"Bell masuklah pintunya tida di kunci"
Lalu mereka menatap siapa yang berada di balik pintu, namun apa yang mereka dapat, mengapa yang muncul adalah kiara, lalu mereka berfikir apakah dia mendengar semua ucapannya barusan? Keduanya panik, lalu berbasa basi menyuruh kiara untuk duduk.
"Ah rupanya kamu ki, maaf aku tida tau siapa yang datang, duduklah" sambut sana yang dengan terengah mengatakan sesuatu.
"Kau sudah sadar ki, syukurlah, aku menghawatirkan mu, duduklah di antara kami, ada yang ingin aku sampaikan" ucap tomi berbicara pada kiara.
'Bruk'
Tendangan kaki sana mendarat tepat di tulang kaki tomi, sana yang belum menyetujui kesepakatan itu mengisyaratkan bahwa sekarang bukanlah hal yang tepat untuk berbicara.
"Khm"
Kiara berdehem sambil sedikit menyeringai kan bibirnya yang manis.
"Tida apa, aku sudah mendengar pembicaraan kalian dari luar kamar, maaf karena aku harus mendengarkan semuanya tanpa terlewat sedikitpun. San apa kau benar benar tida menyukaiku untuk menjadi kaka ipar mu hah?"
Dengan nada sedikit meledek kiara memulai pembicaraan.
"Ah, bukan begitu ki, kau salah faham"
Sahut sana
"Benarkah? jadi kau menyetujui jika ka tomi menikahi ku"
"Ah, ya terserah kalian saja, aku tidak akan ikut campur, jika kalian setuju lakukanlah jangan pedulikan aku"
"Dasar manusia bodoh, disaat seperti ini kenapa kau malah mendukungku, kenapa menyetujui hal konyol ini, apa kau benar benar ingin aku menjadi ipar mu"
"Kiii, "
Belum selesai tomi dengan kata katanya kiara segera membalasnya.
"Ka ini bukan dosa mu, ini hanya sebuah kesalahan, aku tida mungkin menyetujui menikah denganmu, karena memang ini samasekali bukan dosa yang kamu perbuat, kesalahan kecil ini harusnya ada seseorang yang menerimanya dengan sadar, namun jika memang dia menolaknya bukankah aku akan tetap hidup, kau pikir aku akan mati dengan bodoh dan konyol, seharusnya kau jangan terlalu bodoh mengenal aku, jika memang jiwaku adalah si pecundang kenapa tida dari dulu kulakukan. Mengakhiri hidup bukanlah hal segalanya, aku masih tetap kuat dan tegar untuk tersenyum. Lagipula kau sudah punya kekasih, dia cantik, berpendidikan dan juga baik, bagaimana bisa aku menahan mu untuk keegoisan ku, aku tida akan pernah melakukan itu. Jadi tolong hormati keputusan ku".
"Kii"
Kedua laki laki itu memeluk erat kiara dengan haru, dia merasa bahwa wanita hebat di tengahnya layak mendapatkan kasih sayang dari orang orang di sekelilingnya, seharusnya tuhan memberinya hidup dalam kebahagiaan, semoga ini adalah doa terbaik untuknya.
"Tapi ki, jika kau hamil bagaimana"
Kedua kaka beradik itu saling pandang, baru saja dia menemukan titik terang dalam segala hal, bahwa kiara samasekali tida keberatan dengan hal kemarin malam. namun kemungkinan itu seperti menghantuinya sekarang.
"Aku akan menerima kehadirannya, jika memang benar dia akan hadir dalam tubuhku, lalu aku hanya seorang diri di sisinya, apakah itu adalah dosa? Aku pernah merasakan jatuh cinta pada seseorang, namun aku sadar ketika aku merasa tida layak berada disisinya, aku merasa aku tida di cintai olehnya, maka dari itu, aku akan membuat kehadiran bayi ini layak untuk di cintai, walau hanya aku seorang yang mencintainya.
JIka tuhan sudah menakdirkannya, aku akan memberikan dia cinta yang berlimpah, agar dia tida bersusah payah mencari seseorang yang mencintainya"
"Apa ini tida egois untuknya?"
Sana memberi sedikit pertanyaan agar kiara dapat mempertimbangkan kembali
"Aku akan bersalah jika aku tida menerimanya, aku akan merasa bersalah seumur hidupku bila aku membuatnya hilang dari muka bumi ini, jika nanti ada seseorang yang akan benar benar menerimaku dengan keadaan seburuk apapun aku, aku tidak akan pernah melepaskannya dari genggamanku"
--**--
Satu minggu sudah berlalu dari kejadian barr itu, Hari ini tuan yas seperti memikirkan banyak sesuatu, pembawaannya yang dingin dan hatinya yang keras membuatnya jarang sekali terbuka dan berbicara, namun kali ini dia seperti merasakan dia harus bercerita pada seseorang apa yang dia rasakan.
"Hans, mengapa akhir akhir ini aku selalu merasa bersalah"
"Maaf tuanku, mungkin anda hanya kelelahan akhir akhir ini"
"Tapi hans, aku selalu memikirkan ucapan tomi, bagaimana jika gadis itu benar benar mengandung anakku, apakah aku benar benar tida akan melihatnya"
"Apakah tuan ingin memastikan apa yang di putuskan wanita itu"
"Maksud mu, apakah dia tida akan menerimanya di dunia ini"
"Maaf tuan, tapi ketika anda sudah memutuskannya kemarin, mungkin wanita itu tida berfikir banyak, dia akan menggugurkan kandungannya jika memang benar terjadi, karena itu adalah aib menurutnya, dan menurutku wanita itu tida akan sanggup menerima hal yang terjadi padanya sekarang"
"Apa aku seburuk itu sehingga dia tida mau menerima janinnya, apa dia akan melakukan hal yang sama jika laki lakinya bukan aku. Kau tau, dia bahkan tida meminta uangku, dia tida mendatangiku dan memintaku bertanggung jawab, itulah mengapa aku selalu merasa bersalah akhir akhir ini, seharusnya kau bereskan masalah ini dan berikan dia banyak uang, agar hidupku bisa kembali dengan tenang"
"Baiklah tuan, akan segera saya bereskan masalah ini agar anda dapat kembali menerima ketenangan itu"
Tida lama dari obrolan itu hans mencari informasi dimana kiara berada, setelah tau dimana kiara tinggal, hans langsung melajukan mobilnya untuk bertemu dengan kiara, memastikan semuanya akan menjadi lebih baik untuk tuannya, ilyas gunawan.
Setelah beberapa hari di rumah tomi, kiara memutuskan untuk pulang kerumahnya, dia tida ingin berhutang budi pada tomi lebih banyak, dia merasa hidupnya kini harus benar benar tabah apa yang sudah tuhan takdir kan.
Tida butuh waktu yang lama untuk menuju rumah seseorang yang dicarinya, sekertaris hans kemudian memarkirkan mobil tepat di depan rumah kiara, dengan santai dia keluar dari dalam mobil dan melihat keadaan sekitar.
"Tok tok tok, permisi"
Kiara yang menyangka itu adalah pengantar makanan, segera mungkin dia berjalan ke depan untuk membukakan pintu.
"Iyaa tunggu sebentar"
'Cklek'
Kiara terkejut, dia bertanya tanya, siapa lelaki yang ada di hadapannya, mengapa pakaiannya begitu modis dan rapih, dia juga tampan, tinggi, dan sepertinya dia manis.
"Maaf tuan saya kira anda pengantar makanan, saya rasa anda salah menemui orang"
Dengan senyumnya yang manis hans kemudian berbicara
"Apakah ini rumah nyonya kiara"
"Ah benar itu namaku, tapi aku tida mengenal mu, saya rasa anda salah org dan kebetulan mungkin namanya sama denganku, mungkin rumahnya juga di sekitaran sini"
"Saya rasa saya tida salah orang nyonya, langsung saja pada intinya apakah anda masih mengingat wajah di foto ini"
Hans menunjukan selembar foto yang di dalamnya terdapat wajah presiden utama OT grup yaitu tuan ilyas gunawan.
Kiara yang melihat foto itu kemudian merasa tubuhnya seketika panas dingin dan tenggorokannya seperti tercekik sesuatu, bagaimana mungkin dia melupakan wajah laki laki yang pada malam itu sangatlah menyeramkan, yang dengan kasar merenggut mahkota berharganya, yang dengan sombongnya dia tida pernah menemuinya untuk meminta maaf.
"Untuk apa kamu mencari ku"
Dengan berani kiara mencoba berbicara pada sekertaris hans.
"Bolehkah saya masuk ke rumah anda untuk berbicara, saya ingin menyampaikan beberapa hal kepada anda nyonya"
"Segeralah pergi saya tida punya banyak waktu untuk anda tuan"
"Saya adalah hans nyonya, saya bekerja untuk tuan ilyas gunawan sebagai sekertaris nya, silahkan anda memanggil saya senyaman nya"
Kiara hanya terdiam ketika sekertaris hans mengenalkan dirinya, kiara sedang meredamkan amarahnya untuk tida berbuat apa apa pada sekertaris itu, dia tau bahawa dirinya tida akan mungkin melawan sekertaris itu dengan tenaganya, kemudian dia mencoba mendengarkan apa yang ingin di sampaikan laki laki itu.
Bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasiang kiana,
2023-06-21
0
Triyani Muafa
payah
2020-05-05
0