Halo my beloved readers, terima kasih banyak atas apresiasi dan dukungan kalian untuk ceritaku ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak kalian setelah membaca berupa like, komentar, serta vote seikhlasnya. Dukungan kalian selama ini melalui like dan juga komentar positif membuatku semakin semangat menulis.
Follow juga Instagramku @senjahari2412 untuk mengetahui informasi seputar cerita-cerita yang kutulis.
Selamat membaca....
😘💕
*****
Sepulang dari Maldives, pasangan pengantin baru itu langsung pindah ke rumah yang sudah dibangun Bima sebelum mereka menikah. Viona ingin belajar mandiri dalam menapaki rumah tangganya, jadi dia menyetujui untuk langsung tinggal terpisah dari orang tuanya dengan hanya membawa satu asisten rumah tangga.
Ia ingin merasakan menjadi seorang istri yang seutuhnya, istri yang berbakti pada suaminya seperti yang sudah sering di ajarkan orang tuanya tentang kewajiban seorang istri dalam pernikahan. Karena setelah menikah, sekecil apapun yang dikerjakan semuanya mendapatkan pahala. Misalnya hanya hal kecil seperti mencuci piring bekas makan suami, setiap tetes air yg digunakan untuk membilas piring itu memohonkan ampun pada Allah agar si istri diampuni dosa-dosanya, itulah mengapa menikah disebut ibadah, karena di dalamnya penuh dengan keberkahan asalkan niatnya menikah memang untuk beribadah.
*****
Setelah pindah ke rumah baru, semakin hari mereka makin ketagihan kenikmatan surga dunia itu. Hampir setiap malam mereka melakukannya, kemudian saat menjelang subuh mereka akan mengulanginya lagi, dan memang begitulah lumrahnya pengantin baru pada umumnya.
Terlebih lagi jika di hari libur, setiap kali ada kesempatan Bima akan langsung menarik Viona bergelung dengan gairah. Entah itu di ranjang, di sofa depan televisi, bahkan di dapur. Seakan mereka tak ada habisnya untuk melakukannya lagi dan lagi.
*****
Sudah tiga bulan sejak Viona menikah dengan Bima, lambat laun Viona baru mengetahui sifat asli Bima yang keras kepala, cepat marah, tidak peka, dan bukan tipe pria yang romantis. Bahkan suaminya itu hanya memanggilnya dengan sebutan sayang ketika mereka tengah berpacu dalam kubangan gairah saja, dan selebihnya Bima tidak pernah memanggil Viona dengan mesra.
Bahkan jika setelah selesai bercinta, tidak pernah ada sesi bermanja-manja dengan mesra penuh kasih sayang. Sewajarnya seorang istri ingin dimanja dan dipeluk setelahnya. Namun, tidak demikian dengan Bima. Jika telah selesai akan urusannya dengan Viona, dia akan membersihkan diri dan langsung jatuh tertidur tanpa mempedulikan istrinya.
Terkadang Viona hanya merasa menjadi sebuah barang pemuas nafsu saja bukan seorang istri. Ia mencoba berlapang dada, berusaha memahami sifat suaminya dan menganggapnya sebagai ujian dalam rumah tangga. Bukankah setiap pernikahan pasti di uji dan diberi cobaan? Tidak mungkin perjalanan bahtera ini isinya manis semua bukan?
*****
Hari ini Viona merasa tidak enak badan, kepalanya pusing, badannya lemas, dan lambungnya seperti bergolak membuatnya muntah-muntah dengan hebat. Ia bahkan hampir tidak punya tenaga untuk sekadar menyeret tubuh keluar dari kamar mandi.
"Vi, kamu kenapa?" Bima mengetuk pintu kamar mandi.
Pintu kamar mandi terbuka, Viona melangkah keluar dengan lunglai.
"Kamu ngapain aja sih di kamar mandi? Lama banget. Terus mana bajuku, kenapa belum disiapkan?" seru Bima pada Viona.
"Maaf Mas, aku sedang tidak enak badan, sebentar aku ambilkan." Viona memilihkan pakaian kerja untuk Bima, tetapi sesaat kemudian kepalanya kembali berdenyut. ia berpegangan pada sisi lemari untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Vi, cepetan dong! Nanti aku telat nih." Bima setengah berteriak.
"Iya sebentar, Mas." Viona menguatkan dirinya, ia cepat-cepat membawakan pakaian untuk Bima.
"Kok yang ini sih, aku nggak suka warnanya. Ini nggak cocok untuk acara meeting hari ini," cela Bima saat melihat pakaian yang di ambil istrinya.
Bima mengambil sendiri pakaiannya karena pilihan Viona tidak sesuai dengan seleranya. Viona hanya menghela napasnya dengan berat, kadang ia jengkel dengan watak suaminya yang susah dipahami.
"Kamu nggak siap-siap?" tanya Bima sambil memakai pakaiannya.
"Kayaknya hari ini aku nggak akan ke butik, aku mau istirahat saja di rumah. Mas, nanti sore tolong antar aku ke dokter, soalnya sudah tiga hari mual-mualku tak kunjung membaik."
"Cuma mual-mual kayak gitu paling cuma masuk angin. Beli obat di apotek aja lah, kamu bisa beli sendiri kan? Lagi pula sore ini aku nggak akan keburu nganterin, kerjaanku lagi banyak-banyaknya," ujar Bima enteng, sama sekali tidak khawatir akan kondisi Viona.
"Iya, Mas. Mungkin aku memang cuma masuk angin, nanti aku ke apotek depan komplek."
Bima keluar dari kamar diikuti oleh Viona dan berjalan menuju ke ruang makan, ia menarik kursi dan duduk di sana.
"Ini sarapannya." Viona menyajikan nasi goreng yang dibuatnya setelah shalat subuh tadi.
Bima menyendok nasi gorengnya dan memakannya, baru saja satu suapan, tiba-tiba Bima menaruh sendok dan garpunya dengan kencang sehingga menimbulkan bunyi dentingan nyaring saat beradu dengan piring.
"Vi, aku nggak bisa lanjutin makan, nasi gorengnya agak keras, ini menyakiti gigiku saat mengunyahnya. Aku mau sarapan bubur ayam dekat kantor saja." Bima segera bangkit dan mengambil kunci mobilnya.
"Ya sudah. Hati-hati di jalan ya." Viona mengantar Bima hingga ke depan pintu, ia meraih tangan suaminya dan menciumnya.
"Aku berangkat, Assalamualaikum." Kemudian Bima berlalu masuk ke dalam mobil.
"Wa'alaikumsalam," sahut Viona pelan.
Setelah mobil Bima menghilang di ujung jalan Viona kembali masuk ke dalam rumah, ia memakan nasi goreng buatannya tadi dengan perasaan sesak, Viona sudah memasak dengan susah payah, tetapi suaminya itu sangat jarang menghargai masakannya.
Viona selalu berusaha memasak menu yang disukai Bima walaupun ia sendiri tidak menyukai jenis makanan itu, demi baktinya pada sang suami Viona berusaha untuk selalu menyenangkan Bima.
Setelah selesai sarapan, Viona menelepon orang kepercayaannya di butik bahwa ia tidak bisa datang hari ini.
****
Viona pergi ke apotek membeli obat, ia menjelaskan tentang keluhannya agar bisa direkomendasikan obat yang tepat. Namun, pekerja apotik malah menyuruhnya membeli alat tes kehamilan.
Karena penasaran, Viona pun membeli tiga buah alat tes kehamilan dalam merek yang berbeda-beda dan bergegas pulang ke rumah.
Viona menggunakan alat tes itu sesuai keterangan yang tertera di kemasan, setelah beberapa saat, muncullah dua buah garis merah dari ketiga merek alat tes itu.
Senyuman mengembang di wajah cantiknya, ia begitu senang bisa mengandung. Viona merasa menjadi wanita yang sempurna karena akan menjadi seorang ibu.
Viona akan memberi kejutan pada Bima nanti malam. Ia yakin suaminya juga pasti senang dengan kabar bahagia ini, berharap semoga sifat Bima bisa berubah dan bersikap lebih manis padanya.
Lumrahnya ibu hamil butuh dimanjakan, emosinya berubah-ubah karena hormon yang tidak stabil. Sudah sewajarnya para suami akan menjaga dengan segenap jiwa raga, memberikan yang terbaik untuk sang ibu dan bayi dalam kandungannya.
*****
Viona menuggu Bima pulang, ia menunggu diruang keluarga sambil menonton tayangan televisi, tetapi karena Bima itu gila kerja sudah pasti tidak akan pulang sampai semua pekerjaannya benar-benar selesai.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Bima masih belum kembali, akhirnya Viona memutuskan untuk menunggu di kamar saja karena ia sudah mengantuk.
Baru saja Viona akan membuka pintu kamar, terdengar deru mesin mobil memasuki garasi rumahnya. Ia langsung turun berlari-lari kecil dengan senyum mengembang karena Bima sudah pulang, sudah tidak sabar ingin segera memberi tahu tentang kehamilannya. Viona membuka pintu dan keluar menuju garasi menyambut suaminya.
"Selamat datang, Mas." Viona mengambil tas kerja Bima dan meraih tangan kanan suaminya itu lalu menciumnya.
"Vi, apaan sih. Gak usah cium tangan di luar gini juga kali, terlalu berlebihan! Malu nanti kalau dilihat tetangga, mengumbar kemesraan di luar rumah," bentaknya tanpa perasaan.
"Maaf, Mas. Lain kali aku tidak akan mengulanginya." Viona tertunduk dan sedikit terisak.
Viona berpikir, Bima itu suaminya kan? Viona hanya menunjukkan bakti dan rasa hormatnya sebagai seorang istri. Lagi pula jika tetangga melihat juga tidak apa-apa bukan? Mereka itu pasangan yang sah, dan yang dilakukannya hanya mencium tangan, bukan berciuman bibir di depan umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
br bc brp part tp d mw mewek ae aq nya, sedih...mn pengantin br 🥺🥺🥺
2024-01-19
0
Mak sulis
Bima gak seru..kaku..pasti nyebelin ini mah
2024-01-04
0
Erlina Sri
kok nyesek ya 😭
2023-02-06
0