Ibel baru saja tiba di apartemennya, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malamn. Memarkirkan mobil warna merahnya di basemen, membuka seat belt lalu turun dari mobilnya.
Saat matanya melirik ke arah mobil yang terparkir di samping kendaraannya. Ibel merasa pelat nomor, brand dan warna kendaraan itu sangat familiar. Ia mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat siapa gerangan pemilik kendaraan tersebut.
Setelah beberapa saat memutar otaknya barulah Ibel mengingat bahwa itu adalah salah satu mobil milik Bima, suami Viona. Tidak salah lagi, beberapa kali Ibel berkunjung ke rumah Viona ia pernah melihat mobil ini terparkir di garasi.
Untuk apa Bima ke sini? Apakah Viona berkunjung ke tempatnya? Kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu. Jangan-jangan Bima marah dan datang ke tempat tinggalnya karena tadi Viona dijemput olehnya tapi tidak diantarkan pulang kembali, atau mungkin telah terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu, batin Ibel.
Ingatannya melayang pada Juna, pikiran-pikiran buruk mulai berputar silih berganti di kepala cantiknya, jangan-jangan Juna itu sebenarnya penjahat? Bagaimana bisa dengan mudahnya dia mempercayakan Viona pada Juna yang baru saja bertemu kembali setelah sekian lama, bisa jadi Juna yang sekarang tidak seperti dulu lagi.
Ibel membuka resleting tasnya dengan tidak sabaran sehingga isi di dalamnya berhamburan keluar demi mengambil ponsel untuk secepatnya menghubungi Viona.
"Halo." terdengar suara serak Viona menyahut di seberang telepon.
"Ibu hamil kesayanganku yang kece, lo lagi di mana sekarang? Gak apa-apa kan? Gak dijambret kan? Si Juna gak nyulik lo kan? Dia gak nurunin lo di tengah jalan kan?" berondong Ibel pada Viona bercampur rasa khawatir dalam setiap kalimatnya.
"Isabelaaaaaaa," teriak Viona sambil menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara ibel yang berteriak-teriak membuat telinganya berdengung. "ngomongnya pelan-pelan napa? Gue gak budeg, terus kalo nanya itu satu-satu, jangan langsung bergerbong-gerbong panjang kayak kereta!"
"Gue itu nanya sama lo dan butuh jawaban yang pasti sekarang juga, bukan keluhan atau semacamnya. Kalau mau komplain silahkan ke bagian informasi, Nyonya," gerutu Ibel memaksa.
"Dih, lo ini kenapa, tiba-tiba kayak yang kebelet minta dihalalin sampe butuh kepastian," sahut Viona terkekeh.
"Gue gak lagi bercanda Viona Rasyid!"
"Hahaha," Viona tergelak sejenak kemudian kembali menyambung obrolannya.
"Ini lagi di rumah. Gue nggak apa-apa Bel, Juna nganterin sampe ke depan rumah, bahkan tadi kita sempat mampir ke kedai bakso yang di pinggir jalan itu. Dia nganterin dan nemenin gue makan sampai selesai, lagian lo kenapa sih? Tumben-tumbenan khawatir belingsatan sampai kayak orang kebakaran jenggot begitu, salah minum obat ya?"
"Hih, sembarangan. Gue udah jinak jadi gak perlu minum obat lagi. Gue cuma khawatir aja, lo juga sih kenapa gak ngasih kabar kalau udah sampai di rumah dalam keadaan sehat selamat sejahtera. Eh, jadi lo lagi di rumah sekarang? Sendirian?" Ibel kembali menyerocos tanpa henti.
"Iya," sahut Viona singkat.
"Irit bener jawabannya, emang suami lo kemana?" Ibel berusaha bertanya setenang mungkin di tengah rasa penasarannya.
"Ah, itu-itu Mas Bima lagi ketemuan sama temen bisnisnya di luar, jadi masih belum pulang. Biasa urusan perusahaan Bel," ujarnya berbohong. "Memangnya kenapa?"
Ibel termenung sejenak, ingin rasanya mengatakan pada Viona bahwa mobil Bima berada di apartemen yang ditinggalinya. Setelah kembali berpikir Ibel mengurungkan niatnya, walaupun berbagai pertanyaan berlarian berlalu lalang di otaknya.
Pikirannya bertanya-tanya, kalau urusan bisnis kenapa bertemu di apartemen? Kenapa tidak di cafe atau restoran saja, lagipula ini sudah malam untuk membicarakan urusan bisnis juga akhir pekan, atau mungkin ini tentang proyek yang sangat rahasia sehingga mereka membahas pekerjaan secara privat?
Ibel tidak jadi memberi tahu Viona, merasa tidak enak hati jika terlalu jauh mencampuri urusan pribadi sahabatnya itu.
"Gak apa-apa, gue cuma khawatir aja kalau ibu hamil malah keluar kelayapan malam-malam sendirian, nanti kalau digondol mbak kunti di jadiin temennya kan ngeri," goda Ibel.
"Bel jangan mulai deh, gue kan takut sama hal-hal horor dan mistis begitu. Mana udah malem lagi." Viona bersungut-sungut.
"Hehehe ... maaf deh maaf, abisnya gue gatel kalau libur godain lo. Uah dulu ya bumil, selamat malam dan selamat beristirahat."
"Terima kasih nona iklan shampo, see you."
Terdengar bunyi sambungan telepon dimatikan dari seberang sana. Ibel memutuskan untuk berpikir positif dan menyingkirkan segala prasangka.
*****
Menjelang tengah malam Bima baru kembali ke rumah. Viona sebenarnya belum tidur, hanya saja ia memilih diam dan memejamkan matanya saat telinganya menangkap suara deru mesin mobil yang baru saja memasuki garasi rumah. Viona sama sekali tidak berminat untuk bangun dan menyambut suaminya.
Bima nampak acak-acakan, rambutnya kusut, matanya sedikit memerah, bahkan lingkaran hitam mulai nampak mengerikan di sekitar matanya, ditambah bau asap rokok yang menyengat begitu melekat menempel di seluruh pakaian yang dikenakannya.
Bima langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, melempar pakaian kotornya ke keranjang cucian lalu mengguyur dirinya dengan air hangat. Setelah selesai membasuh diri ia keluar dari kamar mandi. Namun, saat matanya melihat ke arah tempat tidur, Viona sudah tidak ada di sana, padahal tadi saat masuk ke kamar Bima yakin melihat istrinya itu sudah tertidur pulas bergelung selimut.
Matanya menjelajah ke seluruh penjuru kamar, tetapi tetap tidak menemukannya. Bima keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah, mencari di ruang tamu lalu ke ruang keluarga. Ruang makan, dapur bahkan taman belakang tak luput dari pencariannya, tetapi Viona sama sekali tidak terlihat.
Bima mulai kebingungan, bagaimanapun juga Viona adalah istrinya. Malam sudah sangat larut, apalagi kini Viona sedang mengandung, sebenarnya kemana perginya istrinya malam-malam begini? Jika terjadi sesuatu pada Viona sudah pasti keluarga besarnya akan membunuhnya.
Bima mulai mengingat kembali, tadi sore ia pergi begitu saja meninggalkan Viona yang sedang menangis setelah dibentak olehnya. Jangan-jangan Viona kabur dari rumah karena sikapnya yang sudah sangat keterlaluan.
Ia mulai merasakan hal yang asing. Hatinya menggeliat penuh kecemasan, dadanya bergemuruh hingga terasa sesak, dan rasa takut mulai memenuhi seluruh rongga di tubuhnya. Bima mulai digelayuti suatu rasa yang begitu berat membebani dari ujung kepala hingga kakinya, rasa yang baru pertama kali dicicipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Mak sulis
telat lu Bim..selalma ini lu masih tidur yah..gak nyadar kalo punya istri yg baik..kalo sampe ngilang pasti banyak yg nyukiri😬
2024-01-05
0
Dede Dahlia
makanya bima jadi suami jangan egois²amat dasar bikin aku gedek aja.
2022-12-23
0
Fiera
ditinggal baru tau rasa loe Bima
2022-10-10
0