"Hei! Nona berbaju biru, bersepatu kets putih. Apakah Anda akan tetap berpura pura tidak terjadi apa?" Teriak Frans kearah Tasya.
Karena dari arah kaleng itu melayang, hanya ada Tasya yang berada di sana.
Tasya yang disebutkan Frans adalah yang dikenakannya, langsung menghentikan langkahnya.
Frans memegang hidungnya karena mimisan terkena kaleng tersebut, berjalan mendekati Tasya dari belakang.
"Nona! Apakah Anda tidak punya tata krama? Apakah orang tua Anda tidak pernah mengajari Anda bagaimana cara meminta maaf?" Teriak Frans marah.
Mendengar ucapan Frans, Tasya merasa kesal dan marah. Tasya membalikkan badannya kearah Frans.
"Siapa yang berpura pura? Dan siapa yang harus minta maaf? Memangnya apa yang saya lakukan kepada Anda sampai sampai saya harus minta maaf?" Ucap Tasya meremehkan Frans karena merasa kesal.
"Anda sudah melukai saya! Lihat hidung saya sampai berdarah. Anda tau berapa banyak uang yang saya keluarkan untuk merawat diri saya agar tetap sehat? Dan sekarang berani beraninya Anda melukai saya dan tidak mengakuinya. Malah balik bertanya apa yang Anda lakukan? Wahh Anda benar benar wanita hebat dalam berakting. Apakah Anda bercita cita sebagai seorang artis? Tapi sayang wajah Anda tidak mumpuni." Balas Frans balik merendahkan Tasya.
"Saya benar benar tidak tau, atas dasar apa Anda menuduh saya? Saya bisa melaporkan Anda atas tuduhan pencemaran nama baik." Ancam Tasya tak takut sama sekali dan terus mengelak.
"Apakah Anda tidak tahu, bahwa kaleng yang Anda tendang sudah mengenai hidung saya sampai berdarah seperti ini? Tidakkah Anda merasa bersalah dan harus meminta maaf? Apakah Anda akan berpura pura amnesia sekarang?" Ucap Frans kesal dan marah.
"Loh! Kenapa jadi saya yang harus minta maaf? Salahin kalengnya, siapa suruh mendarat di hidung Anda! " balas Tasya tetap keras kepala dan membuat Frans semakin marah dan kesal.
"Bukankah Abda yang menendangnya?" Teriak Frans marah.
"Tapikan kalengnya yang mengenai Anda!" Balas Tasya tak mau mengalah.
Tasya berbalik meninggalkan Frans.
Tiba tiba Frans jadi mengingat kejadian kemarin pagi. Dia ingat tentang seorang wanita yang keras kepala. Dan wanita itu adalah orang yang sama yang dia temui saat ini.
Frans mengerutkan dahinya. Dia semakin merasa kesal.
"Tunggu!" Ucap Frans. Frans meraih tangan Tasya dan menariknya hingga Tasya berbalik kearah Frans lagi. Frans melihat Wajah Tasya dari kanan ke kiri. Dia memperhatikan wajah Tasya dan meyakinkan diri bahwa wanita ini sama dengan wanita pembuat masalah yang dia temui kemarin.
"Sepertinya saya pernah mendengar pengelakan yang seperti ini sebelumnya!" Ucap Frans terus mengingat ingat dan meyakinkan dirinya.
Tasya terkejut, dan baru mengingat laki laki ini adalah orang yang dia temui di penyeberangan jalan kemarin pagi. Tasya memejamkan matanya dan menenangkan dirinya.
"Anda ingat sesuatu?" Tanya Frans setelah menyadari bahwa Tasya juga mengingatnya.
"Tidak!" Jawab Tasya mengelak dan memalingkan mukanya.
Frans memegang dagu Tasya dan mengarahkannya kearahnya. Dengan marah Frans mendekatkan wajahnya ke wajah Tasya.
"Oke! Kalau begitu saya akan bantu mengingatnya. Anda tante tante yang kemarin saya temui di penyeberangan jalan. Sudah jelas jelas menabrak saya dan tanpa merasa berdosa tidak mau meminta maaf. Sudahkah Anda ingat? Dan sekarang lagi lagi Anda menendang kaleng dan mengenai hidung saya sampai berdarah juga tidak merasa bersalah dan meminta maaf. Dan dengan percaya dirinya masih bertanya apa kesalahan Anda? Wahh hebat! Anda pantas mendapat penghargaan!" Ucap Frans marah menyanjung Tasya. Frans bertepuk tangan untuk kehebatan Tasya dalam mengelak.
Tasya diam tak menjawab karena sudah tak tau harus menjawab apa. Dia sudah merasa terpojokkan oleh semua kata kata Frans.
"Bukankah kemarin saya sudah bilang, bahwa saya tidak ingin ada pertemuan kedua? Dan ini adalah pertemuan kedua kita, saya tetap sial. Jangan jangan Anda sengaja menguntit saya! Jangan pernah berharap lebih kepada saya." Ucap Frans dingin dan menuduh Tasya adalah seorang penguntit.
"Apa? Penguntit? Memangnya Anda siapa? Anda orang penting? Kayak kurang kerjaan saja!" Teriak Tasya dengan kesalnya.
"Hahahaha! Semua orang akan bilang seperti itu setelah ketahuan menguntit. Lagian banyak wanita yang lebih cantik dan bertubuh sexy yang mengejar ngejar saya. Jadi maaf Anda bukan tipe saya." Balas Frans meremehkan Tasya.
"Hei paman! Jangan terlalu percaya diri ya! Dan maaf banget, saya bukan salah satu dari wanita wanita bodoh dan buta itu yang mengejar ngejar Anda. Saya heran sebenarnya apa yang membuat mereka mengejar ngejar Anda? Apa tidak ada laki laki lain di dunia ini?" Balas Tasya meremehkan Frans.
"Justru kamu yang bodoh dan buta. Tidak bisa melihat orang setampan dan sekaya saya." Balas Frans semakin marah.
"Apakah Anda berharap saya akan mengejar ngejar Anda?" Tanya Tasya tetap meremehkan Frans.
"Jangan mimpi!" Teriak Frans.
"Hahahaha! Saya pergi dulu. Banyak waktu saya yang berharga terbuang gara gara Anda." Ucap Tasya berbalik dan meninggalkan Frans.
"Yaaaa! Saya tidak berharap kita akan bertemu lagi dengan Anda. Setiap bertemu Anda saya pasti sial. Anda pasti sumber kesialan saya!" Teriak Frans.
Tasya tak menjawab dan terus berjalan meninggalkan Frans. Dia hanya melambaikan tangannya tanpa membalikkan badannya kearah Frans.
"Ahh! Akhirnya bisa lepas juga dari orang gila itu. Siapa juga yang mau bertemu lagi dengan dia. Memangnya hanya dia yang sial? Aku juga sial. Setiap bertemu dia, mood ku semakin buruk saja." Gumam Tasya diperjalanan pulang.
***
Frans sesekali menyeka hidungnya dengan sapu tangannya, karena masih mengeluarkan darah.
"Dasar wanita gila! Sudah jelas jelas salah tapi tetap tidak mau meminta maaf. Dan sok sokan tidak terpesona dengan ketampananku. Lihat saja setelah dia tau siapa aku pasti dia akan datang mengemis ngemis dan menyerahkan dirinya kepadaku. Baru kali ini ada wanita gila yang berani meremehkan aku. Dia hanya belum lihat saja aura ketampananku. Sekali aku tunjukkan auraku, pasti dia akan tergila gila." Gumam Frans kesal.
Frans berjalan dengan kesal kearah mobilnya. Frans masuk kedalam mobil yang dikemudikan oleh sopirnya, Pak Ahmad.
"Jalan!" Ucap Frans dingin.
"Baik Tuan!" Jawab Pak Ahmad dan menyalakan mobilnya.
Di perjalanan...
"Tuan Muda, Anda mau saya antarkan kemana?" Tanya Pak Ahmad dengan sopan.
"Pulang!" Jawab Frans dingin dan singkat.
"Baik Tuan Muda!" Jawab pak Ahmad.
"Sepertinya Tuan Muda sedang tidak dalam keadaan senang. Sebaiknya saya diam dan mengantarkannya pulang." Batin Pak Ahmad.
Sesampainya di kediaman Frans, Pak Ahmad menghentikan mobilnya dan keluar untuk membukakan pintu untuk Frans.
"Silahkan Tuan Muda!" Ucap Pak Ahmad menundukkan tubuhnya.
Frans keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments