NovelToon NovelToon

DIANTARA BENCI DAN CINTA

Episode 1

"Krrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiing...... Krrrrrriiiiiiiiiing..... Krrrrrrrriiiiiiiiiiiing....." (Bunyi alarm tak dihiraukan dan hanya dimatikan)

Jam dimeja menunjukkan pukul 07.30 WIB, sudah waktunya untuk berangkat kuliah. Tetapi Tasya masih tertidur dengan lelapnya. Dia kemungkinan bermimpi bertemu dengan seorang pangeran kodok. Dan berpikir hendak menciumnya, karena bibirnya mancung kedepan seperti hendak mencium sesuatu.

***

Tasya, seorang mahasiswa di Universitas A. Dia mengambil jurusan Manajemen dan sekarang dia berada ditingkat semester lima. Tasya berusia 22 tahun, berkulit putih, cantik dan berambut panjang. Banyak laki - laki yang mendambakannya tetapi tak dihiraukan olehnya. Temperamennya terkadang sangat buruk terhadap orang yang mengganggunya. Cuek, keras kepala dan memberontak selalu menjadi jurus yang dikeluarkannya untuk seseorang yang tidak dikenalnya atau untuk seseorang yang dengan sengaja membuatnya kesal. Tetapi Tasya sangat baik, perduli dan ceria didepan teman - temannya.

Mimpi Tasya menjadi terganggu karena tiba - tiba ponselnya berbunyi dan mengagetkannya. Tasya membangunkan badannya dengan mata masih tertutup dan ekspresi wajahnya terlihat sangat kesal. Dia membalikkan badannya kearah meja disamping tempat tidurnya dan tangannya meraba - raba disekitar meja untuk mencari ponselnya. Setelah ketemu, Tasya mencoba membuka matanya untuk melihat siapa yang sudah mengganggu mimpi indahnya. Dengan mata kriyip bak orang yang baru bangun tidur, Tasya melihat layar ponselnya. Diponselnya bertuliskan "ANGGI MELELEPON" Tasya langsung menggeser ikon hijau untuk menjawabnya.

"Hallo! Ada apa?" Tanya Tasya dengan suara serak dan lirih khas orang yang sedang bangun tidur dengan malasnya.

"Yaaaaaaa! Apakah hidupmu sudah enak sekarang? Sampai - sampai jam segini kamu baru bangun tidur dan melupakan segalanya? Aku sudah menunggumu hampir satu jam dan kamu bangun tidur saja belum! Cepat berangkat kuliah, hari ini mata pelajarannya Pak Anton si dewa kematian! Jangan sampai membuat kita dihukum mengelilingi lapangan seratus kali hanya karna terlambat." Teriak Anggi dengan suara nyaringnya. Tasya menjauhkan ponsel dari telingannya karena suara keras Anggi terdengar sangat nyaring ditelingannya.

Mendengar teriakan Anggi, mata Tasya langsung membelalak lebar. Karena dia sempat lupa bahwa hari ini dia masih mempunyai jadwal mata kuliah. Tanpa menghiraukan teriakan sahabatnya itu, Tasya langsung mematikan teleponnya dan melempar ponselnya kekasur. Tasya mengambil handuk dan berlari kekamar mandi secepat mungkin. Tasya hanya menggosok gigi dan membasuh mukanya tanpa mandi karena sudah hampir terlambat. Setelah itu, Tasya keluar kamar mandi dan berganti pakaian, kemudian memakai krim diwajahnya. Tak lupa dia memakai lotion ditangan dan kakinya serta menyemprotkan parfum dibadannya.

Setelah semua selesai, Tasya bergegas keluar dari rumahnya dan berlari menuju kampus. Kebetulan Tasya mengontrak rumah yang dekat dengan kampusnya. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk Tasya berjalan menuju kampusnya. Sesampainya dipenyeberangan jalan, Tasya berhenti karena masih lampu merah. Tasya hanya melihat jam ditangan dengan penuh rasa khawatir. Dan ternyata Anggi masih menunggu Tasya diseberang jalan. Anggi memang seseorang yang paling dekat dengan Tasya dibandingkan dengan teman teman Tasya yang lainnya.

"Tasyaaaaaaaa!" Teriak Anggi dari seberang jalan dan melambaikan tangannya kearah Tasya.

Tasya terkejut karena dia tak tahu bahwa Anggi masih menunggunya disana. Tasya membalas lambaian tangan Anggi dan tersenyum lebar untuk temannya itu. Tasya masih menunggu lampu penyeberangan hijau untuk mentaati peraturan dan juga agar dia bisa menyeberang jalan dengan aman.

"Tasyaaa! Lampunya sudah hijau! Ayo cepat lari atau kita akan terlambat!" Teriak Anggi dengan kerasnya dan mengisyaratkan tangannya agar Tasya cepat - cepat menyeberang jalan.

Teriakan Anggi membuat Tasya terkejut. Tasya terkejut dengan kata "terlambat". Dia langsung melangkahkan kakinya untuk berlari kearah Anggi. Sesampainya ditengah penyeberangan, tanpa sengaja Tasya menabrak seseorang. Seorang laki - laki yang berusia diatasnya. Karena postur tubuh Tasya lebih kecil dari laki - laki itu, Tasya terjatuh dan merasa sangat kesal. Dan berkas ditangan lelaki itu ikut terjatuh.

"Hati - hati dong Paman kalau menyeberang! Liat - liat jalan dong ada orang didepan atau tidak. Jangan asal nyeberang! Nabrak kan jadinya!" Teriak Tasya sangat kesal dan menjadi pusat perhatian bagi orang - orang disekitar mereka.

"Apa? Paman? Usiaku baru 29 tahun dan belum menikah. Dan tampangku juga dibilang sangat tampan. Berani - beraninya kamu berteriak dengan lantang kepada saya dan memanggil saya Paman. Lagian usia kamu itu jauh dibawah saya. Apakah kamu tidak punya sopan santun untuk berbicara kepada orang yang lebih tua?" Balas seorang Laki - laki bernama Frans itu dengan nada kesal.

"29 tapi sudah kelihatan kaya orangtua berumur 40 tahun." Gumam Tasya kesal.

"Apa kamu bilang?" Teriak Frans semakin kesal dengan sikap Tasya yang merendahkannya.

Tasya hanya diam karena sangat kesal.

"Daan... Ehh tante! Bukannya disini kamu yang salah ya? Bukannya kamu yang menyeberang jalan dengan berlari - lari tidak jelas dan tidak hati - hati?  Dan akhirnya menabrak saya. Cepat minta maaf! Saya masih baik hati, jika kamu mau minta maaf saya akan memaafkan kamu. Sebelum saya berubah pikiran." Ucap Frans semakin kesal dan membalas ejekan Tasya dengan memanggilnya tante.

"Saya belum setua itu Paman tua! Jadi aku belum pantas dipanggil tante. Dan buat minta maaf? Jangan harap saya akan minta maaf!" Balas Tasya yang juga sangat kesal.

"Kamuuuu!" Teriak Frans yang sampai puncak kemarahannya. Dia sempat mengepalkan tangannya keatas dan hampir memukul Tasya. Tetapi Frans mengurungkan niatnya dan membanting tangannya kebawah dengan keras.

"Apa? Mau pukul? Ayo pukul!" Tantang Tasya.

Frans yang tak mau ribut dengan orang semenyebalkan Tasya dan tak ingin membuat harga dirinya terjatuh, dia mengambil berkas yang terjatuh dijalan dan memilih pergi meninggalkan Tasya dengan sangat kesal. Setelah Frans melangkah beberapa langkah tiba - tiba Frans membalikkan badannya.

"Saya berharap tidak akan pernah ada pertemuan yang kedua kalinya dengan kamu tante!" Ucap Frans dengan menunjuk Tasya dengan jari telunjuknya. Dan kemudian benar - benar pergi meninggalkan Tasya.

"Siapa juga yang berharap ada pertemuan kedua. Dasar orang gila!" Balas Tasya dengan kesal. Tetapi Frans sudah tak bisa mendengarnya karena sudah terlalu jauh meninggalkan Tasya.

Ttttiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnn......!!!!!

Tasya dikejutkan oleh klakson mobil. Dia tersadar ternyata dari tadi dia masih terkulai dijalan dan belum berdiri. Anggi yang dari tadi menyaksikan kejadian itupun tersadar dan langsung berlari kearah Tasya dan membantunya berdiri.

"Kamu tidak apa - apa?" Tanya Anggi khawatir dengan keadaan Tasya dan membantunya berdiri.

"Aku tidak apa - apa!" Jawab Tasya masih kesal.

"Kamu bisa jalan? Ayo!" Tanya Anggi dan memapah Tasya sampai diseberang jalan.

"Sudah tidak apa - apa. Aku masih bisa berjalan. Kamu tenang saja. Hanya saja aku masih kesal dengan orang itu. Dasar!" Ucap Tasya melepaskan papahan Anggi. Tasya mengerutkan keningnya dan menyilangkan kedua tangannya didada bertanda dia sangat kesal saat ini.

Tasya dan Anggi terus berjalan beriringan menuju kampus.

"Sudah! Sudah! Tidak usah dipikirkan." Ucap Anggi menenangkan Tasya.

Anggi tiba - tiba berhenti.

"Kenapa?" Tanya Tasya penasaran dengan apa yang terjadi pada Anggi karena Anggi tiba - tiba menghentikan langkahnya.

"Tapi dia sangatlah tampan seperti pangeran dari gunung es." Ucap Anggi tersenyum sambil menatap kelangit membayangkan si pangeran gunung es. Kedua tangannya menyentuh pipinys sendiri.

"Dasar!" Ucap Tasya semakin kesal dan melangkah meninggalkan Anggi.

"Ehhh! Tasya tunggu!" Teriak Anggi dan berlari mengejar Tasya.

Setelah terkejar, Anggi langsung memeluk bahu Tasya dari samping dengan satu tangan. Tasya hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah teman dekatnya itu.

"Tapi dia benar - benar tampan loh!" Ucap Anggi masih membahas Frans si pangeran gunung es.

"Terserah kamu aja. Udah ahh jangan bahas dia. TIDAK PENTING!" Tegas Tasya mantap.

"Kalau kamu tidak mau, buat aku saja. Walaupun pangeran gunung es, tapi dia tetap tampan." Ucap Anggi tetap membahas pangeran gunung es si Frans.

"Sudah ya! Ayo kita cepat - cepat pergi kekelas daripada kita kena hukum Pak Anton si dewa kematian." Ucap Tasya menarik tangan Anggi.

"Tenang! Tadi ada pengumuman bahwa Pak Anton akan mengajar pukul 10.00 WIB. Jadi masih ada waktu bersantai." Jelas Anggi.

"Kenapa nggak bilang daritadi?" Tanya Tasya kesal.

Anggi tak menjawab. Dia hanya tersenyum semanis - manisnya agar Tasya tidak kesal terhadapnya. Tasyapun luluh.

"Ahh! Kamu jangan tersenyum seperti itu! Mukamu terlihat sangat jelek!" Ketus Tasya dan langsung berjalan meninggalkan Anggi menuju kelas.

***

Pak Anton memang terkenal sebagai dosen yang sangat tegas. Dia paling tidak suka dengan keterlambatan dan dia tak pernah main - main dengan yang namanya hukuman. Banyak murid yang takut kepadanya. Dan semua murid menjulukinya sebagai "DEWA KEMATIAN" karena sikapnya yang sangat menakutkan.

Episode 2

DI PERUSAHAAN...

***

"Bos! Anda darimana? Kenapa Anda baru datang?" Tanya Riko yang berjalan menghampiri Frans.

Riko adalah asisten pribadi serta teman dekat Frans sewaktu kuliah. Dia adalah orang yang paling setia dengan temperamen Frans yang sangat buruk. Frans dikenal dengan orang yang dingin dan mempunyai temperamen yang buruk apalagi diperusahaan disaat dia sedang bekerja. Kesalahan kekecil apapun tak akan dia maafkan apalagi karena kelalaian karyawan.Temperamennya yang buruk membuat Frans hampir tak pernah tersenyum dengan siapapun. Belum ada karyawannya yang melihatnya tersenyum. Hanya tatapan dingi yang selalu dia gunakan.  Frans juga dikenal dengan julukan "BOM WAKTU" yang bisa meledak kapan saja. Meskipun begitu karena ketampanan dan kekayaannya yang berlimpah, banyak gadis - gadis yang mendambakannya. Diperusahaannya banyak wanita yang mengharapkannya. Tetapi Frans tidak perduli karena baginya wanita sangatlah merepotkan. Dan tidak ada yang bisa mengganggu gugat pendapatnya tentang wanita.

Frans lebih suka dipanggil bos oleh Riko, karena menurutnya panggilan Pak hanya untuk orangtua saja. Dan dia merasa bahwa dirinya masih muda. Panggilan Pak hanya untuk karyawan lainnya.

Frans hanya terus berjalan menuju lift tanpa menggubris pertanyaan Riko, asistennya. Karena dia masih sangat kesal dengan kejadian yang menimpanya dipenyeberangan jalan.

Perusahaan Frans memang tidak jauh dari Universitas A. Hanya berjarak 500 meter saja. Tadinya Frans hanya keluar mengambil berkas dari temannya yang juga bekerja diperusahaannya untuk bahan rapat pagi. Tetapi tidak disangka dia akan bertemu dengan seseorang yang membuatnya sangat kesal.

Semua karyawan merasa takut dengan temperamen Frans karna terlihat sangat jelas bahwa semua tidak akan baik - baik saja. Riko yang mengetahui hal itu memilih diam dan mengikuti bosnya itu dibelakang. Sesampainya dilantai paling atas, Frans keluar dari lift dan menuju kantornya. Masih diikuti oleh Riko, asistennya. Frans duduk dikursinya sedangkan Riko berdiri didepan meja menghadap ke Frans.

"Suruh semua Dewan Direksi segera berkumpul diruang rapat. Kita adakan rapat sekarang juga"  Perintah Frans kepada Riko

"Baik Bos!" Jawab Riko.

Riko menundukkan badannya untuk memberi hormat kepada Frans, dan kemudian pergi meninggalkan ruangan Frans untuk mengumpulkan semua dewan direksi untuk berkumpul diruang rapat. Setelah semua telah berkumpul, Riko kembali keruangan Frans untuk memberitahu bahwa semua sudah berkumpul diruang rapat. Frans sedang membaca berkas untuk ditandantangani.

"Bos! Semua sudah berkumpul diruang rapat. Mereka sudah menunggu Anda." Ucap Riko setelah menun dukkan badannya untuk memberikan hormat.

"Baiklah! Saya akan segera kesana!" Jawab  Frans dingin tanpa menatap Riko. Frans meletakkan berkas ditangannya dan mengambil berkas lainnya untuk bahan rapat.

Frans berdiri dan berjalan menuju ruang rapat. Riko berjalan dibelakangnya.

Memasuki ruang rapat...

Setelah Frans masuk keruang rapat, suasana menjadi hening tak ada suara sedikitpun. Frans duduk dikursi utama.

"Baiklah! Kita mulai rapatnya." Ucap Frans dingin dengan tatapan tajam melihat semua dewan direksi yang tak ada satupun berani menatapnya.

Semua Dewan Direksi menundukkan kepalanya. Frans diam sejenak. Kedua siku Frans menempel diatas meja dengan telapak tangan saling tidih dan dagunya menumpu diatas punggung telapak tangannya.

"Siapa yang bertanggungjawab atas proyek kali ini? Kenapa tidak ada yang bicara untuk menjelaskan bagaimana proyek ini berjalan?" Tanya Frans dengan temperamennya yang sangat buruh.

"Saya Pak!" Salah satu Dewan Direksi mengulurkan tangannya keatas.

Semua Dewan Direksi merasa bahwa bom waktunya akan segera meledak dan ini bertanda bahwa semua tidak baik - baik saja. Frans melampiaskan rasa kesalnya pagi tadi kepada karyawannya.

"Baiklah! Saya beri waktu kalian 30 menit untuk merancang dan menjelaskan bagaimana cara memperkembangkan proyek ini." Ucap Frans membalikkan jam pasir yang selalu dibawanya saat rapat.

Frans hanya diam, menunggu jam pasir mengalir kebawah sampai habis. Dan menunngu karyawannya membuat ide - ide menurut mereka tentang rapat. Karena rapat ini diadakan dadakan jadi semua karyawan belum mempersiapkan ide apapun.

Tatapan yang tetap dingin, dan marah ketika melihat semua karyawannya kebingungan. Frans jelas melihat ekspresi bingung mereka yang tidak mendapatkan ide apapun.

30 menit telah berlalu. Jam pasir telah habis mengalir kebawah.

"Apa ide kalian?" Tanya Frans tiba - tiba.

Salah satu Dewan Direksi berdiri dan memperkenalkan diri. Kemudian menjelaskan idenya sampai Frans bisa memahami dan menerimanya.

"Lanjut." Printah Frans tanpa menatap.

Salah satu Dewan Direksi yang lain berdiri sama yang dilakukan Dewan Direksi yang pertama.

"Lanjut." Ucap Frans lagi.

Kali ini semua diam tak ada yang berdiri lagi untuk memberikan idenya. Frans seketika terlihat sangat marah.

"Kenapa sudah tidak ada lagi yang memberikan ide? Dari sekian banyak orang apakah hanya dua yang bekerja? Jadi untuk apa kalian disini? Apa perusahaan menggaji kalian hanya untuk duduk diam mengikuti arus? Perusahaan tidak pernah memilih orang untuk main - main diperusahaan ini. Jika kalian hanya ingin main - main jangan disini. Pergilah ketaman bermain! Kenapa semuanya hanya diam?" Teriak Frans sangat marah. Frans menampar meja dengan tangannya sangat keras sehingga membuat karyawan kaget.

"Maafkan kami Pak. Bapak mengadakan rapat ini terlalu mendadak jadi kami tidak mempersiapkan ide apapun." Jelas salah satu Dewan Direksi.

"Ohh! Jadi terlalu mendadak dijadikan alasan? Seharusnya setelah saya memberikan proyek ini kalian sudah mulai bekerja dan memikirkan ide - ide yang akan digunakan untuk keberhasilan proyek ini. Saya memberikan proyek ini kepada kalian sudah hampir satu bulan. Lalu kalian selama ini ngapain saja?" Tegas Frans marah.

Semua hanya diam. Karena jika ada yang membantah masalahnya tidak akan terselesaikan.

"Baiklah! Bagi kalian ini terlalu mendadak kan? Oke! Saya beri waktu kalian sampai besok untuk mengumpulkan ide - ide kalian. Besok jam 10.00 WIB semua harus sudah berkumpul disini dengan ide - idenya masing masing. Kita akan segera kerjakan proyek ini." Tegas Frans. Frans bediri dan membalikkan badannya untuk meninggalkan ruang rapat.

Semua merasa lega karena akhirnya rapat berakhir.

"Ohh iya!" Frans kembali membalikkan badannya. Suasana kembali menegang.

"Saya lupa! Kalau besok kalian tidak bisa persentasi tentang ide - ide kalian, sebaiknya segera kirim surat pengunduran diri kalian ke manager saya. Perusahaan ini tidak membutuhkan orang - orang pemalas seperti itu. Perusahaan memberikan gaji besar kalian bukan untuk menjadikan kalian seorang pemalas." Ancam Frans dan kemudian pergi meninggalkan ruang rapat diikuti Riko.

Riko hanya diam - diam salut kepada temannya itu. Meskipun caranya sangat kejam tetapi ada benarnya juga. Karena mereka bekerja dan digaji besar bukan untuk malas - malasan tetapi untuk bekerja. Sesampainya dikantor Frans, Frans duduk dikursinya dan Riko berdiri didepannya. Riko terus menatapnya.

"Ada apa?" Tanya Frans yang menyadari Riko dari tadi menatapnya.

Riko hanya diam karena terkejur Frans menyadari tatapannya.

"Terpesona dengan aura ketampananku?" Tanya Frans dengan tingkan kePDannya yang tinggi.

"Hemmm?" Riko semakin bingung.

"Ada apa? Nggak mau ngomong?" Tanya Frans memaksa Riko berterus terang.

"Saya hanya salut kepada Anda, meskipun cara Anda sedikit kejam." Jawab Riko Jujur.

"Kamu mau gaji kamu dipotong dan bonusan kamu bulan ini hilang?" Ancam Frans dengan tatapan tajam.

"Maafkan saya! Saya tarik kembali omongan saya. Jadi jangan potong gaji saya dan bonusan saya." Ucap Riko menyesali kata - katanya.

Frans diam menatap tajam Riko sebagai sahabat.

"Tapi kenapa hari ini datang - datang temepramen Anda sangat buruk?" Tanya Riko merasa bingung. Riko memiringkan kepalanya dan mengambil nafas dengan sedikit membuka mulutnya serta matanya menatap keatas tanda berpikir keras.

"Tadi pagi setelah aku mengambil berkas dari jony, aku bertemu dengan sesuatu yang benar - benar membuatku sial." Jelas Frans.

"Apakah itu seorang wanita?" Tebakan Riko langsung menuju kewanita. Karena bagi Frans tak ada yang lebih sial kecuali dia bertemu wanita.

"Iya!" Jawab Frans dingin setelah mendengar kata wanita.

"Apakah hatimu sudah luluh dengan seorang wanita?" Tanya Riko memberanikan diri.

"Kamu sepertinya benar - benar ingin gajimu dipotong dan bonus bulananmu hilang." Teriak Frans merasa kesal.

"Saya tidak berani. Dan maafd saya masih ada urusan lain. Saya permisi." Ucap Riko takut kemudian berlari keluar dari ruangan Frans.

Frans sangat kesal setiap kali mengingat kejadian padi tadi. Frans selalu mengepalkan tangannya setiap kali teringat. Dia berharap tak akan bertemu lagi dengan wanita yang tadi pagi dia temui.

Episode 3

Setiap teringat apa yang terjadi Pagi hari tadi Frans masih merasa sangat kesal. Jadi dia mencoba melupakan apa yang terjadi dengan menyibukkan dirinya. Frans memeriksa semua berkas yang ada dimejanya sedari tadi dan memeriksanya satu per satu dan menandatanganinya.

Ttookkk... Ttoookkk... Ttookkk...

"Masuk!" Teriak Frans setelah mendengar ketukan dari balik pintu.

Yang mengetuk pintu kantor Frans adalah Tya. Tya sendiri adalah sekretaris pribadi Frans dikantor. Frans mempunyai dua sekretaris namun Tya adalah sekretari utama. Apapun yang dibutuhkan harus melalui Tya.

Tya berjalan dan berhenti didepan meja Frans. Tya membungkukkan badannya tanda hormat.

"Apa pelu apa sekretaris Tya?" Tanya Frans.

"Bapak Presdir meminta saya menyampaikan kepada Anda, Bahwa beliau menyuruh Anda pergi keruangannya." Ucap Tya mengatakan maksud kedatangannya.

"Baiklah! Setelah menyelesaikan ini saya akan kesana." Jawab Frans.

Frans menyelesaikan menandatangani semua berkas kontrak perusahaan. Setelah semua beres Frans membawa semua berkas dan menyerahkannya kepada Tya untuk mengurusnya dan kemudian Frans pergi keruangan Presdir.

Ttookkk... Ttookkk.. Ttoookkk...!!!

"Masuk!" Seru Presdir dari dalam ruangan.

Setelah mendengar perintah Presdir, Frans langsung memegang gagang pintu dan membukanya.

"Ada apa Papa memanggilku?" Tanya Frans sambil berjalan mendekati Presdir, Ayahnya.

Ayah Frans adalah pendiri dan Presdir perusahaan internasional ini. Beliau bernama Presdir Johan, berusia 57 tahun. Memiliki sifat yang baik , ramah dan perdulu kepada semua karyawan. Ibu Frans dulunya berprofesi sebagai model, setelah menikah dengan Ayah Frans, beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumahtangga.

"Bicara yang sopan! Diperusahaan Saya adalah Presdir bukan Ayahmu!" Tegas Presdir Johan melarang anaknya memanggil Papa dikantor.

"Maafkan saya! Ada keperluan apa Presdir memanggil saya?" Tanya Frans lebih sopan.

Frans sangat menghormati Bapak Johan sebagai Presdir perusahaan, bukan sebagai Ayahnya.

"Apa yang telah kamu lakukan kepada karyawan dikantor? Kenapa semua mengeluh? Apa yang kamu perbuat untuk menyusahkan mereka?" Tanya Presdir Johan.

"Maafkan saya! saya hanya menyuruh menyuruh mereka untuk bekerja bukan umtuk main - main. Jika hanya ingin main - main, saya menyuruh mereka untuk mengfundurkan diri. Lagian perusahaan tidak butuh karyawan yang kerjaannya hanya bermalas - malasan. Disini digaji untuk bekerja buka bermain." Terang Frans.

"Baiklah!" Ucap Presdir Johan merasa puas dengan jawaban Frans.

Presdir Johan merasa sangat lega karena anaknya tak pernah main - main tentang perusahaan. Frans sangat serius dalam mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan. Meskipun bekerja dengan caranya sendiri dan tidak suka diatur tapi dia selalu boisa memenangkan tender.

"Baiklah! Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, saya mohon undur diri." Pamit Frans membungkukkan badannya tanda hormat.

Frans membalikkan badan dan berjalan mendekati pintu. Namun sebelum Frans memegang gagang pintu, Presdir Johan memanggilnya kembali dan memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada Frans.

"Tunggu!" seru Presdir Johan.

Frans menghentikan langkahnya, dan membalikkan badannya kearah Presdir Johan.

"Kapan kamu akan menikah dan memberiku cucu?" Tanya Presdir Johan memberanikan diri.

Ini  bukan kali pertamanya Presdir Johan menanyakan soal nikah dan punya anak. Sudah berulang kali beliau bertanya dan jawabannya tetap sama. Kali ini Presdir Johan bertanya dan berharap jawabannya berbeda.

"Maaf?" Ucap Frans tak mengerti.

"Kapan kamu akan menikah dan memberiku cucu?" Tanya Presdir Johan sekali lagi.

"Anda bertanya sebagai Presdir perusahaan atau sebagai Ayah saya?" Tanya Frans tak mengerti.

"Tentu saja sebagai Ayah." Jawab Presdir Johan

"Kalau begitu saya juga akan jawab sebagai anak. Maaf jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik menikah dan punya anak!" Jelas Frans dengan tegas.

Jawaban Frans sangan mengecewakan Ayahnya.

"Apakah kamu tidak akan membiarkanku melihat kamu menikah dan punya anak? Papamu ini sudah tua dan mungkin tidak akan hidup lama lagi. Biarkan aku melihat kamu menikah dan aku menggendong cucuku." Ucap Presdir Johan pura - pura sedih dan rapuh.

"Papa tenang saja! Papa belum setua itu. Dan Papa tidak akan pergi secepat itu. Aku melihat Papa masih sangat kuat. Jadi Papa tunggu saja sampai aku berubah pikiran." Jelas Frans.

"Kapan kamu akan berubah pikiran?" Tanya Presdir Johan.

"Aku juga belum yakin soal itu." Jawab Frans yang semakin membuat Ayahnya kecewa.

Frans yang tak ingin berdebar lebih panjang lagi dengan Ayahnya memilih pergi meninggalkan ruangan Ayahnya.

"Dasar anak durhaka! Apakah kamu tidak akan membiarkan Papa melihat istri dan anakmu?" Gumam Presdir Johan kecewa.

Berulangkali Presdir Johan berusaha memperkenalkan anaknya semata wayang itu dengan banyak wanita, tetapi hasilnya sama saja. Dia juga memperkenalnya anak dari teman temannya tetap saja dia tidak tertarik, justru merendahkan dan mempermalukan mereka.

***

Makan siang sudah lewat, Frans merasa jenuh berada dikantor. Dia ingin mencari udara segar dan pulang lebih awal. Frans masuk kedalam ruangannya dan memanggil Riko untuk keruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu Bapak Direktur?" Tanya Riko dengan sopan tak seperti biasanya.

"Kesambet setan dimana kamu? Kenapa bisa selembut gini?" Tanya Frans mengejek Riko, sahabatnya.

"Ada apa?" Tanya Riko mendadak berubah seperti ingin memberontak.

"Siapkan mobil. Aku ingin pergi keluar." Suruh Frans.

"Kamu tidak jadi memotong gaji dan bonusanku bulan ini kan?" Tanya Riko memberanikan diri.

"Ini masih dikantor dan aku masih atasanmu. Apakah gaji dan bonusan kamu benar - benar ingin dipotong?" Ancam Frans lagi.

"Tidak! Tidak! Mari kita pergi. Aku akan siapkan mobil." Ucap Riko mengajaknya pergi.

Frans berjalan dan diikuti Riko. Mereka berdua masuk kedalam lift. Beberapa saat suasana hening. Karena itu lift pribadi jadi tidak ada karyawan yang sembarangan menggunakan lift tersebut.

"Kita mau kemana?" Tanya Riko memudarkan keheningan.

"Apakah kamu punya hak untuk bertanya aku akan pergi kemana?" Tanya Frans dingin.

"Baiklah! Baiklah!" Jawab Riko.

Suasana kembali hening. Pintu lift telah terbuka. Mereka berdua keluar dari lift. Riko berjalan untuk meyiapkan mobil, sedangkan Frans berjalan kearah berlawanan karena akan menunggu didepan perusahaan. Tak lam kemudian mobil yang dikendarai Riko berjalan menuju kearah Frans. Frans masuk mobil dan Riko ,mengemudikannya kemanapun Frans mau.

***

DI KAMPUS...

"Akhirnya selesai juga mata kuliah kita hari ini." Ucap Anggi merasa lega setelah dosen Anton keluar dari ruang kelas.

Tasya hanya menatap dan tersenyum kepada Anggi.

"Teman - teman mau kemana kita hari ini?" Tanya Vera berjalan menghampiri Tasya dan duduk didepsn meja Tasya.

Mendengar pertanyaan Vera, Intan ikut duduk didekat meja Tasya.

Vera dan Intan juga teman dekat Tasya, meski tak sedekat Tasya dan Anggi tetapi mereka selalu bersama.

"Enggak tau mau kemana. Yang terpenting sekarang aku harus makan dulu karena aku sudah lapar dari tadi pagi aku belum makan sama sekali gara - gara Anggi." Ucap Tasya sambil melirik Anggi dan tersenyum licik serta menaikkan kedua alisnya.

"Loh! Loh! Kok gara - gara aku? Aku justru menjadi dewi penyelamatmu dari dewa pencabut nyawa." Teriak Anggi tak terima dengan pernyataan Tasya dengan muka cemberut.

Dengan kompak Tasya, Vera dan Intan langsung tertawa mendengar jawaban Anggi.

"Hahahahahahaha....!!!" Tawa mereka.

"Ya udah! Ayo kita makan dulu sang Dewi penyelamat. Karena kamu tidak akan bisa menyelamatkan aku dikondisi seperti ini. Kecuali kamu memberiku makan." Ajak Tasya dengan merangkul leher Anggi dan mengeluarkan senyum manisnya didepan muka Anggi untuk meluluhkan hatinya.

"Jangan tersenyum seperti itu, membuatku merinding dan jengkel. Senyumanmu terlalu mematikan. Aku terpaksa mengikutimu." Balas Anggi

"Iya! Iya! Kamu terpaksa. Ayo!" Seru Vera.

Mereka berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin untuk makan terlebih dahulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!