Tok... Tok... Tok...
Berkali-kali Endro berusaha mengetuk sebuah pintu dengan susah payah. Tangannya mulai terasa pegal menggendong Mentari yang tak kunjung sadar.
"Ninii... Ni... Niniii..." Panggilnya dengan nafas yang terengah-engah.
Tidak lama, pintu itu terbuka. Wanita tua yang sudah seperti Nenek baginya berdiri di ambang pintu itu dan menatap cemas kepada gadis yang berada di dalam gendongannya.
"Mentari!! Nak Endro... Mentari kenapa?" Tanyanya dengan tercengang dan panik.
"Mentari pingsan, Ni." Sahutnya.
"Ayo... Bawa masuk Mentari ke dalam, Nak." Perintah Nini segera memberi jalan untuk Endro.
Endro menurut, dia segera masuk dan membaringkan Mentari di atas kasur berdipan rotan di ruang sempit, gubuk milik wanita tua itu.
"Sebenarnya, Mentari kenapa bisa pingsan begini, Nak Endro?" Tanya Nini sambil mengoleskan minyak herbal miliknya ke bagian tubuh Mentari.
"Endro juga tidak tahu, Ni. Tadi pas pulang sekolah, Endro melihat dia jalan dengan terseok-seok gitu. Terus, pas Endro menghampirinya, dia tiba-tiba pingsan. Suhu tubuhnya juga tinggi, Ni. Sudah beberapa hari ini dia tidak masuk sekolah. Katanya, dia habis sakit." Tutur Endro Endro menjawab pertanyaan Wanita tua yang sama.Ya, Nini yang sudah mengasuhnya selama empat tahun, waktu dirinya masih bayi kala itu.
Endro masih terlihat panik menyahuti pertanyaan Nini. Tubuh gadis itu, masih terasa menggigilkan lengannya yang memang mulai tampak kekar, meski dia tidak lagi menggendongnya.
"Yaa Allah... Gusti... Tolong jangan membuatnya selemah ini... Saya tahu dia ini anak yang kuat. Dia cukup syarat, meski tidak patut menerima segala derita itu." Tangis Nini mulai pecah melihat Mentari yang lemah tak kunjung sadarkan diri.
Dari sana, Endro mulai paham maksud ratapan Nini. Hanya saja, dia tidak mengetahui apa sebenarnya di balik semua yang dia mengertikan itu.
Cukup mengeluarkan ratapan histerisnya, Nini mulai merasa sedikit tenang ketika mendapati mata Mentari mengerjapkan mata sedikit demi sedikit.
"Nini...?" Panggilnya lirih ketika mendapati wanita tua itu berada di sampingnya.
"Iya, Nak... Ini Nini." Sahut Nini semakin tenang. Dia tidak ingin menampakkan kesedihannya di hadapan gadis itu.
"Kenapa Mentari bisa berada di tempat Nini?" Tanyanya bingung. Perlahan, dia mulai menyadari hidupnya kembali. Mentari bergegas bangkit dari pembaringannya. "Yaa Allah, Ni... Mentari harus segera pulang. Nanti ibu dan Bapak bisa meng..." Ucapannya tergantung ketika matanya menangkap wajah Endro. Saat itu, tanpa dia sadari sebelumnya, Endro memerhatikan dirinya dari belakang Nini.
"Ka-Kamu? Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanyanya gugup. Mentari seakan merasa tertangkap basah kala itu.
Endro tidak menyahut. Dia membiarkan gadis itu benar-benar pulih dan mengingatnya tanpa harus diberitahukan terlebih dahulu.
Mentari menopang dahinya. "Nini... Apa dia mengenal Nini?" Tanya Mentari sedikit syok.
"Iya, Nak. Endro sudah seperti cucu bagi, Nini. Sama sepertimu." Sahut Nini.
"Bisakah dia pergi untuk sekarang, Ni?. Mentari tidak ingin, dia melihat Mentari dalam keadaan menyedihkan seperti ini." Pintanya memelas.
"Dia anak baik kok, Nak. Kamu tidak usah khawatir." Ujar Nini membela Endro.
"Tidak peduli siapa pun dia, Mentari hanya tidak ingin seorang pun kecuali Nini." Ujar Mentari semakin memelas. Air matanya tiba-tiba lolos begitu saja. Rasanya begitu sakit telah mengucapkan kata-kata seperti itu di depan Endro sendiri, lelaki yang sebenarnya menarik simpati dirinya.
Nini menoleh ke arah Endro dan menatap lelaki itu dengan penuh permohonan. Endro menepiskan sedikit senyumannya. Dia mengangguk, seraya pamit kepada Nini.
Sedangkan kepada Mentari, dia hanya menoleh gadis itu dengan tatapan belas kasih. Mentari mengelakkan wajahnya, hatinya semakin sakit melihat wajah tampan itu.
Baru saja Endro melangkah keluar dari pekarangan gubuk itu, tiba-tiba matanya menangkap tiga orang yang dikenalinya. Mereka tidak lain Alex, istrinya dan putri sulungnya. Mereka merupakan orang tua Mentari dan kakaknya.
Wajah mereka garang penuh amarah hendak menuju ke pekarangan gubuk itu. Endro segera mencari tempat persembunyian di balik pohon kayu yang besar.
Dia terus mengamati langkah mereka. Sesekali, ibu dan anak itu terdengar menghasut dan memanas-manasi Alex.
Mereka mau apa?~ Batin Endro. Dia terlihat semakin gusar memandangi wajah garang Alex dari persembunyiannya itu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Fatonah
dsr ortu gla....
2021-05-06
1
Lina Susilo
sungguh sakit
2021-02-22
2
Aristi Tantri
sebnrnya mentari knp..kok kluarganya g sk gt ya
2021-02-07
2