Inseminasi intrauterine atau IUI. Dilakukan untuk penaman benih, agar wanita bisa hamil, tanpa melakukan hubungan badan. Silakan cek lengkap si web, karena bakalan kena sensor.
***
Bastian dan Tara sudah sampai disebuah rumah sakit, tempat Bastian sudah membuat janji dengan dokter kandungan. Dokter kinta, tantenya dimas.
"Nih anak gilak ya. Pengen tak jitak otaknya, orang lebih bagus berhubungan langsung. Dasar anak jaman sekarang, harus dinasehatin nih. Dimas dua."
Tante kinta membaca laporan kesehatan Bastian yang diberikan oleh perawat beberapa hari lalu sebelum ini. Tante kinta geleng-geleng kepala.
"Dokter, Tuan bastiannya sudah datang." Kata perawat yang membuka pintu ruangan tante kinta. Dengan diiringi Bastian dan seorang wanita. Tante kinta bisa melihatnya, masih cukup muda.
"Bas, sinii..." tante kinta dengan gemas memanggil bastian.
Bastian hanya menurut, tante kinta juga tau kalau Bastian itu sahabat Tara. Tak terduga, yang dilakukan tante kinta adalah, mengetuk kening Bastian.
"Tante, sakit. Kenapa main pukul?" bastian pun diminta tante kinta untuk memanggilnya tante.
"kamu itu sama keras kepalanya dan gilanga kayak Dimas. Udah sih jalanin hidup yang normal gitu loh, coba saling mencintai dengan tulus, terus berhubungan. Ngapain pakai acara beginian." kata tante kinta panjang lebar, tara senang, dokter itu bukan seperti dokter asing, tapi seperti ibu yang menasehati bastian. Bastian punya banyak orang yang menyayanginya.
"Tante tau alasan bastian. Bahkan bastian sengaja meninggalkan Tania."
Bastian tak mau memperpanjang pembicaraannya. Bastian sudah melakukan cek sebelum ini, untuk pengambilan benihnya. Gilaran penanaman benih di rahim Tara. Bastian duduk depan meja dokter milik tante kinta.
"Tan, kita harus kejar penerbangan ke bali. Bastian bilang ke mama, kalau kita bakalan hanoymoon." kata bastian singkat, yang sebenarnya secara tak langsung menyuruh Tante kinta untuk cepat melakukan tindakan kepada Tara.
"Ihh... gemes tante sama kamu. Dimas udah tobat, eh ada kamu." Tantw kinta kembali menggesik kepala bastian. Tara senang melihatnya, kalau saja tara bisa sedekat itu dengan bastian. Tara ingin.
"ihh tante, bastian beda lah. Udah sih jangan dipukulin." bastian mengusap-usap kepalanya.
Tante kinta menggandeng tara untuk ikut ke ruangan khusus. Tante kinta mulai melakukan Inseminasi intrauterine atau IUI pada tara.
"sayang, tahan sedikit ya. Mungkin sedikit sakit."
Kata tante kinta memberitahu tara. Tara yang sudah berbaring langsung bersiap, memejamkan mata. Andai ada tangan yang bisa dia jadikan genggaman, tumpuan untuk berbagi rasa takut dan gugupnya.
"Bas, sini. Tanggung jawab."
Seakan tau tara sedikit ketakutan, tantw kinta menghetikan kegiatannya. Dia memanggil bastian.
"semoga kalau sudah ada bayi diantara kalian, kalian bisa lebih dekat. Persis kayak dimas dan lala."
tara sendiri kurang paham maksudnya, tapi tara juga berharap seperti itu. Bukan karena uang bastian, tapi tara mulai nyaman dengan bastian, setiap bastian pura-pura menggandeng tangannya, tara tak ingin melepaskannya. Bagi tara ini kali pertama seorang laki-laki bersikap manis padanya, walau pura-pura.
"Gak usah sih tann." bastian menolaknya.
"ohh ya udah, gak jadi. Kamu berhubungan badan saja sama istri kamu. Dia kan istri kamu." tante kinta mengancam.
"salah dokter, harusnya bastian cari dokter lain." bastian lebih tak mau disuruh berhubungan dengan tara. Bastian pun berdiri dan melangkah mendekati ruang itu.
Bastian hampir melihat bawahan tara, tapi dia langsung melengos. Bastian meraih tangan tara seperti permintaan tante kinta. Tara tak menyiakannya, dia menggenggam erat tangan bastian. Tara selalu takut dengan jarum suntik, beberapa jarum suntik yang harus dia terima ketika donor darah, menjual darahnya, atau apapun. Untuk ibunya dan ini pun sama, tapi lebih dari sekedar darah.
"Emm..." tara menahan teriakannya, sedikit terkejut dengan rasa baru yang harus dia terima. Pemasukan benih secara medis.
Bastian sampai kaget menerima genggaman tangan tara yang tiba-tiba saja erat. Apa sesakit itu? bastian jadi tak tega sekaligus kagum pada tara. Terimakasih mau bersakit untuk anaknya nanti. Hanya anak batsian, karena setelah lahir, bastian meminta tara untuk berpisah, hidup sejauh mungkin dari dia dan anaknya nanti.
"sudah.."
tante kinta kembali menutup bagian bawah tara, membenarkan pakaian tara, bastian sengaja meminta tara menggunakan dres seplutut, agar lebih mudah tante kinta melakukan prosesnya.
"Istirahat disini dulu, tar. Sepuluh menit, biasanya setelah prores ini kamu akan merasakan kram perut." kata tante kinta yang akan pergi.
bastian juga ingin ikut pergi, tapi tante kinta menahannya. Genggaman tara pun menahannya. Tara mulai merasakan kram perutnya.
"apa sangat sakit?" tanya bastian yang terkejut dengan genggaman tangan tara. Tara hanya diam, wajahnya menyiratkan kesakitan yang dia coba tahan.
"tant, ini gimana?" bastian panik melihat tara, dia heboh memanggil tara.
"ya kamu yang harus tanggung jawab. Saya keliling dulu untuk memeriksa pasien, setelah sepuluh menit saya kembali. Jangan kemana-mana, jangan kabur ke bandara dulu. Kamu gak mau kan prosesnya gagal." kata tante kinta malah keluar ruangan itu.
"gak papa, cuma kram dikit." lirih tara pada bastian.
"Gak papa apanya, kamu remat tangan aku keceng banget." bastian sendiri sedikit merasa kesakitan dengan genggaman tara yang makin erat.
"ahh.. maaf, aku akan melepaskannya." tara tak enak, dia secara tak sadar melakukannya. Tara akan melepaskan tangan bastian tapi Bastian menolak.
"ini anak aku, kamu rasain ini buat anak aku, jadi aku juga harus merasakannya." tara luluh, diam mendengar ucapan manis bastian.
Selama sepulug menit tara harus menahan rasa sakit karena perut kramnya. Tak lama tante kinta datang menghampiri mereka berdua.
"Gimana udah enakan?"
"lumayan tante." Tara mulai melepaskan tangan bastian, rasanya sudah tak terlalu sakit.
"bas, mau naik pesawat ya. Tante lupa, jangan naik pesawat, jangan banyak gerak, karena proses ini lebih rentan gak berhasil. Jadi badrest dulu, satu dua minggu. Dua bulan lebih baik sih."
"trus, penerbangan ke bali?"
"ya gak tau, terserah kamu kalau kamu mau berhasil."
"ihh... dokter resek. Aku udah bilang mama mau ke bali."
"sekalian aja bilang mama kamu soal proses ini."
"Gak lah."
"tante kasih obat buat jaga-jaga, buat penguat aja. Biar berhasil prosesnya."
Bastian menuntun tara turun, menggandengnya dan membantunya duduk. Tante kinta menuliskan resep untuk Tara. Setelah selesai Bastian langsung pamit.
"kita, mau kemana jadinya?"
Bastian dan tara sudah ada didalam mobil, bastian bertanya balik kepada Tara. Tara menggeleng, Tara hanya mengikuti perintah bastian. Tara tak tau harus apa.
"terserah." katanya.
"gak mungkin ke bali. Kamu mau istirahat pulang aja atau gimana?"
"ke hotel aja dua hari, takut mama khawatir malah liat aku gini. Nanti curiga." kata tara menunduk, merasakan sedikit sakit dibawahnya dan juga perutnya yang masih sedikit kram. Tangannya bahkan sejak tadi bastian lihat memegangi perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Febriyantari Dwi
Segitu sakitnya ya....?!?...enakan juga MP Tian
aku doain Tian Bucin ...ga mau pisah ama Tara
2021-06-27
0
emak ririn
apa cinta membuat bodoh tanpa akal...mau diperlakukan bgt..aku mah klu diperlakukan ky tara..lihat az nanti kubawa lari anakku...biar tuh laki gila sdiri
2021-05-19
0
nube
ih Bastian ternyata gt bgt deh
2021-02-04
0