Semua rangkaian acara resepsi telah selesai, tamu undangan yang datang hampir mencapai seribu orang. Viona merasakan kakinya kebas karena berdiri terlalu lama untuk bersalaman menyambut para tamu yang hadir di pesta pernikahannya.
Awalnya kedua orang tua mereka hendak menyewa salah satu kamar hotel di mana pesta digelar sebagai kamar pengantin, tetapi Viona lebih memilih kamar di rumahnya saja yang didekorasi sebagai kamar pengantin. Dengan alasan, bagaimanapun juga kamar di rumah sendiri lebih nyaman dari kamar hotel.
Padahal, alasan sebenarnya adalah karena ia merasa aneh dan belum terbiasa jika hanya berduaan saja dengan suaminya. Viona memiliki otak yang cerdas, bahkan di usianya yang sekarang ini dia sudah sukses membuka beberapa cabang butiknya sendiri. Akan tetapi jika terlalu berdekatan dengan lawan jenis, seketika ia akan menjadi orang bodoh, otaknya seakan tumpul karena terlalu canggung.
Kedua mempelai bergegas pulang dari hotel dan menuju ke kediaman keluarga Rasyid diiringi dengan mobil kedua orang tua mereka dan juga sanak saudara.
*****
Sore harinya Viona sudah berada di kamarnya, sedangkan Bima masih bercengkerama di ruang tamu dengan Abdul, Ayah Viona. Gadis itu melihat setiap penjuru kamarnya, ruangan itu telah didekorasi dengan sangat indah, ditambah bunga mawar yang bertebaran sehingga wanginya tercium menggoda di udara.
Viona melepas gaun pengantinnya dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia ingin berendam dengan air hangat yang ditambahkan aromaterapi untuk merelaksasi tubuhnya yang lelah dan berkeringat.
Setelah tiga puluh menit berlalu, barulah Viona bangkit dari bathtub dan membilas dirinya di bawah guyuran shower yang menyegarkan.
Seperti biasa Viona keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang melilit tubuhnya. Viona berjalan ke arah lemari sambil bersenandung dengan riang, tidak menyadari bahwa Bima sedari tadi sudah berada di dalam kamar sedang duduk di sofa seberang tempat tidur dan memperhatikan gerak-geriknya.
Viona melepaskan handuknya, memakai ****** ***** dan bra dengan santainya, Bima yang pertama kali melihat pemandangan istrinya telanjang bulat menelan ludahnya dan jakunnya bergerak naik turun.
Saat Viona hendak menaruh handuk ke keranjang cucian, ia menoleh ke arah sofa dan terperanjat kaget melihat Bima sedang duduk menatap ke arahnya. Saking terkejutnya dengan cepat menutupi tubuhnya yang belum berpakaian lengkap dengan handuk. Langsung mundur tanpa memerhatikan langkah membuatnya malah tersandung oleh kakinya sendiri. Alhasil ia terjatuh hingga terduduk di lantai dan memekik kaget, sakit juga malu. Secara spontan Bima langsung berlari mendekati Viona.
"Vi, kamu nggak apa-apa?" Bima membantu Viona untuk berdiri. Namun, tanpa sengaja ia melihat belahan dada istrinya yang menyembul dibalik bra, dan hal itu membuat darah kelelakiannya berdesir.
Viona yang menyadari tatapan Bima mengarah ke dadanya, langsung mendorong suaminya itu dan menyilangkan kedua tangannya.
"Mas, matamu mesum!" seru Viona mendengus kesal.
"Eh bu-bukan begitu." Bima gelagapan karena Viona berteriak. Merasa menjadi penjahat cabul yang menyusup ke kamar seorang gadis, padahal yang ditatapnya adalah tubuh istrinya sendiri.
Dia kan istriku, dan aku ini suaminya. Jadi tidak salah kan kalau aku memandangi tubuh istriku sendiri? Lagipula kami ini sudah sah untuk melakukan apapun bukan? Bahkan yang lebih dari sekedar memandang pun sudah diperbolehkan, iya kan?
Bima bergumam dan bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Mas Bima kenapa tadi duduk disitu tanpa bersuara? Kukira kamu hantu, bikin kaget saja!" Viona bersungut-sungut masih dengan berselimut handuk, tetapi Bima hanya diam tak bergeming.
"Mas kenapa melamun? Jangan bilang lagi mikir yang aneh-aneh ya!" Viona merasakan wajahnya memanas. Ia malu, pasti Bima sudah melihat tubuh telanjangnya tadi dan itu karena kecerobohannya sendiri.
"Lagian kamu juga kenapa sih, keluar dari kamar mandi cuma pakai handuk dan gak merhatiin sekelilingmu? Bagaimana kalau ada orang jahat yang menyusup ke kamarmu dan melihatmu seperti tadi? Untung saja cuma aku yang melihatnya." Bima sedikit berdecak kesal.
Kenapa jadi dia yang kesal? Bukankah seharusnya aku yang kesal karena dia telah melihatku tanpa busana.
"Sejak dulu kamarku aman-aman saja! Tapi sepertinya Mas Bima benar, aku harus lebih berhati-hati, karena mulai sekarang seorang penjahat mesum akan dengan mudah keluar masuk ke kamarku." Viona mengambil piyamanya di lemari dan berlari ke kamar mandi karena malu setengah mati.
"Penjahat mesum?" Bima mengerutkan keningnya. "Jangan-jangan yang dimaksud penjahat oleh Viona itu adalah aku?" Bima menunjuk dahinya sendiri. Ia hendak menerobos ke kamar mandi untuk melayangkan protes tetapi kemudian pintu kamar mereka diketuk dari luar.
"Viona. Makanan sudah siap, Nak." Terdengar suara Rima dari balik pintu. Bima melangkah ke arah pintu dan membukanya.
"Iya, Bu. Vionanya lagi di kamar mandi," jawab Bima sambil tersenyum kepada ibu mertuanya.
"Eh, Bima. Duh maaf nih Ibu gangguin pengantin baru. Kalau Viona sudah selesai kalian segera turun ya, kita makan bersama-sama. Seneng banget rasanya karena sekarang Ibu udah punya menantu, bahagianya." Rima kembali turun dengan wajah ceria.
Bima hanya melongo melihat tingkah ibu mertuanya yang terlalu senang karena memiliki menantu, tak ubahnya seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka, dan Viona keluar dari sana setelah selesai berpakaian.
"Vi, kita diminta turun sama ibu untuk makan bersama." Bima memindai Viona dari ujung kepala hingga kaki.
"Mas, tatapannya jangan mesum gitu bisa enggak?" ujar Viona kesal.
"Tapi mataku mesum sama istriku sendiri, jadi tidak ada salahnya bukan?" Bima menyeringai jahil.
Viona hanya mendengus, ia segera menuruni tangga dan menuju ke ruang makan. Bima terkekeh kemudian mengekori Viona yang berjalan di depannya.
"Bim, semoga masakan di rumah ini sesuai dengan seleramu," ucap Rima sambil menaruh piring di meja makan.
"Terima kasih Bu," sahut Bima sopan.
"Kalau begitu ayo cepat dimakan. Vi, ambilkan nasi dan lauk-pauknya untuk suamimu." Telinga Viona masih merasa asing dengan sebutan suami, tetapi ia harus membiasakan diri mulai sekarang.
"Eh i-iya, Bu." Viona memerhatikan ibunya yang menyendok nasi beserta lauknya untuk sang ayah. Ia mengikuti apa yang dilakukan ibunya, lalu memberikannya pada Bima membuat lelaki itu tersenyum merekah.
"Bim, ini sup kambingnya dicicipi. Sup ini bagus untuk menjaga stamina lho agar tidak cepat loyo. Cocok sekali untuk pengantin baru, iya kan Yah?" tanya Rima pada Abdul.
Uhuk... uhuk... uhuk.
Bima tersedak mendengar perkataan ibu mertuanya, seketika salah tingkah sembari mengusap-usap tengkuknya sendiri. Sedangkan Viona yang duduk bersebelahan dengannya, kini menunduk dalam dengan wajah semerah kepiting rebus karena merasa malu mendengar kalimat ibunya.
*****
"Bim, sebentar lagi Maghrib. Kita shalat berjamaah sekeluarga, Ayah mau siap-siap dulu," ajak Abdul pada menantunya.
"Baik, Yah. Kalau begitu Bima mau mandi dulu dan berganti pakaian."
Bima segera menaiki tangga ke kamar Viona, sementara Viona duduk bersantai di sofa depan televisi menonton film Spongebob sambil menunggu waktu Maghrib datang.
"Vi, suami kamu bukannya lagi mandi? Kok kamu malah santai di sini sih?" Rima menegur anaknya dengan nada khas para Ibu yang sedang sewot.
"Lho emang kenapa, Bu?" tanyanya polos dengan ekspresi wajah tanpa dosa.
"Kamu itu gimana sih. Siapin dong pakaian gantinya, kamu itu sudah menjadi seorang istri, layani suamimu dengan baik! Lagian kamu itu kan sudah dewasa, jangan nonton Spongebob terus!" seru Rima jengkel.
Tanpa basa basi lagi Viona segera bangun dan berlari ke kamarnya, daripada tetap berdiam diri di sana dan terkena amukan ibunya.
*****
Halo my beloved readers, terima kasih banyak atas apresiasi dan dukungan kalian untuk ceritaku ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak kalian setelah membaca berupa like, komentar, serta vote seikhlasnya. Dukungan kalian selama ini melalui like dan juga komentar positif membuatku semakin semangat menulis.
Follow juga Instagramku @senjahari2412 untuk mengetahui informasi seputar cerita-cerita yang kutulis.
Selamat membaca....
😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Harri Purnomo Servis Kamera
apik Thor
2025-01-06
0
Mak sulis
pegang aja belum udah dikasih SOP kambing.. bisa meriang tuh Bima nya Bu..
2024-01-04
2
tinie rachma
wkwkwkwkwwkwkwwk lucuuu banget viona
2023-02-21
0