Bastian keluar dari kamar, setelah pengusiran dari sang istri kontrak, yang dibilang tak dia cintai, tapi Bastian mulai perduli. Sudahkah mulai tumbuh rasa cinta Bastian pada Tara? doakan yang terbaik. Semoga.
Tara dan Bina menonton sampai selesai. Mau tau Bastian dimana, dia gak pergi, tetep diluar, dengerin mereka ngobrolin idol-idol cakep.
"Bi, aku mau mandi dulu ya. Gerah." Kata Tara pada bina yang tidur memeluknya, sebelum menjadi kakak ipar pun, bina memang suka tidur dan memeluk sahabatnya itu. Tara seperti punya saudara, sahabat dan adik perempuan yang manis.
"Emm.. iya." Bina melepaskan pelukannya. Dia membiarkan tara ke kamar mandi sementara dia terus menonton sampai tertidur disana.
Tara yang keluar, setelah selesai mandi langsung melirik Bina, kebiasaan bina, suka tidur dengan ponsel yang menyala, vidio yang tadi juga masih terputar, sampai acara yang lain malah. Tara mengambil ponsel Bina, yang secara tak sengaja Bina taruh dibawah tubuhnya, tertindih. Mungkin karena tiba-tiba ngantuk.
"Kebiasaan banget sih nih anak." Tara mengambil ponselnya dan juga menyelimuti Bina.
Tara berhenti di depan kaca ketika dia akan menaruh ponsel Bina. Dia mengikat rambut panjang hitamnya, juga menatap perutnya. Tara masih tak percaya kalau dia hamil, ada nyawa didalam perutnya, yang akan tumbuh, tujuh bulan kedepan dia akan lahir.
"Pasti sangat lucu." tara tersenyum sendiri membayangkannya.
Bastian mengintipnya, membuka sedikit pintu, karena didalam hening. Mungkin sudah tidur dua wanita didalam, bastian ingin sekali lagi melihat Tara. Sebelum dia kembali ke kamarnya sendiri. Tapi Bastian malah melihat Taranya yang sedang didepan kaca, mengusap perutnya.
"Ouhh... manisnya. Lucunya. Kenapa makin lama diliat nih anak makin bikin..."
Aishh... Bastian segera membuyarkan bayangannya, segera pergi dari depan pintu ketika Tara berjalan mendekati pintu itu.
"Laper." gumam tara mengusap perutnya. Tara melirik jam di kamarnya. Tak terasa sudah malam, pukul sembilan malam, tadi terakhir tara cuma makan mie ayam dengan kuah bakso. Pulang sekitar sore, pusing, tidur, baru bangun, dan laper.
Tara keluar kamarnya. Tadi sepanjang jalan menuruni anak tangga lantai dua di rumah besar suami yang menyewanya itu, tara tak bertemu dengan siapapun.
"Apa mereka sudah makan malam ya?" tanya tara pada dirinya sendiri.
"Udah, kamu mau makan sesuatu? kamu laper?" jawab seseorang, suara laki-laki dari belakang Tara.
Bastian yang khawatir tara malam-malam turun, akhirnya memutuskan mengikuti tara. Tara hanya diam, terus berjalan seakan tak ada orang dibelakangnya. Masa bodo, tara masih kesel karena kejadian di cafe.
Tara pergi ke dapur. Dia membuka lemari pendingin, tak ada apapun disana, hanya ada air dingin. Tara buka lemari-lemari kecil diatas dapur, tak ada apapun. Roti pun tak ada, buah dilemari, sepertinya sudah habis. Mungkin juga Bastian lupa membelikannya lagi, atau sengaja, karena tara mendiamkan bastian.
"Mau makan apa? aku lupa stok buahnya. Mau makan apa?"
Bastian sejak tadi mengikuti tara, berjalan dibelakang tara, seperti bayangan. Tapi tara pura-pura tak melihatnya. Tapi perut tara sangat lapar, tapi kan tara sedang ngambek, gak mau ngomong sama bastian.
"ya udah kalau masih ngambek. Kalau masih gak mau ngomong sama aku. Aku tinggal keatas, aku mau tidur." bastian menyerah.
Tara berkali-kali meyakinkan hatinya, jangan tahan bastian, jangan ngomong sama bastian, masih ngambek, harus konsisten, biarin. Tapi Tara menyerah, perutnya benar-benar lapar.
"Ngambeknya bersambung dulu, anterin keluar mau cari makan. Laperr..." tara tak tahan, akhirnya dia meraih tangan bastian. Bastian tersenyum puas. Dia berbalik, kali ini bastian yang sok jual mahal ke tara.
"ngambeknya bersambung doang? nanti dilanjut lagi kan. Gak mau anter ahh.." tadinya bastian hanya ingin sedikit bercanda. Tapi Tara malah semakin kesal, tara melepaskan tangannya yang menahan Bastian.
"Gak usah. Aku pesan online aja. Aku lupa kan ada jasa antar makanan online. Wlee.." tara menjulurkan sedikit lidahnya dengan manja pada Bastian. Ahh.. kali ini bastian yang menyesal, harusnya bastian mau.
Tara berjalan kembali keatas, dia segera masuk ke kamarnya, mengambil ponselnya untuk memesan. Bastian masig sedikit khawatir, dia terus mengikuti, hanya ingin memastikan tara makan malam ini. Jadi dia terus mengikuti dan mengawasi Tara. Tara mencoba beberapa kali aplikasi untuk memesan makanan, dia pindah ke ponsel bina karena ponselnya tak bisa. Bastian ada diambang pintu, melihat tara yang mulai gelisah.
"Kenapa? bisa pesan gak?" tanya bastian pada tara. Tara hanya menggeleng, ini gak pakai ngomong, jadi masih dalam konteks ngambek ya.
Bastian yang kasian mencoba membuka aplikasinya. Ternyata setelah bastian langsung menghubungi call servicenya, bastian dapat notifikasi, kalau aplikasi sedang dalam perbaikan agar lebih baik. Mereka libur sati hari. Baru beroperasi besok.
"Ta, mereka libur nasional. Aplikasinya error dalam perbaikan dan pengembangan." Bastian menjukan pesan diponselnya. Tara diam, terus masak kelaperan. Wajah cantik tara makin murung.
"Udah mau makan apa? gak papa ngambeknya cuma bersambung. Bilang mau makan apa?" hati bastian luluh, gak tegalah sama wanita didepannya yang sedang mengandung anaknya, walau itu baru kemungkinan.
"Buatin nasi goreng, pengen makan nasi goreng sama telor ceplok."
Bastian menganga, mendengar permintaan istri kontraknya itu. Tapi anehnya bastian ingin selalu ada dan memenuhi permintaannya. Bersikap manis padanya.
"Ya udah kita keluar beli." bastian meraih tangan Tara, mau menggandengnya keluar. Tapi tara tak mau. Tara tak melangkahkan kakinya satu pun.
"Kan maunya dibuatin. Bukan beli diluar." kata tara merengek seperti akan menangis, seperti anak kecil yang merengek pada papanya. Bastian malah makin meleleh dengan sikap Tara.
"mau minta bibik buatin?" tanya bastian yang melepaskan tangan tara. Tara menggeleng. "terus siapa yang buat?" tanya bastian, bener-bener gak peka.
"mas. Buatin mas tian, pengen masakan mas tian."
Bastian tersenyum, ngambek katanya? pakai ada acara ngambeknya bersambung, tapi pas dikasih jeda ngambeknya, dikasih istirahat. Pas panggil mas, udah bikin bastian meleleh.
'jangan lama-lama ngambeknya kenapa sih, ta.' batin bastian. Bastian hanya memperhatikan Tara yang kembali menuruni tangga, dengan Bastian yang tepat dibelakangnya.
Mereka sudah ada di dapur, tapi tak ada nasi. Bastian terpaksa harus menanak nasi untuk membuat nasi goreng. Bastian menanak nasi sedikit, untuk dua porsi. Untuk tara sendiri karena tara yang minta. Sementara menunggu Tara menonton televisi. Tapi sembari menunggu nasinya matang, bastian tak menemukan bumbu bahkan telurnya.
"Ta, aku tinggal bentar ke supermarket depanya. Gak ada bumbu dapurnya sama telurnya. Kayaknya udah habis, bibik lupa belanja bulanan." Bastian pamit pada tara. Tara langsung berdiri menghampiri bastian.
"aku ikut ya, mas. Sekalian jalan-jalan malam." tara antusias minta ikut bastian.
Bastian melirik baju tidur yang sudah tara kenakan. Bagaimana dia akan ikut dengan pakaian seperti itu. Keluar malam-malam?
"Tunggu di rumah aja. Gak usah ikut."
"ya udah, gak jadi makan ahh. Tara tidur aja."
Tara ngambek lagi. Ya ampun, bastian gak habis pikir sama ibu hamil satu ini, kalau pun beneran hamil. Dua bulan yang lalu, tara itu mandiri. Suka keluar rumah sendiri, beli ice cream ke supermarket, atau beli cemilan yang lain dan Bastian hanya akan mengikuti dari jauh. Tapi ini, ngotot minta ikut, kalau gak diajak, gak mau makan, ngambek lagi, yang sabar ya bas.
-
haha kacian bastiann. sabar ya bass... hahaha puas gue bas, ribet dah lu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Galih Dwitirta
hamil sprt itu....apa ngidam juga ya😞
2021-07-08
0
Febriyantari Dwi
Hahaha...rasain pak..🤭
2021-06-27
0
Susi Andriani
puas kamu Thor ngerjain om Bastian,
2020-11-24
3