"Ta, aku sayang sama kamu. Aku mau kita jadi suami istri beneran, bukan hanya sekedar kontrak, bukan hanya sekedar kasih cucu ke mama. Aku sayang sama aku, aku kerangsang semalem ta. Aku minta maaf, aku pengen milikin kamu seutuhnya." Kata bastian panjang lebar, yang membuat tara tertegun diam. Tapi semalam dia sudah membuat tara menangis semalaman, jadi tara gak mau semudah itu.
"Aku gak percaya gitu aja mas. Aku butuh waktu supaya bisa liat kesungguhan dan kejujuran kamu. Sekarang keluar, aku mau ganti baju. Aku mau ke tante kinta, sana... aku juga udah laper tau. Sana keluar. Kamu tega liat aku kelaparan, cuma pakai handuk, nanti sakit, masuk angin."
Bastian keluar, dia menutup pintunya. Tak mau bastian mengintip, tara mengunci pintunya dari dalam.
***
"Bas, jadikan ke tante kinta buat periksa?"
Bastian sudah turun ke ruang makan. Dia menganbil kursi dan duduk ditempatnya. Itu mamanya yang bertanya pada bastian. Bastian masing canggung, bingung, memikirkan ucapannya yang tadi, tak bisa dia kontrol dan begitu saja terucap pada Tara. Benarkah dia tak bisa menahan hasrat ingin menyentuh tara? atau benar-benar mencintainya?
"Bas, taranya mana? udah bangun atau belum?" tanya sang mama lagi, sampai harus menepuk pundak bastian karena bastian tak juga merespon.
"Ahh.. iya ma, udah kok. Tadi baru selesai mandi." jawab bastian, baru kembali dari lamunannya.
"Mikirin apa sih om? bingung ya hatinya, bimbang nih pasti, pengen peluk tara kan pasti, ato nyolong ciuman pertama lagi? hayooo..." bina yang baru datang, duduk dikursinya, langsung ngegas bercandain Bastian.
Semalem bina bangun, turun mau ambil minun, eh gak sengaja liat dua si joli yang bercumbu diruang tv. Bina yang sudah bangun, tapi nyawanya belum terlalu kumpul, sih yakin mereka itu tara sama bastian, omnya, yang lagi ciuman.
"Gilakk tan. Bilangnya ogah nyentuh tara, eh pas semlen. Beuhh ciumannya gilakk... eughh. Ngeri tan.." Bina nyerocos menceritakan semalam.
Bastian yang kesal langsung menyunpal mulut bina dengan roti. "diem gak lu. Hah?!"
Bina mengambil rotinya, dia mengunyah rotinya lalu kembali bercerita. Mama bastian senang mendengar cerita bina. Dia malah masih ingin mendengarkan ceritanya.
"Terus gimana lagi bi? ceritain dong yang lengkap. Tante gak liat langsung nih, sayang banget. Ahh.. bisa diulang gak bas? ulang dong. Mau liat tayangan livenya." mama bastian malah ikut menggoda bastian. Bastian hanta cemberut memakan roti selainya.
"kena batunya tuh tante. Kena karmanya. Katanya gak mau nyentuh. Jiahh, kegoda buat nyetuhkan. Oh om belum pernah liat tara telanjang kan, eughh seksi om. Belum pernah mandi kan sama tara euh... aku udah dong, sering berdua. Oh iya, anak om ya. Perut tara tu tante..."
Bastian sudah antusias mendengar cerita bina tentang kondisi fisik tara yang mungkin akan berubah kalau dia benar-benar hamil. Baru mau cerita, bina langsung berhenti, liat anaknya dateng.
"gak jadi ahh, biar ini rahasia bina sendiri." bina langsung bungkam.
"yahh nana, kok gitu. Nanti mama liat ah, kalau mama pasti bolehkan sayang?" mama bastian langsung menghampiri Tara yang berjalan ke ruang makan, mengambil tempat duduk disamping bina. Harusnya dideketnya bastian, kemarin-kemarin masih duduk disamping bastian, tapi ini enggak.
"Apa ma?" tanya tara tak mengerti.
"Perut tara undah lumayan bentuk ya. Mama sentuh dong, nanti liat ke kamar ya?" tanya mama bastian minta izin ke tara.
"Biasanya tara sama bina itu rutin olahraga, kalau gak jogging kita ngegym tante. Pelatihnya cakep-cakep ya ta. Perut tara itu kayak idol cewek korea tante, eh sekarang dan gendutan. Hahaha..." bina kelepasan cerita. Bastian hanya melirik tara dan memandangnya, tak mau berpaling.
Gilak, semua orang udah lihat, mamanya juga bentar lagi bisa liat bayi diperut tara, gimana bayinya bikin tara buncit, lah bastian masak belum liat apa-apa.
"Iya mama, sini." tara bahkan menarik tangan mamanya untuk sentuh perutnya. Mama bastian terbelalak,
"beneran kenceng ta, keras dikit. Iya ih, buncit ya kamu?" tanya mama bastian yang sangat antusias.
'ahh.. mama, bastian juga mau sentuh. Itu anak bastian.' bastian hanya diam dan menahan rasa iri hatinya pada dua wanita itu, bina dan mamanya yang bisa sentuh perut tara. Bastian juga mau jenguk anaknya yang udah ada didalam perut tara.
Tara hanya menatap bastian, menunggu dia memohon. Sengaja menyetujui ucapan mamanm mertuanya itu.
"Ma, tara ke rumah sakit sama mama aja ya?" pinta tara pada mama mertuanya. Tara masih gak mau kasih kesempatan bastian, karena semalem bikin nangis, biar ngambeknya lamaan lagi. Bodo amat.
"Ma, selasi strowberry mana ma?" bastian memanggil mamanya, padahal tuh sejak tadi bastian sudah mengolesi rotinya dengan selai strawberry, yang ada didepannya. Tapi bastian sengaja memanggil mamanya supaya mamanya menoleh.
"Itu bas, didepan kamu loh." kata mama bastian, menunjuk selainya.
'Ma, jangan. Biar sama tian ke rumah satiknya' batin bastian, mengelengkan kepala pada mamanya. Mamanya seakan tau apa yang dikode anaknya.
"Ahh, maaf ya sayang. Mama gak bisa anter, mama ada meeting lagi sama temen-temen mama, yang itu ide kamu, mereka setuju, kayaknya sih kita udah mau mulai serius, gak cuma buat arisan doang. Makasih ya idenya."
Mama bastian mengusap puncak kepala tara. Tara hanya mengangguk, tara senang idenya berguna. Mama bastian kembali duduk, disamping tara, mengambilkan roti untuk tara.
"terus tara mau ke kliniknya tante kinta sama siapa?" tanya mama bastian.
"Emm, sendiri aja ma. Biar dianter, supirnya mau dipakai mama ya buat anter ke tempat meeting?"
Tara tadinya mau pakai supir, tapi tara baru ingat kalau supirnya mungkin akan dibawa mamanya untuk meeting. Mama bastian melirik bastian, bastian minta mamanya untuk mengangguk. Biar bisa sama dia ke kliniknya.
"Iyah.. mama bawa supir. Kamu minta antar tian aja ya." kata sang mama mertua.
"Naik taxi aja, ma. Tara sendiri aja, tara bisa kok."
Bina menggoda omnya lagi, emang enak masih dicuekin. Bastian melotot ke bina, awas lo!
"kenapa ta? masih ngambek soal kemarin?" mama bastian kembali mengusap puncak kepala tara. Dia ingin menasehati. "jangan lama-lama. Kasian tuh anak mama, gak liat mukanya kecut gitu. Biasanya cool ganteng loh dia."
"Ta, sama aku aja ya ke kliniknya, sekalian aku bisa jagain kamu. Aku khawatir kalau kamu pergi naik taxi."
"Ya udah, anter aja. Gak usah ikut masuk ke klinik." jawab tara, masih ketus.
"ta, tega banget. Emang aku supir kamu."
"Kalau gak mau, ya gak usah. Aku naik taxi."
Tara pamit pada mama mertuanya dan bina. Bina belum mau berangkat, karena kuliah siang. Bastian langsung mengambil kunci mobil dan menyusul Tara.
"Ma, pamit. Mau jadi supir dulu." Bastian mencium punggung tangan mamanya.
"Pak supir, hati-hati bawa majikan, lagi hamil tuh majikannya. Jangan ngebut-ngebut. Kalau gak saya pecat." Bina lagi mengejek omnya. Bastian yang sudah jalan cukup jauh, balik dan mengesik kepala bina.
"Ommm sakittt. Berantakan nih rambut bina yang udah bina roll bagus-bagus. Resek!" bina berteriak kesal pada omnya. Tara yang berjalan keluar, dan mendengar teriakan bina tertawa melihat tingkah keduanya, mereka benar-benar seperti anak kecil, yang kadang musuhan, saling menggoda, jail. Tara jadi penasaran, kalau bastian punya anak, apa sikapnya masih sama kayak ke bina, apalagi kalau cewek.
"Ta, dikit ta. Pliss?" bastian yang cool dan dingin, memohon sambil berjalan disamping tara, melihat tara sejak tadi mengusap perutnya sendiri. Bastian juga mau ta, dikit. Bastian menunjuk perut tara.
"Ta, plisss... dikit, bentar aja, tapi lamaab dikit. Didalem mobil ya nanti sepanjang perjalanan..." Bastian terus memohon pada tara. Tara hanya diam.
-
kasih gak yaaa bass?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
mc rendra
kasihlah thor.....kn pngen pgang babyx😭😭😭😭😭😭😭
2020-11-10
2
Lisa Chikita
udah mulai bucin tu Bastian .. hahaha 😁
seru" .. lanjutkan Thor 👍👍
2020-11-10
3