Bastian langsung memesan hotel yang tak terlalu jauh dan cukup jauh juga dari rumah mamanya. Takut ketahuan mamanya. Setelah mendapatkan hotelnya Bastian langsung meminta supirnya untuk mengantar kesana. Bastian melirik Tara yang hanya diam, duduk bersandar di kursi mobil.
"Tar, serius gak apa-apa? atau aku telpon tante kinta aja gimana? biar dia periksa lebih lanjut."
Tara menggeleng. Tara meyakinkan pada bastian, kalau dia tak apa, tants kinta sudah bilang kalau mungkin butuh penyesuaian tubuh. Sakit.
"Mas bastian, sudah sampai." kata supir bastian mengakhiri pembicaraannya dengan Tara.
Bastian turun, dia meminta supir untuk membawakan barangnya, Tara pun juga akan turun, tapi dibuat jalan malah makin sakit. Tara berhenti dan menunduk memegangi perutnya.
"Aku gendong aja." Kata bastian yang langsung mendekati tara dan menggendongnya.
Masa bodo, tara sudah tak tahan. Dia hanya ingin berbaring diranjang yang empuk dan menikmati sakitnya. Bastian membopong tara hingga ke kamar hotel, mada bodo juga dengan orang-orang dihotel yang sejak tadi memperhatikan mereka sepanjang jalan. Tara hanya menenggelamkan kepalanya didada Bastian. ouh... sangat sakit, kramnya tak seperti dia datang bulan.
"istirahat aja. Aku tanya tante dulu?"
Bastian perlahan menidurkan Tara diatas ranjang hotel, mereka sudah berada di kamad hotel yang mereka pesan. Bastian kembali menelpon tante kinta, tante kinta bilang bastian diminta untuk memberikan obat yang sudah diresepkan oleh tante kinta. Bastian lupa, dia belum sempat menebusnya.
"Pak, tolong terbus obatnya ya. Sekalian carikan bubut ayam yang masig hangat, teh hangat juga buat Tara." Bastian meminta tolong Supirnya. Supirnya hanya mengangguk.
"Oh ita, mama jangan sampek tau ya pak. Tolong." kaya bastian lagi mengantar supirnya keluar kamar hotel, dan juga menahannya, meminta tolong agar menjaga rahasia ini.
"iya mas. Saya gak akan ikut campur, tugas saya kan cuma menyetir." kata supir Bastian.
supir bastian pamit, dia keapotik untuk menebus resep obatnya, lalu mencari bubur ayam dan teh hangat. Setelah menunggu beberapa lama, supirnya datang kembali ke hotel.
"Makasih ya pak." bastian menerina semua pesanannya.
"sama-sama mas, saya boleh pulang kan?" bastian mengangguk, supirnya pun langsung pergi dari hotel itu.
Bastian kembali ke kamar dimana Tara masih istirahat disana. Tara sejak tadi sudah tertidur. Bastian sedikit merasa bersalah, dia kira ini jauh tidak akan menyakitkan, tapi tara terlihat sangat kesakitan.
"Ta, bangun. Makan dulu habis itu minum obatnya. Kata tante kinta obatnya bisa meredakan sakit sedikit."
Bastian tanpa sadar mengusap lembut kepala tara. Tara yang merasakan itu membuka matanya perlahan, terbangun dan menatap suami yang tidak mencintai, tapi sikapnya manis. Tak apa, tara harap setelah pengorbanan ini Bastian bisa membuka hatinya dan sayang padanya.
"Iya."
Bastian membantu tara duduk bersandar. Tara duduk dan menerima beberapa suapan bubur dari bastian, juga teh hangatnya. Lalu bastian membantu Tara meminum obatnya. Beberapa saat setelahnya, Tara merasa lebih baik.
"Mas, Tara boleh minta ice cream gak. Tiba-tiba pengen ice cream."
Karena tak tau di hotel mau apa, bastian juga gak bisa keluar hotel, meninggalkan tara. Bastian menelpon dan memesan sebuah laptop baru, kalau ambil yang dirumah takut ketahuan. Bastian sambil bekerja dan menemani Tara yang nonton diponsel pintar tara.
"Mau ice cream?" bastian melirik jam tangannya. Masih siang. Kapan dua hari di hotel akan berlalu, bastian tak tau harus apa terkurung dua hari di hotel.
"Bentar, aku pesenin."
Bastian lebih memilih untuk pesan online, supaya dia tak keluar dan meninggalkan Tara. Tak lama ice creamnya pun datang. Bastian senang, tante bilang biasanya semakin kram, kemungkinan besar itu penyatuan benin milik bastian dan Tara. Mungkin berhasil, dan ice creamnya mungkin permintaan dari calon anaknya, mood tara bisa cepat berubah, bastian sejak tadi senang melihat tara tersenyum menonton film kesukaannya mungkin. Sudah tak terlihat sakit, bastian lega melihatnya.
Bastian keluar kamar untuk mengambil pesanannya, bastian memesan cukup banyak, untuk stok Tara nanti. Dia menaruhnya ke lemari pendingin. Hanya membawa satu kotak sedang ice cream dengan tiga rasa. Karan Tara tak bilang ingin ice cream apa.
"ini," bastian membantu membukakan ice creamnya dan memberikannya pada tara.
"makasih." tara langsung menikmati ice creamnya.
Bastian ingin kembali dengan laptopnya, tapi dia ingat belum mengatakan ini pada Tara. Tara harus menjaga tubuhnta jauh lebih hati-hati.
"Tar," Bastian melirik tara yang sedang makan ice cream.
"hmm.." tara hanya berdehem, menatap bastian dengan sendok ice cream yang masih ada dimulutnya.
"Kata tante kinta, kemungkinan besar berhasil, karena semakin sakit mungkin sudah sedang proses penyatuan. Kita lihat dua bulan kedepan, Tapi kamu bener-bener harus jaga badan kamu dengan baik." Tara hanya tersenyum, secepat itu kah. Ya walau baru kemungkinan.
"Iya, akh akan menjaga diri dengan baik." Kata tara, tak sengaja mengusap perutnya dan kemudian asik kembali makan ice creamnya.
Bastian baru kali ini merasakan bahagia, sangat, tadi tangannya bergetar, ingin sekali ikut mengusap perut tara, walau baru kemungkinan. Tapi bastian langsung menepis pikirannya.
"Aku mau mandi dulu, aku belum bersih-bersih badan sejak tadi. Gerah."
Bastian menaruh laptopnya. Dia beranjak ke kamar mandi. Tara hanya mengangguk.
***
Supir sampai kembali di rumahnya, mama bastian menemui supir dan bertanya, apa mereka benar-benar ke bali? supir bastian bingung mau menjawabnya, dia harus berbohong?
"memang harusnya ke bali kan nyonya." kata supir bastian.
"pak, bapak kerja sama saya Berapa lama. Jangan bohong sama saya, bapak mau saya pulangkan ke jogja."
supir bastian menunduk menyesal. Dia pun menceritakan yang dia tau. Rumah sakit lalu hotel.
"Om kamu itu bener-bener ya, Na." mama bastian langsung marah-marah dan curhat ke bina.
"Tan," bina gak tahan bohong terus, mungkin tantenya juga bisa ikut membantu. "sebenarnya pernikahan om sama tara itu cuma, pura-pura..." Sabrina akhirnya menceritakan yang dia tau.
"tapi sabrina mau coba buat mereka biar saling cinta tante. Jadi biarin aja, semoga aja nanti kalau udah ada bayi diantara mereka bisa jadi sayang beneran omnya sama tara."
Mama bastian sebenarnya tadi sedikit marah, tapi mendengar rencana itu, mama bastian setuju. Dua juga akan bantu untuk mendekatkan keduanya.
"Na, ke hotel yuk. Mama pengen banget marahin bastian, gak pakai ampun."
Sabrina hanya menurut pada tantenya. Dengan diantar pak supir, mama bastian dan sabrina menunu ke hotel tempat tara dan bastian menginap.
"Nyonya, kalau mas bastian marah sama saya, saya dipecat gimana?" disepanjang perjalanan Supir bastian sangat ketakutan. Dia memohon, supaya mama bastian gak ke hotel. Tapi mama bastian ingin sekali memarahi anaknya itu, beraninya bermain-main dengan wanita. Dia lahir dari seorang wanita, wanita itu harus dihormati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Romlah
Marahin aja ma biar dia sadar klo ga da wanita ga mungkin ada bastian wanita itu harus di hormati dan di sayang
2021-03-11
0
Dinnar Ocil
mantap ibu bastian
2020-11-22
1
Efa Diana
iya wanita harus di hormati
2020-11-15
3