Endro pagi itu berangkat ke sekolah. Seperti biasa, dia tidak menemui ayahnya ketika bangun dari tidurnya.
Dia berangkat hanya berjalan kaki, meski jarak sekolahnya dengan rumah yang ditinggalinya sejauh dua kilo meteran.
Dalam perjalanannya ke sekolah, Endro tidak berhenti melamun. Dia terus saja kepikiran dengan sosok Mentari yang sempat disebutkan oleh Nini pada sore kemarinnya.
Aku memang pernah melihatnya menangis di koridor belakang sekolah, tapi bukan berarti dia itu hidup dalam penderitaan seperti Mentari yang disebutkan Nini.
Tampaknya, dia selalu bahagia. Tawanya selalu menggangguku. Dia begitu usil, dan bahkan juga ikut-ikutan mengejekku seperti yang lainnya. Dia juga suka sekali memanggiliku anak pungut.
Jika bukan dia, lalu Mentari mana yang Nini katakan?
Ah mengganguu saja...
BRRUUUK
Tiba-tiba tubuh Endro ambruk. Kaki panjang seorang gadis sengaja melintang sehingga membuat dirinya terjatuh.
Endro meringis kesakitan. Matanya memerah, dan dia benar-benar merasa kesal sekaligus geram saat itu. Belum lagi gelak tawa penuh ejekan, terdengar riuh dari semua warga sekolah yang sama-sama berseragam putih abu-abu sepertinya.
Endro mencoba bangkit dengan perlahan.
"Sakit ya? Sorry..." Ucap gadis itu mengejek. Dia segera memutar tubuhnya hendak meninggalkan Endro yang terlihat murka kala itu.
Endro dengan sigap menahan lengan gadis itu, dan kemudian mendorongnya ke dinding. Kemudian, dia membekap tubuh gadis itu dengan tubuhnya yang mulai tampak kekar di usianya. Endro menatap lekat mata gadis yang sudah dengan sengaja membuat dirinya terjatuh.
Wajah mereka begitu dekat. Terlihat sekali jika gadis itu merasa salah tingkah karenanya.
Gadis itu mendorong dada Endro dengan begitu kuat. Nafasnya tersengal, wajahnya memucat dan mata Endro mendapati lengan gadis itu terlihat memar. Gadis itu segera menutupi memar ditangannya ketika Endro menatap tajam kesana.
"I-itu... Lengan kamu kenapa?" Endro hendak meraih lengan gadis itu, namun dengan segera dia menepis tangan Endro dengan kasar.
"Dasar... Anak pungut..." Maki gadis itu seraya melangkah meninggalkan Endro yang masih mematung disana.
"Huuuu..." Sorak yang lainnya. Mereka seakan belum puas melihat adegan yang mereka tonton saat itu.
"Tampan sih, tapi sayang... Anak pungut..."
"Tumben si anak pungut berani begitu sama Mentari..."
"Wah... Jangan bilang si Mentari jadi salting gara-gara anak pungut itu..."
Bla... Bla... Bla...
Macam-macam ucapan teman-temannya yang dia dengar berbisik di dekatnya. Tapi dia tetap tidak menggubris apa pun yang terdengar oleh telinganya saat itu.
Dia sadar, dia tidak punya banyak tangan untuk membekap mulut mereka-mereka yang mengatai dirinya. Tapi, kedua tangannya mampu menutup kedua lubang telinganya dari kata mereka-mereka yang menyakiti perasaannya.
Dia terus melangkah ke dalam ruangan kelasnya tanpa menoleh kepada teman-temannya yang menatap tajam kearahnya.
Di dalam kelas, dia melihat gadis yang telah sengaja membuatnya terjatuh tadi. Ya, dialah Mentari. Teman sekolah yang dia maksud. Gadis itu menatap sinis akan kedatangan dirinya.
Endro terus melangkah, dan berusaha bersikap acuh. Dia melewati Mentari dan duduk di leretan bagian belakang mentari. Karena bangku itulah yang masih belum terisi.
Semua anggota kelasnya telah masuk, termasuk guru yang memberikan pembelajaran hari itu.
Kenapa aku baru tau kalau dia begitu cantik? Aku bahkan tidak bisa mengendalikan detak jantungku tadi...
Endro tidak berhenti menatap kearah Mentari yang duduk di depannya. Angin bertiup kencang dan menyibakkan rambut Mentari yang tergerai panjang.
Lagi-lagi... Dia menampaki memar di tengkuk gadis itu.
Pikirannya kembali melayang ketika melihat memar di lengan Mentari tadi.
Ada apa dengannya... Kenapa tubuhnya terdapat memar seperti itu? ~ Pikir Endro begitu penasaran.
Apa yang terjadi dengannya?
Endro terus saja berpikir. Semua pelajaran yang diberikan gurunya, sama sekali tidak singgah di benaknya.
Yang ada di dalam pikirannya, hanya gadis itu.
Semenjak Nini membandingkan dirinya dengan seseorang yang bernama Mentari, dia merasa begitu tertarik. Dan bahkan untuk kali itu, dia tidak pernah lengah melihat kearah Mentari.
Siapa pun Mentarinya, dia tertarik memikirkannya.
Benarkah? Ada seseorang yang lebih menderita dari itu?
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Fatonah
kasian endro jd bhan bulian
2021-05-06
1
Lina Susilo
apa yg trjadi dengan mentari
2021-02-22
2
Ika Sartika
lanjut...
2021-01-17
2