Mama bastian sepanjang jalan ke hotel sudah gregetan pengen banget mukul anaknya itu. Gilak beneran anaknya, diajarkan siapa jadi cowok ******** seperti itu.
"pokoknya, sumpah. Kalau bastian gak mau belajar mencintai tara, gak mau batalin surat kontrak perjanjian pernikahan itu, tante gak mau dia jadi anak tante lagi. Biar tante gak punya anak lah."
Sabrina senang melihat reaksi tantenya yang seperti itu. Setidaknya sabrina tak akan menyesal membongkar semua ini. Bodo amat nanti dia bakalan diapain sama omnya.
Ting tongg...
Beberapa kali suara bel kamar hotel tempat tara dan bastian menginap berbunyi. Bastian masih sibuk mandi didalam. Tara mencoba bangkit dan melihat siapa yang memencet kamar hotelnya. Mungkin ada pelayanan hotel. Tara turun dan berjalan pelan, sudah lebih baik, hanya sisa sedikit sakitnya.
Ting tongg...
seakan orang diluar sana tak sabar, tak juga dibukakan pintu, suara bel pintunya kembali berbunyi. Tara masih asing, dengan rasa sakit dibawah sana. Tara tak bisa berjalan pelan.
Krekk...
Ketika tara buka pintu, betapa terkejutnya tara ternyata yang ada diluar pintu kamarnya mama dan sabrina.
"mama, sabrina, kok bisa kesini?" tanya tara dengan muka pucat dan tangan yang sejak tadi menahan perutnya.
"Tar, lo kenapa? muka lo pucet. Om ngapain lo, dia siksa lo ya?" tanya sabrina heboh melihat tara, dia langsung berdiri disamping tara dan menatap tara dengan seksama.
"Mana anaknya. Mama marah banget sama kalian berdua, untung mama gak punya sakit jantung. Mana anaknya?"
Mama bastian masuk begitu saja, melewati tara dan masuk mencari bastian. Bastian baru keluar dari kamar mandi, tepat ketika mamanya masuk. Baru saja bastian mengusap rambut basahnya, dan panik mencari tara yang tak ada di kamar.
"Mama!" bastian melongo menatap mamanya. Sialan, supirnya tak bisa dipercaga. Syett... Bastian kesal.
"Kamu hah... mana apa yang mama bisa pakai buat pukul kamu." Mama bastian mendekati anak semata wayangnya, mencari apapun yang bisa digunakan untuk memukul bastian. Sama seperti bastian kecil yang nakal, yang akan dihukum papanya, untuk memberi pengajaran, kalau apa yang dia lakukan salah, ini pun sama.
Mama bastian berjalan cepat ke dapur, dia mengambil tlefon, penggorengan didapur untuk memukul bastian, karena tak ada rotan ataupun sapu kan di hotel itu.
"Sini, kamu harus dipukul bas. Kamu keterlaluan tau gak."
Pukk... Pukk...
Beberapa kali mama bastian memukul pantat bastian dengan tlefon, cukup keras, bastian mencoba menghindar, tapi mamanya terus lari mengejarnya. Tak mau membuat mamanya Capek, bastian diam. Dia mempersilakan mamanya untuk memukul bastian. Sementara tara sendiri masih bersama Sabrina, dituntun sabrina ke kamar.
"Tar, apa yang om lakuin ke kamu?" tanga sabrina tak menghiraukan omnya yang mungkin akan dipukul mama bastian habis-habisan. Dia lebih perduli pada tara, sahabatnya.
"Bi, tolongin om kamu dulu. Kasian dipukul pakai penggorengan, kan pasti sakit bi." tara yang malah khawatir pada bastian.
"males, om aja bikin kamu gini. Muka kamu pucet, jalan kamu... Kamu berhubungan sama om? udah bi? tadi pagi dong ya? pas berangkat kan belum gini." otak sabrina malah kemana-mana.
"enggak, dari dokter. Perut aku kram, habis penanaman buat program hamilnya. Gak tau kenapa kok kramnya lama, kata tante kinta biasanya cuma sepuluh menit. Udah tolongin om kamh dulu sana..."
Sabrina menyerah, dia ke kamar, tara tinggal beberapa langkah lagi. Tapi bina berlari.
"Tante, sini. Gantian biar gak capek." Bina bukannya menghentikan tantenya memukul bastian, malah ikut-ikutan mau mukul.
"Bri. lo apa-apaan sih. Berani mukul gue, gue balikin ke jogja lo. Gak ada kuliah di jakarta." Bastian mengancam bina. Bina takut, dia berhenti.
"Bastian, terima pukulan dari nana, sebagai ganti mama. Atau kamu mau mama tinggalin kamu, mama gak mau lagi ketemu sama kamu kalau kamu gak rubah semua rencana kamu. Termasuk batalin kontrak gila kalian." kata mam bastian, yang membuat bastian diam dan akhirnya menyerahkan diri untuk dipukul sabrina, menggantikan mamanya.
"ahhh... Bri, pelanan kenapa sih? dendam banget sama gue." protes bastian, yang bahkan baru mengenakan handuk. Kalau sabrina sendiri sudah biasa melihat otot tubuh omnya itu. Tapi kalau tara, baru kali ini. Tara terdiam ketika baru masuk dan melihat bastian yang hanya memakai handuk, memperlihatkan otor perutnya yang bagus, menggoda.
wow.. Tara juga suka yang seperti itu, membuatnya bergairah. Wajarkan, tara cewek normal.
"Bi, udah bi. Bi, man gue minta lo berhentiin mama mukul mas bastian, kenapa jadi lo yang mukul bi." Tara mencoba menghentikan bina, tapi bina tak perduli.
"Bi, udah bi.." tapi bina tak mau mendengarkannya.
"Biar tar, om aku ini emang beneran gila. Lagian tante yang nyuruh aku kok buat gantian mukul om. Biar tau kalau perbuatannya salah."
dukk...
lagi, kali ini cukup keras, membuat bastkan mengiris kesakitan. Tara tak tega, bastkan sensitif dengan rasa sakit, karena penyakit keturunannya, bastian mudah lebam juga. Tara mengingat semuanya yang dia cari di internet. Tara tak ada pilihan lain, tara menjadikan dirinya umpan, agar semua berhenti.
"Ahkk..." Tara berteriak sekencang mungkin, mencoba sangat meyakinkan, kalau dia benar-benat kesakitan.
"Tar, kenapa?" Bina berhenti, bastian apa lagi, dia panik mendengar teriakan tara. Mamanya juga. Mereka langsung mendekati tara.
"Tar, kenapa sakit lagi?" tanya bastian mencoba menahan tubuh tara, takut tiba-tiba tara lemas dan jatuh.
"iya." Tara terpaksa. Tara mengangguk. Bastian langsung mengangkat tara dan membawa tara ke tempat tidur. Sabrina dan mama bastian saling melirik, mereka semanis itu. Bagaimana bisa berbohong dengan kontrak gila itu.
"Ma, maafin tara. Jangan pukulin mas tian ma." pinta tara pada mama mertuanya.
"dia harus tau sayang. Bastian ini, gilak. Gimana bisa, dia beli kamu, sewa kamu. Kenapa kamu mau?"
"Ini salah tara, ma. Maafin tara, tara terpaksa mau demi ibu. Ibu harus pasang ring jantung. Maafin tara ma, ini bukan salah mas tian." Tara menunduk menangis, memegang tangan sang mama mertua dan memohon maaf padanya.
"Mama gak tau harus apa ke kalian." Mama bastian menepis tangan tara, tak tega melihat wanita didepannya, yang di permainkan takdir dan anaknya.
"Ma, maafin tara. Tara juga sayang sama mama, kayak tara sayang sama ibu. Jangan marah sama tara, ma. Tara janji bakalan jujur ke mama, semuanya. Tapi jangan marah ke tara, ma. Tara mohon..."
Bastian tak menyangka, gadis didepannya, yang dia manfaatkan begitu tulus pada mamanya. Matanya, air matanya, terlihat sangat tulus. Benarkan tara tulus menyayangi mamanya atau pintar berakting. Setidaknya jika bastian harus tiada karena penyakitnya, seperti sang papa, bastian bisa meninggalkan mamanya dengan tara, yang bastian yakin bisa menyayangi dan menjaga mamanya, bisa membuat mamanya bahagia. Mungkin lebih dari bastian, karena tara bisa memberikannya cucu. Seperti yang mamanya mau.
"ma, jagain tara dengan baik ma. Tara baru melakukan program hamil. Milik bastian." maksud bastian dengan menggunakan cara tanpa berhubungan dan dari benihnya sendiri. Anak bastian. Benih bastian. "mama mau punya cucu kan? jagain tara ma, jangan buat dia sedih, jangan buat dia banyak pikiran. Mama boleh marah ke bastian, tapi jangan marah ke tara, ma. Kasian tara, ma. Sejak tadi perutnya kram Karena baru dari rumah sakit. Mama gak kasian sama anak perempuan mama. Kata mama kan mama menganggap tara lebih dari menantu, tapi anak perempuan mama kan?"
Mama bastian akan pergi. Dia butuh menenangkan diri dan pikirannya. Tapi ketika mendengar penjelasan bastian, langkahnya terhenti. Program hamil demi memberikan cucu padanya.
"kalau mama gak mau dengan proses yang mas tian sama tara tempuh. Tara akan pergi, biar tara menjauh dari kalian. Kalau tara sudah punya uang, tara akan mengembalikan semua hutang tara untuk operasi ibu ke kalian. Tara berjanji akan mengembalikannya walau harus mencicilnya."
Tara beranjak dari ranjang, hanya mengambil tas kecilnya. Dia bisa menjauh, tak mau melukai hati seorang ibu, karena tara sendiri juga punya ibu yang dia cintai. Tara tak bermaksud melukai hati mama bastian, atau mungkin nanti juga melukai hati ibu dan bapaknya kalau tau yang sebenarnya.
"Ma, Tara bawa milik bastian ma. Tunggu dua bulan lagi, kalau gak berhasil mama boleh minta tara dan bastian pisah. Itu kan yang mama mau? tolong cegah tara, ma."
Bastian memohon pada mamanya, karena tara tak mau dibujuk oleh bastian ataupun sabrina.
-
Taraaa???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Nineng Oneng
bawa milik bastian,,??
2020-11-30
0
Dinnar Ocil
ada aja ya
2020-11-22
0
Anonymous
rumit sekali thor
2020-11-15
0