"Ayaaah..." Endro berseru dari halaman rumahnya. Dia berpakaian putih abu-abu kala itu. Wajahnya yang tampan, begitu sumringah penuh keceriaan. Sehingga menambah ketampanannya di usianya saat itu. Ada rasa penasaran yang terlukis disana. Namun, dia terlihat begitu senang.
"Ada apa, End? Kenapa kamu berlarian seperti itu? Jika kamu jatuh, lalu kakimu patah, Bagaimana?." Seorang lelaki paruh baya segera menyambut kedatangan dirinya.
"Ayah... Aku sudah berusia tujuh belas tahun, bukan?" Ujarnya semakin terlihat berambisikan sesuatu.
"Lalu kenapa jika kamu sudah berusia tujuh belas tahun?" Tanya lelaki paruh baya yang dipanggilinya dengan sebutan ayah.
"Ah Ayaaah... Ayah jangan pura-pura lupa begitu. Pagi tadi, aku sudah berusaha bangun lebih awal, tapi tetap saja ayah sudah berangkat ke kebun. Sekarang sudah waktunya..." Sungut Endro.
"Waktunya apa? Pura-pura lupa apa?" Tanya Ayahnya lagi dengan kening mengkerut. Dia benar-benar terlihat tidak mengerti dengan yang diucapkan putranya itu.
"Mereka masih bertanya loh, Ayah..." Ujarnya lirih. Wajahnya ditekuk penuh kesedihan.
"Mereka? Oooh..." Ayah Endro sudah tampak mengerti tentang apa yang ada dalam pikiran putranya itu.
"Aku tidak mempermasalahkan pertanyaan mereka. Selama ini, semenjak Ayah menjanjikan akan menceritakannya di usiaku tujuh belas tahun, aku tidak pernah menggubris pertanyaan mereka lagi. Tapi aku tidak akan pernah berhenti bertanya kepada Ayah, karena aku adalah seorang anak yang mempertanyakan Ibunya kepada Ayahnya sendiri.
Aku bukan seperti mereka, yang mempertanyakan Ibu temannya sebagai bahan olok-olok dan ejekan semata.
Aku berhak tahu, bukan? Ibuku dimana Ayah? Kenapa aku tidak pernah melihatnya, meski hanya sekedar foto saja? Teman-temanku memiliki Ibu. Jika pun tidak ada, dia punya makam ibunya, mereka punya foto ibunya. Sedangkan aku?" Mata Endro terlihat berkaca-kaca. Air bening menggenang di dalamnya. Menampakkan kesedihan mendalam dari goresan garis-garis yang memerah disana.
"Aku bahkan sampai dikatakan anak yang dipungut oleh Ayah..." Endro sudah tidak lagi mampu membendung air matanya. Cairan bening itu tumpah dan memberi jejak di kulit pipinya.
"Kamu putranya Ayah, Nak..." Hanya itu saja yang dapat dikatakan Ayahnya Endro saat itu.
Sejenak, dia mengatur nafasnya. Kesedihan yang dirasakan putranya, membuat dirinya merasa sesak saat itu.
"Ayah sangat mencintai ibumu. Dan di usiamu saat inilah, kamu boleh mendengar kata cintanya orang dewasa. Kamu sudah mengerti dengan cinta yang Ayah maksud, bukan?" Matanya menatap tajam wajah Endro. Dia terlihat ingin mendapatkan pengertian dari putra semata wayangnya itu.
Endro mengangguk. "Lalu?"
"Ibumu sudah meninggal ketika kamu masih bayi. Dia mengamanatkan kamu kepada Ayah, sehingga Ayah merasa ibumu masih hidup, dan akan terus hidup di dalam dirimu." Ayahnya menerawang jauh.
"Jadi, dimana makam Ibu jika Beliau benar-benar sudah tiada, Ayah...?" Desak Endro. Dia terlihat kesakitan ketika mendengar pernyataan pahit itu. Ibu yang dipertanyakannya selama itu, ternyata sudah tiada. Dia tidak akan pernah mengecap bagaimana rasanya memiliki ibu, menerima kasih sayangnya ibu dan merasakan masakan seorang ibu.
Selama itu, hanya ayahnya sebagai tempat dirinya bersandar.
"Ibumu tidak memiliki makam, Nak. Dia hilang begitu saja, tanpa jejak." Air mata lelaki paruh baya itu mengucur. Dia seperti merasakan sakit, ketika luka lamanya kembali di koyak dengan sengaja.
"M-maksud Ayah?" Endro sedikit tercengang. Dia tidak mengerti maksud dari kata-kata Ayahnya itu.
Ayah Endro tersenyum sesaat. Dia menyeka dengan kasar air matanya. "Gantilah pakaianmu dulu, Nak. Ayah mengerti... Tapi biarkan Ayah membuat janji sekali lagi. Ayah akan menceritakannya, setelah kamu selesai Shalat zuhur dan makan siang. Ayah telah menyiapkan makanan untuk kita..." Tuturnya seraya berdiri dan bergerak meninggalkan Endro yang masih termangu disana tanpa protes.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Kurrotun Ainul Fitroh
mulai kupas bawang, Thor
2021-07-03
1
Fatonah
😁....aku ga mau nangis thor lgi puasa
2021-05-06
1
Lina Susilo
sedih thor 😭😭
2021-02-22
2