Kiara kembali dengan wajah lesu, dia terus saja terngiang akan perkataan hans apakah benar semua hal akan terjadi jika dirinya tida mengikuti perintah tuan yas.
"Ini sungguh keterlaluan, kebahagiaan yang hanya kumiliki seujung kuku akan di renggut oleh pria serakah itu, sungguh memalukan sekali hidupnya, apa dia sebahagia itu jika melihat orang lain menderita, bukankah dia sudah cukup bahagia dengan kemewahan yang dia peroleh dari hasil kerja keras ayahnya. Mengapa sekarang semua semakin rumit untuk di pahami, aku menyerah rasanya"
Kiara terus saja mencari jawaban untuk masalahnya kali ini, dia akan benar benar datang memberikan jawaban pada tuan yas atau hanya sekedar menonton apa yang akan di buat oleh sekertaris hans nantinya.
Gemuruh angin menambah ketegangan di ruangan itu, kiara terus saja melamun dan mencerna apa yang hans sampaikan padanya siang tadi. sampai tida terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.05.
"Sialan aku di bohongi hans ******** itu, mengapa aku harus pusing pusing memikirkan perkataannya yang tida masuk akal, ini sudah pukul berapa dan tida terjadi apa apa pada semuanya, memangnya mengatur hidup orang semudah membalikan telapak tangan"
Kiara hendak beranjak dari tempat duduknya berencana akan melangkahkan kaki ketempat tidur untuk memulihkan tenaga yang ia kuras untuk menghadapi sekertaris hans tadi siang, namun baru beberapa kali melangkah ponselnya berdering tanda menerima pesan dari seseorang.
Rupanya sana yang mengirimkan pesan, kiara cepat cepat membuka pesan dari sana.
"Ki, kau baik baik saja? Maaf untuk tadi siang, aku sungguh sibuk dengan kegiatanku. lain kali aku dan bella akan menemui mu"
Kiara kaget setengah mati dengan pesan itu, takut kalau kalau memang terjadi sesuatu pada teman temannya nanti. Dia langsung membalas singkat;
"Ah tida apa san, lagipula aku ada urusan mendadak, kau jaga diri baik baik ya, semangat untuk kegiatan kegiatannya"
Kiara sangat lega dengan pesan singkat itu, karena tida ada hal yang berbau mengancam, namun tiba tiba dia teringat sesuatu, kiara ingin melihat grup chat yang sudah lama tida dia lihat dari teman kampusnya, hal terkejut tiba tiba muncul dari berita dalam grup tersebut.
Isi grup chat :
'Hai sudah tau kabar dari bar skye tida?'
'Bar skye yang mana nih?'
'Ah dasar norak, pasti yang selalu ramai untuk tempat nongkrong itu kan?'
'Ah benar, kau tau rupanya'
'Memang ada apa'
'Memang ada apa dengan bar skye. Di sana ramai sekali, harus memesan lewat aplikasi kalo ingin minum, agar dapat kursi kosong tentunya'
'Ah aku pernah ke sana tolong dong infonya'
'Aku akan memberitahu kalian. Aku memiliki seorang teman yang bekerja di bar skye, dia mengatakan bahwa barr akan di tutup mulai besok karena sebuah alasan'
'Hah yang benar, kenapa memang, bukannya bar tersebut sangat ramai? Apa karena pemilik tida membayar pajak? Apa mungkin sebab itu polisi menutupnya'
'Ah kau benar, mungkin karena pemilik tida membayar pajak'
'Atau mungkin para pegawai tida mendapat upah, lalu mereka mengundurkan diri'
Belum selesai kiara mengikuti grup kampusnya, kiara dibuat syok oleh ocehan tida bertanggung jawab dalam isi grup, dia benar benar tida mengira bahwa hans benar benar serius dengan perkataannya, namun kiara sangat geram dengan pemberitaan miring yang dituju pada tomi selaku pemilik barr skye.
Tidak lama kiara mendapat pesan singkat dari hans yang tidak kalah mengagetkan.
"Selamat malam nyonya kiara, kurasa kau benar benar menginginkan kehancuran dari teman teman terdekatmu, ini barulah permulaan, jika kau masih menginginkan melihatnya kembali, tunggulah 2 jam kemudian dan seterusnya, akan aku wujudkan perkataan ku satu persatu pada anda.
Kukatakan sekali lagi, waktumu hanya berkisar 10 jam sampai besok, silahkan datangi rumah tuan yas dan memohon padanya atau kau akan tau sendiri akibatnya"
Kiara benar benar kaget dan merinding dibuatnya, bagaimana ini semudah membalikan telapak tangan, begitu kah cara uang berkuasa pikirnya, dia terduduk lemas tida berdaya, hanya mampu mengeluarkan buliran air mata yang sudah tida sanggup ia tahan, bagaimana kebahagiaan seseorang dengan mudahnya di hancurkan. sungguh hanya orang yang sudah tida mengenal kasih sayanglah yang sanggup melakukannya.
Kiara tida sempat memikirkan apa yang akan dia perbuat, akankah keputusannya benar atau akan membuat semua orang celaka. Kini ia sesegera mungkin ingin mengakhiri semua penderitaan ini, ia mencoba berulangkali memikirkan hal yang konyol untuk mencelakai dirinya sendiri.
"Apa aku pantas menerima ini, apa aku harus mengakhiri hidup ku saja, sepertinya kau sungguh tida adil tuhan, selalu tida memihak ku disaat duka menghampiri, semua kesedihan ini, semua luka ini, aku ingin terbebas darinya tuhan, tolong jangan hakimi aku jika aku melakukannya"
Kiara menangis sejadinya, sudah tida sanggup menahan derita yang dibuat orang orang keji seperti hans dan yas.
"Aku merindukan kalian"
Hanya ucapan lirih kali ini yang terdengar dari mulut kiara, dia mendekap foto kedua orangtuanya yang kala itu tersenyum bahagia memeluknya seakan mengisyaratkan bahwa senyum itu untuk terakhir kalinya yang ia lihat.
Hujan turun sangat deras dari luar, kiara tida menyadari kini kakinya melangkah entah akan pergi kemana, dia takut sekali menerima hukuman yang jelas jelas tida pernah dia lakukan.
Jalanan sangat sepi tida ada satupun kendaraan yang menghampirinya, apalagi orang orang yang berlalu lalang. Keadaan saat itu hanya hancur yang kiara rasakan, hatinya benar benar sangat terluka, namun kiara terus saja berjalan tanpa arah tujuan mengikuti arah kakinya melangkah.
Ia kemudian tersadar harus melakukan apa, setidaknya mencoba dan berkorban adalah usahanya untuk yang terakhir kalinya, membuat dia memberanikan diri mendatangi rumah tuan yas.
Kiara sampai di rumah tuan yas dengan pakaian yang membasahi seluruh tubuhnya, membuat dia gemetar dan menggigil kedinginan, namun nampaknya hans seperti sudah meramalkan ini akan terjadi, hans melihat kiara yang berada diluar rupanya dia telah di tunggu kedatangannya.
"Tuan, gadis itu sudah tiba, dia akan menemui anda sepertinya"
"Haha, ide mu sangat berlian hans, ini menarik, dinginnya hujan tidak mengalahkan dia untuk kemari, gadis yang angkuh rupanya"
"Aku akan menemuinya di depan, lalu aku akan menyuruhnya masuk menemui anda"
"Lakukan hans aku sudah tida sabar melihatnya"
Hans pergi ke depan pintu menemui kiara yang sudah mematung kedinginan, lalu hans membukakan pintu untuk kiara, bermaksud menyuruhnya untuk masuk.
"Nyonya pakailah handuk ini, keringkan bajumu dahulu, nanti kau bisa demam"
"Singkirkan tanganmu hans, aku tida membutuhkan handuk itu, dimana tuan yas berada"
Dengan tatapan kosong dan lurus kiara menepis tangan hans dan berbicara begitu menakutkan. Lalu dengan sengaja kiara melangkahkan kaki masuk kedalam rumah yang megah nan mewah itu dengan tatapan kebencian.
Seseorang tengah duduk dengan teh hangatnya, serta kue beraroma coklat pandan telah terhidang di meja, tuan yas tengah menikmati pertunjukan ini rupanya.
"Bruuuk"
Kiara sengaja menjatuhkan badannya setengah berlutut kepada pria di hadapannya, dengan wajah tertunduk dia akan memohon kepada tuan yas rupanya.
"Apa anda puas tuan, apa anda sekarang sangat bahagia, rupanya kau sudah sangat tenang sekarang, tapi sekertaris mu mengatakan kau gelisah akhir akhir ini. Kenapa kau gelisah? Pergilah berlibur jika kau gelisah, kenapa anda tida duduk manis menikmati kemewahan mu saja, tanpa menganggu hidup orang lain. Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku tuan"
Kiara berbicara begitu berani dengan tenang, dia menahan air matanya untuk tida terjatuh saat itu.
"Kau sangat berani terhadapku, bahkan kau lebih berani dari yang kupikirkan, aku tida menginginkan apapun darimu, namun kau sepertinya sangat seru jika aku permainkan"
"Berhentilah bersikap seenak mu tuan, aku muak melihatnya, apa kau hanya mengandalkan kekuasaan mu untuk menindas ku"
"Perkataan mu sangatlah benar, kau gadis yang cukup pintar rupanya, Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang, heum"
Kiara hanya bisa menahan amarahnya, dia tau apa yang akan terjadi jika dia benar benar melawan tuan yass.
Hans hanya mematung di belakang punggung kiara, hans benar benar kagum pada kiara yang sangat berani terhadap siapapun, namun hans merasa iba dengan takdir gadis ini.
bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Triyani Muafa
hans iba ndasmu mu kui km yg bikin ide ku somplakkk
2020-05-06
1
Rika Yunita
keren sih ceritanya tapi kok sepi ya yg komen...
2020-04-02
0