Setiap teringat apa yang terjadi Pagi hari tadi Frans masih merasa sangat kesal. Jadi dia mencoba melupakan apa yang terjadi dengan menyibukkan dirinya. Frans memeriksa semua berkas yang ada dimejanya sedari tadi dan memeriksanya satu per satu dan menandatanganinya.
Ttookkk... Ttoookkk... Ttookkk...
"Masuk!" Teriak Frans setelah mendengar ketukan dari balik pintu.
Yang mengetuk pintu kantor Frans adalah Tya. Tya sendiri adalah sekretaris pribadi Frans dikantor. Frans mempunyai dua sekretaris namun Tya adalah sekretari utama. Apapun yang dibutuhkan harus melalui Tya.
Tya berjalan dan berhenti didepan meja Frans. Tya membungkukkan badannya tanda hormat.
"Apa pelu apa sekretaris Tya?" Tanya Frans.
"Bapak Presdir meminta saya menyampaikan kepada Anda, Bahwa beliau menyuruh Anda pergi keruangannya." Ucap Tya mengatakan maksud kedatangannya.
"Baiklah! Setelah menyelesaikan ini saya akan kesana." Jawab Frans.
Frans menyelesaikan menandatangani semua berkas kontrak perusahaan. Setelah semua beres Frans membawa semua berkas dan menyerahkannya kepada Tya untuk mengurusnya dan kemudian Frans pergi keruangan Presdir.
Ttookkk... Ttookkk.. Ttoookkk...!!!
"Masuk!" Seru Presdir dari dalam ruangan.
Setelah mendengar perintah Presdir, Frans langsung memegang gagang pintu dan membukanya.
"Ada apa Papa memanggilku?" Tanya Frans sambil berjalan mendekati Presdir, Ayahnya.
Ayah Frans adalah pendiri dan Presdir perusahaan internasional ini. Beliau bernama Presdir Johan, berusia 57 tahun. Memiliki sifat yang baik , ramah dan perdulu kepada semua karyawan. Ibu Frans dulunya berprofesi sebagai model, setelah menikah dengan Ayah Frans, beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumahtangga.
"Bicara yang sopan! Diperusahaan Saya adalah Presdir bukan Ayahmu!" Tegas Presdir Johan melarang anaknya memanggil Papa dikantor.
"Maafkan saya! Ada keperluan apa Presdir memanggil saya?" Tanya Frans lebih sopan.
Frans sangat menghormati Bapak Johan sebagai Presdir perusahaan, bukan sebagai Ayahnya.
"Apa yang telah kamu lakukan kepada karyawan dikantor? Kenapa semua mengeluh? Apa yang kamu perbuat untuk menyusahkan mereka?" Tanya Presdir Johan.
"Maafkan saya! saya hanya menyuruh menyuruh mereka untuk bekerja bukan umtuk main - main. Jika hanya ingin main - main, saya menyuruh mereka untuk mengfundurkan diri. Lagian perusahaan tidak butuh karyawan yang kerjaannya hanya bermalas - malasan. Disini digaji untuk bekerja buka bermain." Terang Frans.
"Baiklah!" Ucap Presdir Johan merasa puas dengan jawaban Frans.
Presdir Johan merasa sangat lega karena anaknya tak pernah main - main tentang perusahaan. Frans sangat serius dalam mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan. Meskipun bekerja dengan caranya sendiri dan tidak suka diatur tapi dia selalu boisa memenangkan tender.
"Baiklah! Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, saya mohon undur diri." Pamit Frans membungkukkan badannya tanda hormat.
Frans membalikkan badan dan berjalan mendekati pintu. Namun sebelum Frans memegang gagang pintu, Presdir Johan memanggilnya kembali dan memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada Frans.
"Tunggu!" seru Presdir Johan.
Frans menghentikan langkahnya, dan membalikkan badannya kearah Presdir Johan.
"Kapan kamu akan menikah dan memberiku cucu?" Tanya Presdir Johan memberanikan diri.
Ini bukan kali pertamanya Presdir Johan menanyakan soal nikah dan punya anak. Sudah berulang kali beliau bertanya dan jawabannya tetap sama. Kali ini Presdir Johan bertanya dan berharap jawabannya berbeda.
"Maaf?" Ucap Frans tak mengerti.
"Kapan kamu akan menikah dan memberiku cucu?" Tanya Presdir Johan sekali lagi.
"Anda bertanya sebagai Presdir perusahaan atau sebagai Ayah saya?" Tanya Frans tak mengerti.
"Tentu saja sebagai Ayah." Jawab Presdir Johan
"Kalau begitu saya juga akan jawab sebagai anak. Maaf jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik menikah dan punya anak!" Jelas Frans dengan tegas.
Jawaban Frans sangan mengecewakan Ayahnya.
"Apakah kamu tidak akan membiarkanku melihat kamu menikah dan punya anak? Papamu ini sudah tua dan mungkin tidak akan hidup lama lagi. Biarkan aku melihat kamu menikah dan aku menggendong cucuku." Ucap Presdir Johan pura - pura sedih dan rapuh.
"Papa tenang saja! Papa belum setua itu. Dan Papa tidak akan pergi secepat itu. Aku melihat Papa masih sangat kuat. Jadi Papa tunggu saja sampai aku berubah pikiran." Jelas Frans.
"Kapan kamu akan berubah pikiran?" Tanya Presdir Johan.
"Aku juga belum yakin soal itu." Jawab Frans yang semakin membuat Ayahnya kecewa.
Frans yang tak ingin berdebar lebih panjang lagi dengan Ayahnya memilih pergi meninggalkan ruangan Ayahnya.
"Dasar anak durhaka! Apakah kamu tidak akan membiarkan Papa melihat istri dan anakmu?" Gumam Presdir Johan kecewa.
Berulangkali Presdir Johan berusaha memperkenalkan anaknya semata wayang itu dengan banyak wanita, tetapi hasilnya sama saja. Dia juga memperkenalnya anak dari teman temannya tetap saja dia tidak tertarik, justru merendahkan dan mempermalukan mereka.
***
Makan siang sudah lewat, Frans merasa jenuh berada dikantor. Dia ingin mencari udara segar dan pulang lebih awal. Frans masuk kedalam ruangannya dan memanggil Riko untuk keruangannya.
"Ada yang bisa saya bantu Bapak Direktur?" Tanya Riko dengan sopan tak seperti biasanya.
"Kesambet setan dimana kamu? Kenapa bisa selembut gini?" Tanya Frans mengejek Riko, sahabatnya.
"Ada apa?" Tanya Riko mendadak berubah seperti ingin memberontak.
"Siapkan mobil. Aku ingin pergi keluar." Suruh Frans.
"Kamu tidak jadi memotong gaji dan bonusanku bulan ini kan?" Tanya Riko memberanikan diri.
"Ini masih dikantor dan aku masih atasanmu. Apakah gaji dan bonusan kamu benar - benar ingin dipotong?" Ancam Frans lagi.
"Tidak! Tidak! Mari kita pergi. Aku akan siapkan mobil." Ucap Riko mengajaknya pergi.
Frans berjalan dan diikuti Riko. Mereka berdua masuk kedalam lift. Beberapa saat suasana hening. Karena itu lift pribadi jadi tidak ada karyawan yang sembarangan menggunakan lift tersebut.
"Kita mau kemana?" Tanya Riko memudarkan keheningan.
"Apakah kamu punya hak untuk bertanya aku akan pergi kemana?" Tanya Frans dingin.
"Baiklah! Baiklah!" Jawab Riko.
Suasana kembali hening. Pintu lift telah terbuka. Mereka berdua keluar dari lift. Riko berjalan untuk meyiapkan mobil, sedangkan Frans berjalan kearah berlawanan karena akan menunggu didepan perusahaan. Tak lam kemudian mobil yang dikendarai Riko berjalan menuju kearah Frans. Frans masuk mobil dan Riko ,mengemudikannya kemanapun Frans mau.
***
DI KAMPUS...
"Akhirnya selesai juga mata kuliah kita hari ini." Ucap Anggi merasa lega setelah dosen Anton keluar dari ruang kelas.
Tasya hanya menatap dan tersenyum kepada Anggi.
"Teman - teman mau kemana kita hari ini?" Tanya Vera berjalan menghampiri Tasya dan duduk didepsn meja Tasya.
Mendengar pertanyaan Vera, Intan ikut duduk didekat meja Tasya.
Vera dan Intan juga teman dekat Tasya, meski tak sedekat Tasya dan Anggi tetapi mereka selalu bersama.
"Enggak tau mau kemana. Yang terpenting sekarang aku harus makan dulu karena aku sudah lapar dari tadi pagi aku belum makan sama sekali gara - gara Anggi." Ucap Tasya sambil melirik Anggi dan tersenyum licik serta menaikkan kedua alisnya.
"Loh! Loh! Kok gara - gara aku? Aku justru menjadi dewi penyelamatmu dari dewa pencabut nyawa." Teriak Anggi tak terima dengan pernyataan Tasya dengan muka cemberut.
Dengan kompak Tasya, Vera dan Intan langsung tertawa mendengar jawaban Anggi.
"Hahahahahahaha....!!!" Tawa mereka.
"Ya udah! Ayo kita makan dulu sang Dewi penyelamat. Karena kamu tidak akan bisa menyelamatkan aku dikondisi seperti ini. Kecuali kamu memberiku makan." Ajak Tasya dengan merangkul leher Anggi dan mengeluarkan senyum manisnya didepan muka Anggi untuk meluluhkan hatinya.
"Jangan tersenyum seperti itu, membuatku merinding dan jengkel. Senyumanmu terlalu mematikan. Aku terpaksa mengikutimu." Balas Anggi
"Iya! Iya! Kamu terpaksa. Ayo!" Seru Vera.
Mereka berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin untuk makan terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ziee
hay. aku mampir balik nich
semangat ya.😊
2020-12-28
2