"Hai ibu hamil yang memesona, bagaimana kabarmu?" sapanya pada Viona sambil tersenyum manis.
Viona tertawa renyah, beranjak dari kursi kerjanya menuju sofa yang terdapat di sudut ruangan itu. "Masuklah, tunggu sebentar, pegawaiku sedang membuatkan teh."
Juna melangkah ke arah sofa dan duduk berhadapan dengan Viona, kemudian datanglah Sita masuk membawa nampan yang berisikan dua cangkir teh dengan uap yang masih mengepul lalu menaruhnya di atas meja.
Juna mengambil satu cangkir yang tersaji di hadapannya, aroma teh melati yang menguar mempunyai efek menenangkan dan memanjakan indera penciuman siapapun yang menghirupnya.
"Bagaimana kalau kita bicarakan masalah pekerjaan sambil makan siang di luar?" usul Juna disela-sela menyesap tehnya.
"Boleh juga, tapi cuaca di luar sedang tidak mendukung, sepertinya hujan mulai turun. Atau mau makan di sini saja? Kita bisa memesan layanan pesan antar dari restoran favoritku," tawar Viona pada Juna.
"Apa kamu tidak bosan, seharian terus-menerus di dalam ruanganmu? Aku ingin mengajakmu makan di luar, atau mungkin ada tempat makan yang ingin kamu kunjungi?" tanyanya, sementara tangannya menaruh cangkir teh yang dipegangnya ke atas meja.
"Ada, tapi aku tidak yakin kamu akan menyukainya. Ada soto ayam komplit yang dijual di emperan toko, aku melihatnya di laman media sosial. Sepertinya lezat," tutur Viona, ia bahkan menelan ludahnya karena berliur membayangkan makanan yang diinginkannya.
"Tapi cuaca sedang hujan, bagaimana jika kamu kedinginan saat makan di sana? Juga bisa terkena cipratan air hujan." Juna menatap cemas pada Viona.
"Benar juga sih. Padahal aku ingin sekali menyantap makanan itu, semoga di lain waktu ada kesempatan untuk bisa mencicipinya," sahutnya lesu, Viona menundukkan wajahnya, ia bahkan berkali-kali menarik napas dalam. Sepertinya efek dari kehamilannya membuat emosi Viona tidak stabil.
Juna memperhatikan mimik muka Viona yang berubah muram membuatnya merasa tidak tega untuk menolak.
"Tapi aku pun jadi penasaran seperti apa rasanya makanan di situ sehingga menjadi viral, ayok kita berangkat sekarang." Juna melempar snyum manisnya pada Viona.
Wajah Viona seketika berubah ceria saat mendengar kata-kata Juna. "Beneran, Jun? Kalau gitu tunggu sebentar, aku ambil tasku dulu." Dengan semangat Viona bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya.
"Ayo, Jun," ajaknya riang, bahkan ekspresi Viona saat ini lebih terlihat seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.
Sejenak Juna tertegun, ditatapnya perempuan mungil nan cantik yang sedang berdiri di hadapannya. Jujur saja jantungnya selalu berdegup kencang kala Viona berada di dekatnya, matanya kemudian beralih ke perut yang membuncit membuatnya berandai-andai, betapa bahagianya jika yang kini tengah dikandung Viona adalah anaknya.
Arjuna kamu pasti sudah gila! Batinnya.
"Jun kok ngelamun? Ayo, berangkat." Suara Viona membuyarkan lamunan Juna.
"Eh i-iya, Vi." Juna segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan beriringan dengan Viona.
Hujan turun semakin deras. Juna mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rendah karena kondisi jalanan yang licin, jutaan liter air hujan yang tumpah bahkan membuat kaca mobil menjadi buram walaupun wiper sudah melakukan tugasnya secara maksimal.
Juna tetap fokus mengemudi sambil sesekali menoleh ke arah Viona. Kira-kira sudah setengah jalan mereka terjebak macet yang sangat panjang, dilihatnya Viona seperti menggigil kedinginan karena cuaca di luar memang sedang hujan deras, ditambah lagi dari dinginnya AC yang dinyalakan di dalam mobil.
Viona hanya mengenakan dress terusan selutut berlengan pendek. Sesekali ia mengosok-gosok tangannya yang terasa membeku. Juna membuka jaket yang dipakainya untuk diberikan ada Viona.
"Vi, pakai jaketku, supaya nggak kedinginan." Tangannya terulur memberikan jaket ke pangkuan Viona.
Sejenak Viona termenung, tetapi sesaat kemudian tanpa basa basi Viona memakai jaket itu untuk mengusir rasa dingin yang menyelimutinya sejak tadi.
Di tengah kemacetan yang mulai terurai terdengar suara gemuruh yang sangat nyaring, membuat Juna mengerutkan keningnya karena asal sumber suara begitu jelas dan dekat.
Kruuukkk ....
Terdengar beberapa kali bunyi nyaring yang sama. Setelah Juna menajamkan pendengarannya ternyata suara gemuruh tersebut berasal dari perut Viona, sepertinya si jabang bayi sudah menagih meminta asupan nutrisinya sehingga membuat perut Viona berbunyi nyaring memberi tanda untuk segera diisi.
Dilihatnya wajah cantik Viona yang mulai menunjukkan semburat merah karena malu dengan bunyi nyaring yang berasal dari perut laparnya. Semenjak frekuensi mual muntahnya berkurang, Viona sangat mudah merasa lapar.
Juna mengulum senyumnya, mengatupkan bibir kuat-kuat agar tidak tertawa karena melihat wajah Viona yang sudah merona merah, ia semakin dibuat gemas melihat Viona yang seperti itu.
"Ehm, apakah karena hujannya sangat deras sehingga guntur pun bahkan terjadi di dalam perutmu?" ucap Juna sambil berusaha menahan tawanya.
Viona mendelikan mata melirik ke arah Juna. "Apa yang kamu bilang itu sepertinya benar, bahkan mungkin hujan deras bak air bah juga sedang terjadi di dalam perutku yang kelaparan ini," sahutnya bersungut-sungut.
"Hahaha ...."
Akhirnya Juna tertawa terbahak-bahak, ia sudah menahannya sejak tadi untuk tidak menyemburkan tawanya begitu saja. Viona memukul bahu lelaki itu kesal.
"Bisa diem gak sih, puas banget kayaknya, ketawanya sampai blong begitu gak ada remnya!" seru Viona galak.
"Wuih, ibu-ibu yang sedang hamil memang lebih garang ya," ujarnya sengaja menggoda Viona.
Viona memutar bola matanya malas dan mencebikkan bibir. Sebenarnya ia benar-benar merasa malu karena perutnya tidak bisa diajak berkompromi dan berbunyi di waktu yang tidak tepat. Juna masih menetralkan napasnya setelah tergelak tadi, dan tanpa terasa ternyata mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Vi, tempatnya di sini kan?" tanyanya, kemudian ia sedikit menurunkan kaca jendela mobilnya untuk memastikan bahwa ini adalah tempat yang di maksud.
"Iya bener, ini tempatnya, dan itu soto yang kubilang." Viona mengarahkan jari telunjuknya ke arah sebuah gerobak.
Juna menepikan mobilnya sedekat mungkin ke dekat gerobak penjual soto itu. Ia turun lebih dulu dan mengambil payung agar Viona tidak kehujanan, kemudian membukakan pintu kursi penumpang.
Mereka berjalan berdampingan dan mau tidak mau Viona harus merapat dengan Juna agar bahunya tidak terkena cipratan air hujan. Mereka berdua segera menghampiri si penjual soto tersebut, dan tampaknya tinggal tersisa sedikit lagi.
"Bu, pesan dua porsi ya," pinta Juna.
"Aduh maaf, ini adanya tinggal satu porsi lagi," sahut si ibu penjual tersebut.
Sejujurnya Juna juga merasa sangat lapar tapi jika mengajak Viona makan ke tempat lain ia tidak akan tega karena sejak tadi Viona terlihat sudah begitu antusias untuk makan di situ.
"Ya sudah, pesan satu porsi saja ya Bu untuk_" ucapannya tertahan.
"Untuk istrinya ya, Dek?" tanya si ibu itu saat matanya menangkap ke arah perut Viona yang membuncit.
"Ah, sa- saya bukan_" Belum juga Viona selesai menjawab si ibu sudah lebih dulu memotong kalimatnya.
"Karena ini penghabisan saya akan buatkan satu porsi yang spesial untuk istrinya yang cantik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Mak sulis
semangkok berdua ajah..dan semoga Bima melihat, biar kebakaran jenggot
2024-01-05
1
Fiera
perut keroncongan disaat yg tidak tepat 😅
2022-10-10
0
dewi
salah paham Mbak 😁
2022-10-05
0