Halo my beloved readers, terima kasih banyak atas apresiasi dan dukungan kalian untuk ceritaku ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak kalian setelah membaca berupa like, komentar, serta vote seikhlasnya. Dukungan kalian selama ini melalui like dan juga komentar positif membuatku semakin semangat menulis.
Follow juga Instagramku @senjahari2412 untuk mengetahui informasi seputar cerita-cerita yang kutulis.
Selamat membaca....
😘💕
*****
Detak jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang dari biasanya, memukul-mukul rongga dadanya sehingga terasa sesak dan ngilu seperti ada yang mencengkeram jantungnya tanpa ampun. Kecemasan mulai menyelimuti Bima, karena selama ini Viona tidak pernah tiba-tiba pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Bima mengambil ponsel dan menghubungi nomor Viona, terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur utama. Bima kembali ke kamar, ternyata ponsel istrinya ditinggalkan tergeletak di atas nakas dekat ranjang.
Bima semakin khawatir, bahkan malam semakin pekat gelap gulita, ditambah gemericik gerimis mulai terdengar jatuh membasahi bumi.
Bima mencoba menenangkan diri dan kembali mencari ke lantai bawah. Ia teringat masih ada satu ruangan lagi yang belum diperiksanya. Bima menuju kamar tamu dan saat pintunya terbuka, seketika rasa lega membanjiri sekujur tubuhnya.
Viona tertidur meringkuk di kamar tamu, bahkan posisinya seperti tengah memeluk dirinya sendiri. Viona tampak kedinginan karena hanya mengenakan gaun tidur tanpa lengan, sedangkan selimut masih terlipat sempurna di dekat kakinya.
Bima berjalan perlahan tak ingin membangunkan Viona yang tengah terlelap, beruntung karpet tebal yang terpasang di seluruh lantai kamar mampu meredam suara langkah kakinya.
Ia berjongkok di sisi tempat tidur. Ditatapnya lamat-lamat wajah cantik Viona dengan saksama, jejak basah bekas air mata masih terlihat di bulu mata lentiknya, sekitar matanya terlihat sembab dan sedikit membengkak.
Rasa bersalah mulai merayapi hati. Lelaki itu mengembuskan napasnya kasar, tangannya bergerak menyentuh pipi Viona dan gerakan tangannya itu sepertinya mengusik tidur istrinya.
Dengan cepat Bima menarik tangannya agar tidak mengganggu tidur lelap Viona dan itu berhasil, karena Viona hanya sedikit mengubah posisi berbaringnya kemudian dengkuran halus terdengar menandakan ia kembali jatuh ke alam mimpi.
Bima menyelimuti Viona, kemudian ikut naik ke tempat tidur. Membaringkan dirinya dan masuk bergabung ke dalam selimut yang sama, tangan Bima memeluk Viona dari belakang, dirabanya dan dielusnya dengan lembut perut yang membuncit itu.
Bima menenggelamkan wajahnya di keharuman rambut Viona. Tidak dipungkiri, semenjak menikah dirinya tidak bisa terlelap tanpa ada Viona di sampingnya, walaupun biasanya Bima sangat jarang memeluk Viona saat tertidur bahkan selepas bercinta sekalipun. Mata Bima mulai tidak bisa diajak kompromi, perlahan tapi pasti dia pun ikut terlelap terbuai ke alam mimpi.
*****
Viona terjaga sebelum waktu subuh menjelang. Mengucek matanya pelan dan saat mencoba bangun dari posisi tidurnya ia merasakan ada lengan yang memeluk tubuhnya posesif.
Kepalanya menoleh ke samping dan langsung berhadapan dengan wajah tampan Bima yang jaraknya sangat dekat. Mata Bima masih tertutup rapat, Viona mengamati wajah suaminya yang tengah terlelap, terlihat begitu tampan dan manis, tetapi jika mata itu terbuka biasanya hanya akan ada tatapan mengintimidasi yang dilemparkan ke arahnya.
Selama ini jarang sekali Bima bersikap romantis begini padanya, tidak dipungkiri rasa hangat mulai hinggap di hatinya yang terluka. Satu senyuman berhasil tersungging di bibirnya. Namun, sesaat kemudian rasa perih itu kembali menyeruak di hatinya membuatnya tak ingin berlama-lama berdekatan dengan Bima.
Dengan hati-hati Viona memindahkan tangan Bima yang melingkari perutnya. Meskipun pelan, pergerakan itu mau tak mau tetap membuat Bima membuka mata dan terjaga.
"Mau kemana, Vi? Tidur lagi saja, ini kan hari Minggu." Bima menarik Viona ke dalam pelukannya lagi.
"Sebentar lagi subuh, Mas. Aku mau ke kamar mandi." Viona mencoba bangkit dari posisi tidurnya sekarang.
"Tunggu sampai adzan berkumandang, aku masih ingin memeluk istriku," ucap Bima lalu mengeratkan dekapannya.
Tanpa disangka-sangka, Viona menyingkirkan tangan Bima yang tengah mendekapnya. Ia langsung turun dari tempat tidur, melangkahkan kakinya keluar kamar dengan cepat tanpa mempedulikan Bima yang melihat punggungnya menjauh.
Tiba-tiba Bima merasa ada sesuatu yang dicuri paksa dari rongga dadanya, ia merasa kehilangan. Semenjak menikah baru kali ini Viona mengacuhkan dan tidak mematuhinya. Bima segera turun dan menyusul Viona yang terlihat sedang menaiki tangga menuju kamar utama.
Bima masuk ke kamar utama dan mendengar gemericik air dari kamar mandi. Bima hendak bergabung untuk mandi bersama hanya saja pintunya dikunci dari dalam. Ia menghela napas dalam-dalam, bersandar di dinding dekat pintu kamar mandi menunggu istrinya selesai membersihkan diri.
Sekitar dua puluh menit berlalu pintu kamar mandi pun terbuka. Viona sedikit terperanjat mendapati keberadaan Bima yang berdiri menyandarkan diri di dekat pintu. Ia hampir saja terpeleset karena terkejut, beruntung Bima dengan sigap menarik tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Hati-hati, Vi," ucap Bima sambil mengerutkan keningnya. Lelaki itu tampak cemas, tidak seperti biasanya.
Viona tidak menjawab, hanya memasang raut wajah datar dan menepis tangan Bima yang merangkul pinggangnya. Ia berlalu meninggalkan Bima yang masih berdiri terpaku di sana.
Bima merasa tenggorokannya tercekat dan mengering, ternyata diperlakukan dingin terasa lebih menusuk dari sembilu, mencekik melingkari seluruh lehernya seakan memaksa untuk menghentikan setiap desahan napas yang bergemuruh di dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Danny Muliawati
gmn bima emang enak di cuekin
2024-12-24
0
Harri Purnomo Servis Kamera
semoga lu sadar bim
2025-01-06
0
Ita Mariyanti
kapok rasain, istri hamil mlh d cueki, d bentak2 d pkir g susah apa krja jg ngurus suami, hamil muda 😤😤👍👍👍 sikapmu Vi
2024-01-21
0