Tara pamit ke rumah, untuk melihat ibu dan ayahnya sebentar. Mama Bastian malah antusias untuk menemui mama dan papanya Tara. Keadaan makin rumit, Tara sendiri bingung bagaimana merespon mama bastian. Tara tak mau melukai hati seorang ibu, Tara juga punya ibu yang sangat dia sayang, yang Tara yakin setiap ibu akan melakukan apapun untuk anaknya. Tara melirik bastian dan sabrina, seakan meminta tolong. Dia harus bagaimana?
"Ma, bastian belum bilang soal hubungan serius kita sampai ke pernikahan, pada orang tua Tara."
Hah... Bastian harus memperpanjang kebohongannya. Hal yang bahkan pada Lala pun tak pernah dia lakukan, hal yang dia sendiri sangat benci. Tapi ini sudah terlanjur bohong, tak bisa mundur.
"Jadi, biar bastian sama tara dulu ya ma yang bicara langsung ke orang tua tara." Sambung bastian lagi, masih mencoba menyakinkan mamanya, semoga bisa mengerti dan tak jadi ikut.
"Mas,"
Eughh... Tara geli sendiri mendengar kata yang dia ucapkan dari mulutnya, untuk memanggil Bastian. Gak mungkin kan panggil om juga, gak enak sama mama bastian. Sabrina bahkan kaget yang masih setengah sadar, baru bangun tidur, langsung matanya melotot, nyawanya kumpul semua. Sabrina bahkan sampai beberapa kali membersihkan telinganya, melebarkan telinganya, benarkah yang dia dengar.
Tangan Tara menahan dada Bastian untuk perdebatannya dengan sang mama. Ouhh.. bastian jadi gugup, tara benar-benar seperti kekasihnya sungguhan.
"Ma, tara minta maaf. Tara mau bilang sesuatu, mungkin ini bisa buat mama gak suka sama tara, atau mungkin gak setuju sama hubungan tara dan mas tian."
Ouhh... bastian makin merinding dengar tara sebut namanya, mas tian. Ya ampunn... Sabrina dan Bastian sendiri bingung apa yang akan Tara katakan.
"Kenapa sayang?" tanya mama bastian. Bastian merasa aneh, sedih, karena sudah membohongi mamanya, harusnya biarkan mamanya ngambek, ini mamanya baik dan manis banget ke tara, kayak udah klop dan sayang banget. Kalau ketahuan, gimana?
"Tara sebenarnya..." Tara menjeda ucapannya, menyiapkan mentalnya untuk menyebut status dirinya, "bukan dari orang yang berada seperti mama sama mas bastian, dan Bina. Tara minta maaf, tara yang akan menjauhi mas tian. Tara rasa tara tak pantas bersama bastian."
Berakhir... Bastian kagum dengan ucapan Tara, ini kah caranya untuk mengakhir kebohongan ini. Mungkin mama bastian juga gak akan suka.
Tara pamit akan pulang, dia juga mengambil barang-barangnya di kamar Sabrina. Tapi sepanjang tara mengepaki barangnya, mama Bastian pun diam merenung. Sedikit kaget karena selera bastian ternyata sesederhana Tara, kenapa bisa suka?
"Tar?" Sabrina gak enak ini diluar ekpektasi. Sabrina menghampiri Tara yang masih di kamar.
"Maaf ya bi, kasian tante kalau dibohongin terus. Harusnya aku gak setuju sama ide kamu. Dengan ini mungkin tante jadi gak mau terima aku yang miskin. Aku pulang ya Bi."
Tara pamit, tara membawa tas, tak mengganti pakaian bina yang dia kenakan. Tara berjanji akan mencucinya baru mengembalikannya. Sabrina sendiri tak memikirkan bagaimana perasaan tantenya, hanya dia ingin tantenya itu makan. Tapi malah serumit ini.
"Bas, mama setuju. Kamu gak papa sama tara, susulin tara, lamar tara secepatnya. Dengan mengaku berarti tara anak baik 'kan. Mama setuju sama pilihan kamu."
Mama bastian tiba-tiba membuka percakapab, ketika keduanya hanya diam dan mengamati dari bawah, menunggu tara keluar.
Tap.. tap...
Langkah tara turun dari kamar atas rumah bastian. Tara tak berani menatap mamanya bastian. Sudah lah toh kebohongan ini bisa berakhir disini.
"maafin gue ya tar. Gue jadi gak enak sama lo." Kata bina merangkul tangan sahabatnya itu.
"santai bi, kita masih sahabatan loh. Lo jangan ikut jauhin gue." tara tersenyum pada bina.
Plakk...
saya pukulan mengenai lengan kekar bastian yang berdiri dengan melipat kedua tangannya didepan, mengamati dua wanita remaja yang turun dari tangga itu.
"cepet samperin, anter pulang. Nanti kamu ngomong sama keluarga tara, baru nanti mama dateng lamar dia buat kamu."
Bastian makin tak kaget mendengar permintaan sang mama. Tara pamit dan meminta maaf pada mama bastian, semua diluar dugaan tara, duluar rencana tara.
"Tara, mama gak masalah soal status ekonomi. Biar tian anter kamu ya, biar tian dulu yang melamar kamu ke orang tua secara pribadi, nanti baru mama dateng dan bicara pada kedua orang tua kamu."
Agh... sudah, tara tak bisa berkata apa lagi. Mengelak pun tak bisa. Tapi bagi sabrina sendiri, entah kenapa dia merasa senang, terkadang pemikiran Tara itu jauhh lebih dewasa darinya, dia suka dan karena kebohongan, malah jadi jebakan yang akan membuat tara jadi kakak perempuannya. Yes, sabrina bersorak dalam hati.
"Iya kak, temuin ibu sama bapaknya tara. Mereka baik kok, nanti kalau udah langsung ya, minta mama tante buat lamarin." Sabrina makin ngawur.
Tara dan bastian hanya saling lihat. Bastian mengantar Tara pulang dengan mobilnya, seperti permintaan Tara. Sepanjang jalan Tara dan Bastian hanya diam, bingung juga mau ngobrol apa? bagaimana membahas masalah ini dan dari mana memulai?
"Tar.."
"Om.."
Keduanya malah memanggil diwaktu yang sama. Tara diam dan mempersilakan bastian untuk lebih dulu. Bastian menggeleng, cewek lebih dulu.
"Emm.. saya gak mau bohongin tante lagi. Apa saya bilang semuanya saja." kata Tara jadi sangat formal.
"Kalau misal saya beneran lamar kamu boleh. Saya gak bisa liat mama saya sedih, mama kelihatan bahagia banget sama kamu."
Tara bingung mau jawab apa. Tara diam memikirkannya, artinya benar-benar menikah.
"apa kamu punya kekasih?"
"Tidak." Tara menggeleng, ini beneran lamaran bastian ke tara, bastian nembak tara. Andai keadaan tak diawali kebohongan, pasti tara suka. Bastian sungguh tipenya.
**
Bastian sudah sampai didepan rumah Tara, seperti ucapan tara, tara benar-benar dari kalangan biasa. Tara mempersilakannya untuk ikut masuk ke rumah, tapi Tara tak melihat ibu dan bapaknya di rumah.
"Tar, tapi ibu kambung. Sesak nafa, dibawa bapak kamu langsung ke rumah sakit."
Seorang tetangga datang, ini yang selama ini Tara perjuangkan, walau sekolah dia suka mencari uang tambahan, untuk membantu pengobatan ibunya.
"Rumah sakit mana bu?" tanya tara panik, dengan matanya yang memerah menagan tangis dan bibir yang bertanya dengan gemetar. Bastian takut Tara syok, dia langsung memegangi tara. Sudah seperti kekasih sesungguhnya yang siaga.
Bastian mengantar tara ke rumah sakit. Tara datang ke ruang rawat ibunya. Disana ada bapaknya yang menunggu diluar, bapaknya terlihat mondar-mandir didepan sana. Tara berlari dan menghampiri bapaknya.
"Pak, ibu gimana?"
Bapak tara hanya bisa menunjuk dimana sang ibu sedang ditangani. Tak lama dokter datang, dokter mengatakan kalau jantung ibu bermasalah, dianjurkan untuk melakukan pasang ring jantung karena arteri koroner ibu tara dipenuhi banyak plak, sehingga menghalangi aliran pembuluh darah. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kolesterol dan zat lain yang menempel pada dinding arteri.
"Silakan lakukan administrasi agar kami bisa segera melakukan operasinya. Lebih cepat lebih baik."
Tara mengangguk mengerti. Dia bilang pada bapaknya, dia yang akan mengurus. Tara berjalan kedepan untuk mengurus administrasinya, Tara bingung mendengar banyaknya uang dan perawatan sang ibu yang memiliki masalah jantung.
"saya terima lamaran anda, tapi bisakah anda membayar saya mahal. Saya akan melakukan sampai mama anda mendapatkan cucu yang dia inginkan."
Tara berbalik, dia menatap bastian. Tak yakin, tapi mengatakan itu. Tara butuh banyak uang. Bastian hanya menyunggingkan senyum miring, ini seperti bastian menyewa jasa mahal pada wanita didepannya. Jauh dari kata seperti Lala, jauh dari sifat baik dan harga diri lala yang tinggi, bastian kira tara seterhormat tara, ternyata gampang. Hanya dengan uang.
"ok. Sampai kamu kasih cucu ke mama saya, setelah itu kita berpisah baik-baik."
Yang terpenting, masalah bastian dan mamanya selesai. Tara juga. Bastian menandatangani surat administrasi, setuju kalau dia yang menjadi penanggung jawab ibunya tara. Semua biaya pengobatannya.
"Ibu, jangan tinggalin tara." tara melihat ruang operasi, menunggu dengan khawatir dan tak henti berdoa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Nono Rusmono
masih bingung
2021-05-08
0
Anonymous
sedih sekali
2020-11-15
0