Bastian membayar semua pengobatan ibu Tara. Tara pun setuju. Setelah beberapa hari ujian dan tinggal mengumumkan kelulusan, Bastian melamar Tara. Bastian kembali membawa Tara untuk menemui mamanya.
"Tan, emang tante beneran setuju om bastian sama Tara?"
Tanya Sabrina yang hari itu libur sekolah karena menunggu hasil pengumuman. Sabrina menemani tantenya itu ruang tv untuk menonton film tv kesukaannya.
"Iya lah. Emang kenapa Na?"
Tanya balik mama bastian sambil memakan popcorn yang ada ditangannya. Sesekali juga menyuapi Nana, sabrinanya.
"tuh kan. Tuh na, liat. Ibu-ibu itu, temen-temen tante, sama persis kayak mereka, suka tanya-tanya, kepo, eh udah punya cucu belum, mantunya ajak kesini dong, dan lain-lain. Sama persisi na!"
kata mama bastian heboh sendiri mengomentari film tv tontonannya, dimana banyak ibu-ibu sosialita yang pamer menantu cantik, cucu lucu, sama persis kalau mama bastian datang ke arisan.
"Gak kenapa-napa sih, Tan. Cuma kann..."
Baru sabrina ingin mengatakan tentang tara dan omnya, bastian, tapi yang akan dibicarakan datang berdua, bergandengan tangan. Sabrina seperti menonton film horor, dia langsung berdiri dan melongo menatap tara yang datang dengan omnya, digandeng pula. Ada apa?
"Ma," bastian memanggil sang mama.
Mama bastian yang tadinya fokus pada tv langsung melirik, mama bastian sangat senang melihat calon mantunya yang datang dengan bastian.
"Tara,"
Mama bastian langsung berdiri dan menyambut tara, tara mencium tangan mama bastian.
"Ma, kita mau nikah. Mama mau kita nikah kan, supaya mama bisa cepet punya cucu."
"Hah?" Sabrina makin tak percaya mendengarnya.
"tentu saja. Jadi sudah mengatakannya pada orang tua tara, bas?" tanya sang mama pada keduanya.
Iya, tara lupa. Tara tak mengatakan apapun pada bapak dan ibunya. Tara melirik bastian, tak tau harus mengatakan apa.
"belum, tapi mereka pasti setuju. Kalau bastian dapat restu dari mama. Bastian baru nanti bilang ke orang tua tara dan minta restu. Mama mau gimana? demi kebahagiaan mama."
"bukann..." mamanya menggeleng, "demi kebahagiaan kamu juga, bas. Kamu cinta gak sama Tara, kalian saling cinta gak? kalau enggak yahh..." muka bahagia mama bastian, langsung sedih.
"Cinta, bastian cinta sama tara ma." bastian langsung memotong ucapan mamanya.
"Tara juga cinta sama mas bastian kok, ma."
bastian melirik tara, seakan memberi isyarat agar tara juga mengatakannya. Tara pun mengatakannya dengan lantang. Sabrina yang sedang mengunyah popcornya sampai tersendam. Gak salah dengar sabrina?
"mama siapin semuanya ya buat pernikahan bastian sama tara. Setelah acara kelulusan nanti bastian mau menikah langsung sama tara."
"Udah gak sabar ya bass.. kenapa sih gak dari dulu."
Bastian hanya tersenyum. Mama bastian sangat senang, dia memeluk bastian lalu Tara. Bastian pamit karena ada kerjaan lagi, tadinya dia ingin mengantar tara pulang, tapu ditahan oleh mamanya.
"menantu mama disini aja, sama mama, sekalian kita cari perlengkapan buat pernikahan. Kita cari WO yang bagus."
Tara hanya mengangguk. Setelah bastian pergi, mama bastian langsung meminta sabrina mengambilkan laptop bastian di kamar kerja bastian.
"Ta, ikut bentar."
Sabrina menarik tangan Tara, curiga dengan apa yang terjadi. Dia ingin bertanya, hanya berdua dengan Tara.
"Tante, pinjem menantunya bentar." kata bina yang dijawab anggukan oleh mama bastian.
"Sekalian tunjukin ruangan-ruangan Bastian, Na. Biar Tara tau kebiasaan Bastian." imbuh mama bastian.
"Iya tan."
Tara ikut sabrina keliling rumah, masuk ke ruang kerja bastian dan kamar, juga ruanb olahrganya. Sementara mama bastian ke dapur dengan pembantu untuk membuatkan minuman, juga makan siang untuk tara, bina dan Bastian. Mama bastian sengaja meminta Bastian untuk pulang siang nanti, makan siang di rumah.
***
"Ta, apa-apaan ini."
Sabrina dan tara ada diruang kerja bastian, ingin mengambil laptop bastian. sabrina meminta tara duduk dikursi kerja bastian, dan tara duduk dimeja menatap tara, sahabatnya, yang mengejutkan, bukan tak ikut bahagia tapi lebih pada ke curiga. Kenapa?
"jangan bohong sama aku, kalau sampai aku tau kamu bohong. Aku gak akan pernah mau jadi sahabat kamu lagi." Tegas sabrina.
Tara menunduk, dia tak bisa kehilangan sahabat terbaik yang selama ini membantu, bahkan sekarang omnya membantu keluarganya bertahan hidup.
"Ibu harus pasang ring jantung, Bi. Om kamu yang bayarin semuanya. Jadi aku mau nikah sama om kamu." tara bercerita dengan kepala yang menunduk, menahan air matanya, tapi tak bisa.
"Ya ampunn... ibu baik-baik aja sekarang? kenapa kamu gak ada obrolan tentang ibu ke aku ta." Sabrina merasa bersalah, dia langsung turun dari meja dan memeluk sahabatnya.
"Maaf, bi. Kamu dan keluarga kamu udah banyak bantu aku." kata tara dalam pelukan bina.
"terus pernikahan kamu dan om bastian, artinya apa? cinta? atau sebuah berjanjian?"
"aku sendiri gak tau bi, om kamu bilang... biar tante punya cucu."
"trus setelah itu kamu mau pergi gitu aja, cuma kasih cucu ke Tante gituhh..."
"aku rasa seperti itu, aku sudah sepakat dengan om kamu dan menandatanganinya."
"Gilak om bastian."
Sabrina yang tak terima, pernikahan bukan permainan, terlebih omnya seperti membeli, tidak, menyewa rahim sahabatnya hanya untuk memberikan cucu kepada mamanya.
"Aku harus ngomong sama om. Om bastian itu gilak, gak bener ini."
"apa?"
yang dibicarakan datang, bastian datang ke ruangan itu setelah pulang dari kantor dan ditelpon mamanya untuk ikut makan siang.
"om, om mau mempermainkan sahabat Bina?"
"bukan mempermainkan, ini pekerjaan. Om bayar mahal kok, tanya aja ke sahabat kamu."
Bastian melirik tara yang menangis. Tara kira bastian orangnya lembut, penyayang, bagaimana sikap manis itu sempat tara lihat sekilas pada kekasihnya lala, mantan yang paling bastian sayang, ketika di rumah sakit. Tapi padanya, hanya karena butuh jasanya. Bahkan tara melakukan itu karena terpaksa.
"Bi, udah jangan debat. Nanti tante denger."
Tara menahan tangan Bina, menahan Bina untuk berdebat lagi. Bastian meminta keduanya untuk segera keluar makan siang bersama.
'Kamu tau Bi, hati aku cuma buat lala.' batin bastian pergi.
"ayo bi. Jangan marah lagi, pasang muka cantik kamu."
Tara mengusap air matanya, mencoba tersenyum, meminta bina untuk memendam amarahnya dan keluar dari ruangan itu. Mereka berdua menuku ke ruang makan. Sudah ada mama dan bastian duduk disana. Sabrina duduk disamping tantenya, sementara tara diminta mama bastian duduk disisi samping bastian. Bastian ingin mengambil sebuah makan, yang cuku jauh dari jangkauannya, tara pun berdiri dan mengambilkannya.
"mau, apa lagi, mas?" Tara masih terasa kikuk memanggil, mas. Tapi harus dia lakukan.
"Manis banget. Cepet nikah lah. Ceper buatin cucu ke mama."
"iya, biar ceper selesai tuganya." Tandas bastian yang memotong ucapan sang mama. Mama bastian sendiri tak tau apa yang bastian maksud.
Sabrina melirik bastian dengan kesal, sejak kapan omnya menjadi seperti itu, dia manis pada bina. Tapi soal hati dan cinta, gila, susah banget disuruh move on dari mantannya yang udah nikah.
'gue sumpahin lo om suka dan cinta mati sama tara.' Batin sabrina. Sabrina sangat menyayangi sahabatnya itu, dan omnya malah melukai hati sahabatnya.
'gue bakalan bantu biar pernikahan pura-pura ini berubah jadi pernikahan yang sesungguhnya.'
-
Thanks bina.
tolongin tara yaa..
ciann...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Tara
Keren.. 👍
2022-09-10
1
chipa'm
sabrina koq panggilnya om sih kan sepupu
2021-07-30
0
Nrlv29
move on bas... lala udh bahagia lo jg berhak bahagia... 🙂👍
2021-07-12
0