BASTIAN
Terlalu
sulit melupakan cinta pertama. Maaf, sudah ku coba tapi tak bisa.
-
Bastian
memukul beberapa kali sasak tinjunya, dengan kesal, dia masih ingat benar
bagaimana cinta pertmanya, bagaimana dia berusaha keras untuk melupakannya.
Bahkan melibatkan wanita yang, bisa dibilang tak bersalah.
“Kalo lo
gak cinta beneran sama Tania, kenapa lo harus mainin dia, melibatkan cia dengan
permainan lo, Bas!”
Bukk
Satu
pukulan keras tepat mengenai pipi Bastian, bastia hanya diam dan menerima
pukulan itu. Dia merasa pantas mendapatkan pukulan itu. Dia merasa pantas
menerima pukulan itu, sangat pantas.
“Sorry,
Tan. Gue kira gue bakalan bisa cinta sama lo.”
Bastian
melihat wanita yang sejak tadi sudah menangis itu. Tania, siapa lagi.
“Gu
ekira? Lo bener-bener ya. Gue gak terima lo nyakitin perasaan sahabat gue bas,
dasar anak kecil kuran ajar.”
Kata
bima, lagi. Benarkan, bastian itu anak kecil, satu tahun dibawah Tania. Tapi
dia berani sekali memainkan tania.
Kejadian
itu sudah beberapa tahun silam, tapi masih bastian pikirkan, bahkan move on
dari lala, itu adalah hal tersuli yang masih dia coba.
Kini bastian
sudah menjadi pemegang perusahaan amanya, masih single dan makin tampan.
Usianya kini sudah 30 tahu. Tapi belum mau menikah, alasannya satu, terllau tak
pantas untuk mencinta wanita lain, takut dia hanya mempermainkannya seperti
tania dulu. Belum bisa melupakan lala sepenuhnya, iya.
“Bas,
mau sampai kapan kamu sendiri?”
Protes
sang mama pada bastian, yang masih di kantor dan sedang membaca beberapa
dokumen pekerjaann. Percaya, dia sangat mirip dengan dimas, kecuali parasanya.
Tabiatnya yang gila kera, mirip. Mengingat bastian ingin menjadi dimas, yang
harusnya kalau sudah bisa seperti dimas, lala mau mungkin padanya, tapi lala
setia.
“Apa sih
ma, kenapa dibahas lagi.”
Bastian sudah
biasa mendengar mamanya mengocehkan hal yang sama, tapi bastian hanya
menanggapinya dengan santai.
“Kau
juga butuh pendamping hidup bas. Mama juga butuh menantu, butuh cucu yang lucu
yang banyak kalau perlu.”
Selalu
dengan alasan yang sama, kata mamanya dia iri pada teman-temannya yang pamer
menantu, yang pamer cucu, cerita tentang menantu mereka, cerita tetang cucu
mereka.
“cari
saja yang baik, gak usah muluk-muluk. Atau kamu telpon tania, balikan sama dia,
dia kan baik.”
Tania,
nama yang sudah lama tak dia dengar. Nama yang paling membuatnya merasa menjadi
orang jahat. Batian tak sebaik dan tak sesempurna yang kalian kira.
“Jangan
bahas tania, ma.”
Sudah,
bastian tak mau lagi bahas itu. Bastian memilih pergi untuk meeting.
Meninggalkan mamanya yang hanya bisa menatap kecewa bastian, yang masih belum
juga membuka hatinya pada wanita lain.
**
“Taraa....”
Seorang
anak peremuan, berambut pendek memakai pakaian seragam sma, berlari, memanggil
nama sahabatnya itu, tara. Dia berlari merangkul sahabatnya itu.
“Hai
bin, sehat?”
Tara
melirik sahabat yang meangkulnya. Namanya sabrina, anak orang kaya pindahanan
dari jogja. Kenapa jadi sahabat? Karena sejak pertama kali datang ke sekolah,
duduk disamping tara yang gak banyak teman, paling takut sama tara, yang dicap
gak baik. Tapi setelah tau cerita hidup tara, sabrina tau kalau tara anak yang
baik. Tulang punggung keluarga.
“Sehat
lah, gak lihat makin hari makin seger dan cantik gini.” Dengan gaya centilnya
sabria mengibaskan rambut pendeknya.
“Iya
percaya, makin cantik.”
“Tar,
tapi aku belum ngerjain tugas, contekin ya. Gara-gara m gue semalem ngerjain
gue, nyebelin banget tuh om ganteng gue.”
Sabrina
mengingat kejadian semalam, bukan gara-gara omnya sih, tapi ya melibatkan
omnya. Sabrina yang centil, suka make up dan digilai cowok sekolah itu ingin belajar
menjaga diri, diajari si omnya bela diri. Dikit-dikit, tapi malah badan sakit
semua, tidur belum ngerain tugas.
“Iya
tenang aja. Buat lo apa sih.”
Mereka
segera masuk ke ruang kelasya, tara mengeluarkan buku tugasnya dan
memberikannya pada sabrina. Sabrina langsung menyalin jawaban tara, yang bisa
dibilang cukup pintar, dia sering rangking dua atau tiga, walau tak pernah
rangking satu di kelas. Sementara sabrina menyalin, tara masih memikirkan keadaan
rumahnya, keluarganya.
-
Beberapa
orang datang ke rumah sederhananya, mereka menggebrak pintu rumahnya ketika
tara sedang sarapan.
“Bayar
utang!”
Kata salah
satu dari mereka yang membantk ibu tara yang membukakan pintu.
“Iya
nanti saya bayar juragan. Tapi saya belum punya uang.”
“Tar,
udah nih.”
Sabrina
menepuk pundak sahabatnya yang melamun itu. Sabrina butuh beberapa kali untuk
menepuk tara dan membuat sahabatnya tersadar dari lamunannya.
“Hah,
iya bi.”
Tara
sering memanggil sabrina dengan panggilan bi, Bina. Dari pada omnya yang sering
emanggil Bri, atau bahkan menyebutkan nama bang rakyar indonesia, B.R.I. Lalu
dengan tawa omnya yang paling suka menggoda bina, keponakannya dari jogja.
-
Bisa
nebak omnya sabrina yang dari jogja.
Bagaimana
kisah selanjutkany,
Bagaimana
mereka bertemu? Dan akhirnya terikat satu sama lain, kenapa?
Sampai ketemu
di eps selanjutnya.
-
Hai ini
udah pernah aku postnya, niatnya mau lanjut bagian bastian dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
risna wati
Awalnya tertarik tapi setelah melihat bnyak typo jdi malas bacanya
2023-08-12
0
Alyn Aziz
hadduuh...kok susah ya bacanya..
belibet..
krn sepasinya trlalu panjaang kadang bikin gk nyambung jadinya
2022-07-26
0
re
Mulai
2021-11-08
1