DIANTARA BENCI DAN CINTA
"Krrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiing...... Krrrrrriiiiiiiiiing..... Krrrrrrrriiiiiiiiiiiing....." (Bunyi alarm tak dihiraukan dan hanya dimatikan)
Jam dimeja menunjukkan pukul 07.30 WIB, sudah waktunya untuk berangkat kuliah. Tetapi Tasya masih tertidur dengan lelapnya. Dia kemungkinan bermimpi bertemu dengan seorang pangeran kodok. Dan berpikir hendak menciumnya, karena bibirnya mancung kedepan seperti hendak mencium sesuatu.
***
Tasya, seorang mahasiswa di Universitas A. Dia mengambil jurusan Manajemen dan sekarang dia berada ditingkat semester lima. Tasya berusia 22 tahun, berkulit putih, cantik dan berambut panjang. Banyak laki - laki yang mendambakannya tetapi tak dihiraukan olehnya. Temperamennya terkadang sangat buruk terhadap orang yang mengganggunya. Cuek, keras kepala dan memberontak selalu menjadi jurus yang dikeluarkannya untuk seseorang yang tidak dikenalnya atau untuk seseorang yang dengan sengaja membuatnya kesal. Tetapi Tasya sangat baik, perduli dan ceria didepan teman - temannya.
Mimpi Tasya menjadi terganggu karena tiba - tiba ponselnya berbunyi dan mengagetkannya. Tasya membangunkan badannya dengan mata masih tertutup dan ekspresi wajahnya terlihat sangat kesal. Dia membalikkan badannya kearah meja disamping tempat tidurnya dan tangannya meraba - raba disekitar meja untuk mencari ponselnya. Setelah ketemu, Tasya mencoba membuka matanya untuk melihat siapa yang sudah mengganggu mimpi indahnya. Dengan mata kriyip bak orang yang baru bangun tidur, Tasya melihat layar ponselnya. Diponselnya bertuliskan "ANGGI MELELEPON" Tasya langsung menggeser ikon hijau untuk menjawabnya.
"Hallo! Ada apa?" Tanya Tasya dengan suara serak dan lirih khas orang yang sedang bangun tidur dengan malasnya.
"Yaaaaaaa! Apakah hidupmu sudah enak sekarang? Sampai - sampai jam segini kamu baru bangun tidur dan melupakan segalanya? Aku sudah menunggumu hampir satu jam dan kamu bangun tidur saja belum! Cepat berangkat kuliah, hari ini mata pelajarannya Pak Anton si dewa kematian! Jangan sampai membuat kita dihukum mengelilingi lapangan seratus kali hanya karna terlambat." Teriak Anggi dengan suara nyaringnya. Tasya menjauhkan ponsel dari telingannya karena suara keras Anggi terdengar sangat nyaring ditelingannya.
Mendengar teriakan Anggi, mata Tasya langsung membelalak lebar. Karena dia sempat lupa bahwa hari ini dia masih mempunyai jadwal mata kuliah. Tanpa menghiraukan teriakan sahabatnya itu, Tasya langsung mematikan teleponnya dan melempar ponselnya kekasur. Tasya mengambil handuk dan berlari kekamar mandi secepat mungkin. Tasya hanya menggosok gigi dan membasuh mukanya tanpa mandi karena sudah hampir terlambat. Setelah itu, Tasya keluar kamar mandi dan berganti pakaian, kemudian memakai krim diwajahnya. Tak lupa dia memakai lotion ditangan dan kakinya serta menyemprotkan parfum dibadannya.
Setelah semua selesai, Tasya bergegas keluar dari rumahnya dan berlari menuju kampus. Kebetulan Tasya mengontrak rumah yang dekat dengan kampusnya. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk Tasya berjalan menuju kampusnya. Sesampainya dipenyeberangan jalan, Tasya berhenti karena masih lampu merah. Tasya hanya melihat jam ditangan dengan penuh rasa khawatir. Dan ternyata Anggi masih menunggu Tasya diseberang jalan. Anggi memang seseorang yang paling dekat dengan Tasya dibandingkan dengan teman teman Tasya yang lainnya.
"Tasyaaaaaaaa!" Teriak Anggi dari seberang jalan dan melambaikan tangannya kearah Tasya.
Tasya terkejut karena dia tak tahu bahwa Anggi masih menunggunya disana. Tasya membalas lambaian tangan Anggi dan tersenyum lebar untuk temannya itu. Tasya masih menunggu lampu penyeberangan hijau untuk mentaati peraturan dan juga agar dia bisa menyeberang jalan dengan aman.
"Tasyaaa! Lampunya sudah hijau! Ayo cepat lari atau kita akan terlambat!" Teriak Anggi dengan kerasnya dan mengisyaratkan tangannya agar Tasya cepat - cepat menyeberang jalan.
Teriakan Anggi membuat Tasya terkejut. Tasya terkejut dengan kata "terlambat". Dia langsung melangkahkan kakinya untuk berlari kearah Anggi. Sesampainya ditengah penyeberangan, tanpa sengaja Tasya menabrak seseorang. Seorang laki - laki yang berusia diatasnya. Karena postur tubuh Tasya lebih kecil dari laki - laki itu, Tasya terjatuh dan merasa sangat kesal. Dan berkas ditangan lelaki itu ikut terjatuh.
"Hati - hati dong Paman kalau menyeberang! Liat - liat jalan dong ada orang didepan atau tidak. Jangan asal nyeberang! Nabrak kan jadinya!" Teriak Tasya sangat kesal dan menjadi pusat perhatian bagi orang - orang disekitar mereka.
"Apa? Paman? Usiaku baru 29 tahun dan belum menikah. Dan tampangku juga dibilang sangat tampan. Berani - beraninya kamu berteriak dengan lantang kepada saya dan memanggil saya Paman. Lagian usia kamu itu jauh dibawah saya. Apakah kamu tidak punya sopan santun untuk berbicara kepada orang yang lebih tua?" Balas seorang Laki - laki bernama Frans itu dengan nada kesal.
"29 tapi sudah kelihatan kaya orangtua berumur 40 tahun." Gumam Tasya kesal.
"Apa kamu bilang?" Teriak Frans semakin kesal dengan sikap Tasya yang merendahkannya.
Tasya hanya diam karena sangat kesal.
"Daan... Ehh tante! Bukannya disini kamu yang salah ya? Bukannya kamu yang menyeberang jalan dengan berlari - lari tidak jelas dan tidak hati - hati? Dan akhirnya menabrak saya. Cepat minta maaf! Saya masih baik hati, jika kamu mau minta maaf saya akan memaafkan kamu. Sebelum saya berubah pikiran." Ucap Frans semakin kesal dan membalas ejekan Tasya dengan memanggilnya tante.
"Saya belum setua itu Paman tua! Jadi aku belum pantas dipanggil tante. Dan buat minta maaf? Jangan harap saya akan minta maaf!" Balas Tasya yang juga sangat kesal.
"Kamuuuu!" Teriak Frans yang sampai puncak kemarahannya. Dia sempat mengepalkan tangannya keatas dan hampir memukul Tasya. Tetapi Frans mengurungkan niatnya dan membanting tangannya kebawah dengan keras.
"Apa? Mau pukul? Ayo pukul!" Tantang Tasya.
Frans yang tak mau ribut dengan orang semenyebalkan Tasya dan tak ingin membuat harga dirinya terjatuh, dia mengambil berkas yang terjatuh dijalan dan memilih pergi meninggalkan Tasya dengan sangat kesal. Setelah Frans melangkah beberapa langkah tiba - tiba Frans membalikkan badannya.
"Saya berharap tidak akan pernah ada pertemuan yang kedua kalinya dengan kamu tante!" Ucap Frans dengan menunjuk Tasya dengan jari telunjuknya. Dan kemudian benar - benar pergi meninggalkan Tasya.
"Siapa juga yang berharap ada pertemuan kedua. Dasar orang gila!" Balas Tasya dengan kesal. Tetapi Frans sudah tak bisa mendengarnya karena sudah terlalu jauh meninggalkan Tasya.
Ttttiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnn......!!!!!
Tasya dikejutkan oleh klakson mobil. Dia tersadar ternyata dari tadi dia masih terkulai dijalan dan belum berdiri. Anggi yang dari tadi menyaksikan kejadian itupun tersadar dan langsung berlari kearah Tasya dan membantunya berdiri.
"Kamu tidak apa - apa?" Tanya Anggi khawatir dengan keadaan Tasya dan membantunya berdiri.
"Aku tidak apa - apa!" Jawab Tasya masih kesal.
"Kamu bisa jalan? Ayo!" Tanya Anggi dan memapah Tasya sampai diseberang jalan.
"Sudah tidak apa - apa. Aku masih bisa berjalan. Kamu tenang saja. Hanya saja aku masih kesal dengan orang itu. Dasar!" Ucap Tasya melepaskan papahan Anggi. Tasya mengerutkan keningnya dan menyilangkan kedua tangannya didada bertanda dia sangat kesal saat ini.
Tasya dan Anggi terus berjalan beriringan menuju kampus.
"Sudah! Sudah! Tidak usah dipikirkan." Ucap Anggi menenangkan Tasya.
Anggi tiba - tiba berhenti.
"Kenapa?" Tanya Tasya penasaran dengan apa yang terjadi pada Anggi karena Anggi tiba - tiba menghentikan langkahnya.
"Tapi dia sangatlah tampan seperti pangeran dari gunung es." Ucap Anggi tersenyum sambil menatap kelangit membayangkan si pangeran gunung es. Kedua tangannya menyentuh pipinys sendiri.
"Dasar!" Ucap Tasya semakin kesal dan melangkah meninggalkan Anggi.
"Ehhh! Tasya tunggu!" Teriak Anggi dan berlari mengejar Tasya.
Setelah terkejar, Anggi langsung memeluk bahu Tasya dari samping dengan satu tangan. Tasya hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah teman dekatnya itu.
"Tapi dia benar - benar tampan loh!" Ucap Anggi masih membahas Frans si pangeran gunung es.
"Terserah kamu aja. Udah ahh jangan bahas dia. TIDAK PENTING!" Tegas Tasya mantap.
"Kalau kamu tidak mau, buat aku saja. Walaupun pangeran gunung es, tapi dia tetap tampan." Ucap Anggi tetap membahas pangeran gunung es si Frans.
"Sudah ya! Ayo kita cepat - cepat pergi kekelas daripada kita kena hukum Pak Anton si dewa kematian." Ucap Tasya menarik tangan Anggi.
"Tenang! Tadi ada pengumuman bahwa Pak Anton akan mengajar pukul 10.00 WIB. Jadi masih ada waktu bersantai." Jelas Anggi.
"Kenapa nggak bilang daritadi?" Tanya Tasya kesal.
Anggi tak menjawab. Dia hanya tersenyum semanis - manisnya agar Tasya tidak kesal terhadapnya. Tasyapun luluh.
"Ahh! Kamu jangan tersenyum seperti itu! Mukamu terlihat sangat jelek!" Ketus Tasya dan langsung berjalan meninggalkan Anggi menuju kelas.
***
Pak Anton memang terkenal sebagai dosen yang sangat tegas. Dia paling tidak suka dengan keterlambatan dan dia tak pernah main - main dengan yang namanya hukuman. Banyak murid yang takut kepadanya. Dan semua murid menjulukinya sebagai "DEWA KEMATIAN" karena sikapnya yang sangat menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-10
0
Hilda Maulidy
nyimak dulu
2020-12-30
2
Fiet Mj
benci
dan
cinta
2020-12-29
2