"Tara, tunggu sampai dua bulan lagi. Setidaknya sampai hasilnya keluar. Kalau tidak berhasil, pergi jauh dari Bastian. Tolong, sebagai ganti hutang kamu dan jangan pernah jadi seperti ini," maksud mama bastian, menjual diri kepada pria lain, meminjamkan rahim untuk mendapatkan uang, "jangan lakukan ini dengan laki-laki lain. Jangan pernah. Janji ke mama. Kamu gak perlu bayar dengan uang, tapi janji seperti itu. Jangan pernah."
Tara mengangguk. Tara berjanji, jika tak berhasil akan seperti itu. Jika berhasil dia akan stay sampai bayinya lahir. Tara memeluk mama bastian, bukan hanya karena uang, tapi tara tak pernah melakukan apapun tanpa hati. Tara mencoba melakukannya dengan hati, dari donor darah dan menikah. Tara menaruh hatinya pada perjanjian ini, hal yang harusnya tak tara lakukan.
***
Bastian belum mengajak Tara kembali ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Karena Bastian juga sedang banyak kerjaan, dan melihat keadaan Tara yang lebih baik selama dua bulan ini. Bastian mulai bisa meninggalkannya, tentu dengan sang mama yang selalu menjaga tara.
"Tar, gue tinggal ya ke kampus."
Tadinya hari ini sabrina yang akan menemani Tara di rumah, tapi tiba-tiba dia harus ngampus.
"Iya, gue gak apa-apa, Bi. Sana ngampus. Kuliah yang bener, kan gak ada gue buat nyontekin." Kata Tara bercanda.
"Yey, ngeselin. Udah berubahlah. Karena kakak senior yang ganteng, gue udah rajin kok belajar." Sabrina membela diri.
"Syukur kalau gitu."
Sabrina pun akhirnya pamit ke kampus. Meninggalkan Tara sendirian. Sejak tadi pagi, sejak sarapan bersama, Tara merasa tak senak badan, perutnya kembali kram. Sudah dua bulan ini Tara melewatkan date datang bulannya, Tara memeriksa kalendernya dengan benar, kemungkinan kalau satu bulan kedepan gak datang bulan Tara rasa mungkin dia sudah ada didalam perutnya, bayinya dan Bastian. Walau hubungan Tara dan Bastian masig sama, datar, Bastian juga tak mau tidur satu ranjang dengan Tara. Dia sering tidur di ruang kerjanya atau bahkan memilih tidur di ruang tamu.
"Resek banget tuh emak-emak. Gue tunjukin menantu gue yang gak kalah cantik." Dari luar mama mertua tara masuk dengan kesal. Dia mencari-cari tara, yang disebut menantunya yang tak kalah cantik.
Tara masih didapur dengan bibik, meminum air beberapa kali karena merasa perutnya kram. Biasanya kalau mau datang bulan, tara suka kram perut, ya yang meringankan hanya meminum banyak cairan. Atau yang segar-segar, Tara jadi ingat Bakso. Tara pengen bakso dengan kuah yang segar. Ahh...
Tara melihat jam didekat dapur, baru jam sembilan, apa ada tukang bakso yang sudah buka.
"Non, kenapa?" tanya bibik pada tara yang terlihat gelisah.
"gak papa bik. Tara bosen dua bulan di rumah aja. Bina enak, bisa kuliah. Tara harus hati-hati buat programnya."
Bibik mengupaskan buah untuk Tara yang dianjurkan harus sering mengonsumsi buah-buahan.
"Sayang, ikut mama ya ke arisan. Ada emak-emak resek, masak dia pamer menantu yang cantiknya gak seberapa, trus ngejek mama bilangnya pasti menantu mama kalah cantik dari dia. Kan resek tuh orang." mama bastian datang dengan heboh.
"Hah..." Tara sempat syok, tak pernah melihat mama bastian yang semarah ini. Tapi lucu sih, emak-emak, dia sendiri kan emak-emak, tapi gak serempong hari ini.
"Dia itu saingan mama, sejak uprit. Kecil, emak sosialita resek. Kalau bukan karena arisan berlian, ogah deh satu kelompok sama dia. Udah resek, nyebelin. Dari tian kecil, pokoknya lah kita balap-balapan, anaknya ranking satu, mama gak mau kalah, tian harus lebih dari dia, anaknya nikah, eh tian baru nikah. Udah deh, kalah mama. Jadi suka banget dia ngejekin mama. Ikut ya ke arisan. Gak papa kan?" tanya mama bastian yang kemudian mulai mereda amarahnya.
"Iya ma, gak papa. Tara ganti baju dulu ya."
"Iya, dandan yang cantik ya sayang. Pakai baju yang paling bagus, ada gak. Kalau gak mama pesenin langsung ke desainernya."
Ya ampun, mama mertua super ribet banget. Tara hanya mengangguk dan meyakinkan kalau dilemarinya ada kok, baju bagus yang mamanya belikan beberapa, tapi kebanyakan buat persiapan hamil, sesekali tara pakai. Kata mamanya sih biat jadi doa, jadi beneran gitu, siapa tau Tara hamil beneran.
"Pakai dress hamil yang merah muda, sayang. Yang bawahnya susun itu. Cantik itu.."
Teriak mamanya pada Tara yang berjalan menaiki tangga untuk ke kamar atasnya.
"Iya ma." Jawab Tara seadanya tenaga saja.
Tara masuk ke kamar dan mengambil pakaiannya, berdandan lalu mengenakan pakaian yang mama maksud. Tara bercermin, kata mamanya, biar jadi doa beneran jadi makannta dibelikan dres-dres hamil.
Tara menatap pantulan dirinya yang mengenakan dres merah muda, setengah ungunya dari sang mama. Cantik. Tara tiba-tiba saja mengusap perutnya. Rasanya ingin saja.
"Kalau adek udah dateng, kasih tau mama ya. Biar mama bisa lebih hati-hati dan jaga adek. Oke?" kata tara bercermin, mengusap perutnya sendiri.
Tara mengambil tasnya dan kemudian turun, dengan hati-hati dan menghampiri mamanya yang ada diruang tamu, meminum air dinginnya.
"Makasih ya bik. Biar gak panas saya sama tuh orang, liat aja nanti. Gue skak mat lu, mak rempong."
Mama bastian masih saja mengomel setelah bibik membawakan air dingin dan meminumnya.
"Ma, tara udah siap." Kata tara membuat emosi mama mertuanya sedikit mereda. Walau didepannya bisa dikatakan menantu bayaran, mama bastian sangat menyayangi tara yang dianggao berbakti pada kedua orang tuanya, mama bastian juga berharap selama bastian dengan tara, selama itu hati bastian bisa luluh. Walau sampai hari ini, mamanya melihat Bastian masih acuh ke tara.
"Cantik banget. Hayuk gas ken, berangkat. Tak skak mat tuh emak rempong satu."
Mama bastian langsung bangkit, menggandeng tara keluar. Dia meninggalkan pesan pada bibik kalau dia dan tara mungkin akan terlambat pulang.
"Tolong nanti bilang ke bastian ya bik." kata mama mertua tara pada pembantunya.
"Iya, nyonya."
Dengan diantar supir pribadinya, mama bastian dan tara berangkat ke tempat acara arisan. Tara sangat senang, setelah hampir dua jam, melihat mobilnya berhenti dicafe dengan nuansa bambu, ditambah ada menu bakso yang sangat dia inginkan. Gak sia-sia ikut mamanya.
"Hayuk masuk, mama kenalin sama temen-temen mama." Mama bastian menggendeng tara masuk.
"Iya ma."
Tara juga tak sabar masuk, tara sangat ingin menikamati kuah bakso yang sudah dia bayangkan segar. Ahh... pasti sangat nikmat...
"Halo semuanya, kenalin ini Tara menantu aku yang gak kalah cantik. Lagi hamil muda pulaa.."
Hah? Tara melirik mama mertuanya yang mengenalkan dirinya seperti itu, hamil muda, didepan teman-teman arisannya.
"Gak kayak situ, udah berapa lama nikah anaknya, kok belum ngisi juga." Mama bastian puas sekali bisa mengatakan itu pada saingannya selama ini, yang ngajak mantu cantik, anaknya udah lama nikah sama mantunya, tapi belum juga ngisi. Mungkin hampir satu tahun.
"Ma," terlihat wanita paling muda yang ada disana itu mengadu pada mama mertuanya, yang tak lain saingan mamanya bastian.
Tara juga ingin protes, tapi tara ingat, kata mamanya, ucapan dan segala hal yang mereka lakukan adalah doa. Siapa tau beneran udah hamil kan? Tara hanya duduk mengikuti mama mertuanya.
***
"Bik, rumah kok sepi. Tara mana?"
Bastian pulang cepat, gak tau kenapa bastian pengen aja pulang cepat dan ketemu Tara. Tadinya dijalan mau meeting, gak sengaja liat ada boneka lucu, pengen aja beli dan inget tara yang kalau tidur manis dan lucu, tapi pas pulang, dicari gak ada orangnya.
"Cie mas bastian, udah mulai perhatian nih, nyariin mbak tara. Tuh boneka, buat mbak tara ya. Manis bangett..." bibik malah ngeledek bastian.
Beberapa kali bibik selalu mempergoki bastian yang diam-diam bersikap manis ke tara, kayak selalu ngisi lemari pendingin dengan buat, yang katanya khusus buat tara, sampai berantem sama bina karena bina habisin buahnya. Trus suka diam-diam bibik liat, bastian ke kamar dan merhatiin tara tidur. Tapi kalau didepan mamanya, suka gensi. Sok cuek sama Tara. Termasuk gak mau tidur satu kamar, biar mamanya tau kalau pernikahan mereka cuma status.
"Ke arisan mas, sama mama.. katanya mama mau skak mat saingannya yang suka pamer menantu."
Bastian geleng-geleng mendengar penjelasan Bibik. "arisan dimana bik? bastian itu kebetulan liat boneka, lucu aja kan kata mama apa yang dilakuin biar jadi doa, bastian mau tarus dikamar, siapa tau jadi doa tara beneran hamil. Biar cepet selesai tugas bastian kasih mama cucu. Habis itu bebas bastian sama taranya. Kan kasian tara kalau bastian kekang dan dikurung di rumah doang."
"Loh, mas bastian. Lebih kasian mana, nanti mbak taranya dipisahkan sama anak yang dia jaga dalam perut sembilan bulan, susah-susah dia keluarkan. Lebih susah loh ngeluarinnya. Mas liat aja nanti. Trus mas bastian tega pisahin mereka, bayi itu lebih butuh mamanya mas, ketimbang ayahnya."
Bastian diam, membayangkan ucapan bibik. Bastian menelpon mamanya untuk menyusul ke tempat arisan. Tara kan gak boleh kecapean.
-
Hayo loh bass.. jahat tau kalo lo pisahin ibu sama anaknya. Jahat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
fadhila
banyak typo .....
2020-11-18
0
Anonymous
haaahh....si bibik...Sabrina....mama......mang sopir.....untung orang2 serumah nya pada pinter2 jd bisa nasehatin si bastian
2020-11-15
0