi mendekatkan dirinya pada sang pujaan hati.
"Kau menemuiku?" tanya Jovi dengan senyum bahagia.
Sya mengangguk.
"Apa tidak ada yang tahu jika kau datang?"
"Tentu saja tidak. Kamu mau ngomong apa sama aku?" tanya Sya yang merasa penasaran.
Jovi menarik Sya untuk duduk di bangku dekat mereka. Perlahan, Jovi menggenggam tangan Sya. Diam, itulah yang dilakukan oleh Sya. Dia hanya merasa jantungnya berdetak kencang. Entah karena cintanya atau takut ketahuan karena bertemu dengan Jovi.
"Apa kau mencintaiku?" tanya Jovi.
Deg. Jantung Sya rasanya berhenti berdetak. Bagaimana bisa Jovi mengatakan kata cinta semudah itu. Bahkan untuk wanita yang barus beberapa hari dia temui.
"Sya. Aku janji aku tidak akan meninggalkan kamu."
"Kamu punya istri dan anak. Kita tidak boleh seperti ini," kata Sya. Sampai saat ini, Sya masih sadar jika hal itu salah.
Jovi membelai wajah Sya dengan lembut. Hal itu membuat Sya menoleh dan tatapan mereka bertemu.
"Aku bisa menceraikan Mila. Kamu hanya perlu menungguku," kata Jovi dengan penuh keyakinan.
Sya tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia merasa hal ini salah, hanya saja. Sya juga tidak ingin jauh dari Jovi. Sejak pertama bertemu, Sya merasa nyaman di samping pria beristri ini.
"Bagaimana?" tanya Jovi.
Sya masih ragu, "Kau tahu, aku dijodohkan dengan Arda. Dia juga bersikeras menikahiku, alasanya karena dia tidak ingin kau dan kakaknya bercerai."
"Jika kau mencintaiku. Kita jalani saja hubungan ini dulu, tanpa ada yang tahu. Jika kau merasa tidak nyaman, kita bisa berpisah."
Kali ini perkataan Jovi membuat hati Sya merasa yakin dengan pria itu. Jovi hanya meminta waktu agar bercerai dengan Mila. Sementara ini, dia harus tetap bertunangan dengan Arda.
"Kau mau, kan?"
Dengan malu, Sya menganggukan kepalanya. Pertemuan malam itu menjadi pertemuan yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan untuk Sya. Malam itu, Sya melangkah terlalu jauh. Dia menerima cinta dari pria beristri.
***
Tidak seperti biasanya. Kali ini Eri tidak menyiapkan makanan untuk Sya. Bahkan Eri juga tidak menyapa temannya itu. Hal itu membuat Sya merasa tidak enak.
"Apa ada masalah?" Sya memberanikan diri bertanya.
Tidak ada jawaban dari Eri. Kali ini Eri sampai menghindar dengan cepat saat Sya mendekat.
"Aku bisa jelaskan, Ri. Aku melalukan ini karena aku dan Jovi saling cinta."
Eri menghentikan jalannya. Dia tidak percaya jika Sya berani melakukan hal itu. Sudah berkali-kali Eri mengingatkan. Kini, Sya sudah berjalan kearah yang salah. Jalan yang mengerikan.
Dengan tubuh gemetar Eri berbalik arah dan menatap Sya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sya.
"Kau. Apa kau tahu jika ini salah? kau tahu konsekuensinya, kan?"
Sya diam. Dia sudah membuat Eri terluka. Apa lagi jika ibunya sampi tahu. Sya mungkin akan melukainya sangat dalam.
"Tolong pergi dari rumah ini. Aku tidak mau berteman dengan seorang pelakor."
Derr. Sya berasa disambar petir mendengar nama pelakor dari mulut temannya itu. Sya tidak merasa menjadi pelakor dalam hal ini. Dia hanya saling mencintai, hal itu tidak ada salahnya.
"Aku bukan pelakor. Dia berjanji akan bercerai dengan Mila. Aku akan menunggunya," bela Sya pada dirinya sendiri.
Eri tersenyum sinis, "Apa kau tahu apa itu cinta? cinta bukanlah apa yang kau baca dalam novel. Lupakan saja, percuma aku menjelaskan padamu. Pergilah."
Bahkan saat mengusir Sya. Eri tidak menoleh sedikitpun. Dia memilih masuk ke dalam kamar dan menguncinya dengan rapat.
Sadar sudah mengecewakan Eri. Sya masuk ke dalam kamar dan mengemas barang-barangnya. Saat ini, Sya tidak tahu harus kemana. Jika dia kembali ke ibunya, ibunya akan tahu masalah ini.
Sya menggeleng dengan keras. Jika ibunya tahu, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat ini, dia hanya memikirkan nama Jovi.
"Aku pergi," ucap Sya sebelum keluar dari rumah itu.
Di dalam kamar. Eri menangis sejadi-jadinya. Dia tidak menyangka jika hal itu akan dilakukan oleh Sya. Kesalahan yang dulu juga pernah dilakukannya. Sampai saat ini, karma itu masih berlaku.
Berulang kali Eri menjalin hubungan. Berulang kali juga Eri harus menelan pil pahit. Sakit, jelas Eri merasakannya. Alasan itulah yang membuat Eri terus menjaga Sya. Walau hasilnya di luar dugaan.
"Aku akan tetap membuatmu sadar, Sya."
***
Langkah demi langkah dilalui oleh Sya. Tanpa arah dan tujuan yang jelas. Sebuah koper berwarna hitam kini menjadi teman perjalananya.
Dia ingin mengatakan pada Jovi jika dia sudah diusir. Niat itu Sya urungkan, Arda akan tahu hal ini cepat atau lambat. Dia tidak akan diam begitu saja.
"Butuh tumpangan?"
Lamunan Sya buyar. Dia menoleh kearah kirinya. Sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Jovi keluar dari mobil itu dengan senyuman mengembang.
"Mau kemana wanitaku ini?" tanya Jovi wajah bahagia.
Tanpa kata, Sya langsung memeluk Jovi begitu saja. Merasa Sya sudah masuk ke dalam cintanya. Jovi balas memeluk pelukan Sya.
Di dalam pelukan itu, Sya menangis. Dia mengungkapkan semuanya. Dia tidak merasa khawatir akan ketahuan atau hal lainnya. Saat ini, dia sangat membutuhkan Jovi.
"Sayang, kau bukan pelakor. Aku dan Mila memang sudah lama seperti ini. Tidak ada cinta lagi di antara kami."
"Tapi Eri...."
Shhh, Jovi meletakan telunjuknya dibibir Sya.
"Aku akan membawamu kesebuah apartemen. Untuk sementara kau tinggal disana."
Sya langsung setuju begitu saja. Mereka berdua tidak sadar jika sejak tadi ada yang memperhatikan tingkah laku mereka. Mereka sudah terlanjur masuk ke dalam suasana mesra dan tidak menghiraukan kesekeliling.
***
Mohon kritik dan sarannya. 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments