Mama bastian ngambek, gak mau ngomong sama Bastian karena Bastian juga gak mau merespon apapun soal permintaan mamanya cucu. Gimana mau punya cucu, Batian punya cewek aja enggak.
"Pagi ma,"
Bastian menyapa sang mama yang sibuk menyiapkan makan malam. Bastian mengecup pipi sang mama.
"Gak usah deket-deket sama mama, gak usah ngomong sama mama."
Kata mama bastian yang merajuk. Dia hanya mengambilkan makanan untuk bastian dan diam. Bastian hanta tersenyum, walau marah padanya masih saja dimemperhatikannya.
"Ma, udah dong jangan ngambek. Bastian kan gak punya pacar, gimana mau kasih cucu cepet kalau gitu."
"Ya gak mau tau, bad. Cari cewek gitu loh!"
Bahkan sang mama meninggalkan Bastian ke kamar, meninggalkan bastian di ruang makan sendirian.
"Bas,"
Tapi kemudian kembali, bukan untuk menrmani Bastian makan malam, tapi untuk meminta Bastian menelpon Sabrina. Karena sekolah di jakarta, Sabrina dititipkan orang tuanya pada Bastian dan mamanya, dia juga anak cewek, mama Bastian gak mau Sabrina kenapa-napa.
"Jam segini belum pulang, telpon ya bas. Cari dimana adek kamu?"
Kata mama bastian, yang bahkan sudah menganggap Sabrina seperti anak perempuannya. Bastian pun sudah menganggap sabrina sebagai adiknya sendiri.
bastian melirik jam dindin besar di rumahnya, jam makan malam di rumahnya itu sekitar delapan lebih, biasanya sabrina akan mengabari, tapi ini tidak? Bastian menganbil telponnya dan mencari nomer sabrina, Bastian mencoba menelpob sabrina bebera kali.
"Selamat malammm..."
Baru akan menelpon lagi, suara cempreng sabrina sudah memekik telinga bastian, memenuhi ruang makan itu. Bastian menoleh kearah belakang, dimana adik sepupunya itu dari sekolah baru pulang. Kemana? dia ingin sekali memarahi dan menceramahi sabrina habis-habisan.
"B.R.I looo...."
Baru membuka mulut, ingin memarahi adik sepupy tersayangnya, Bastian melihat Sabrina tidak datang sendirian, sabrina membawa seorang teman perempuan, wajahnya seperti tak asing dengan teman Sabrina.
"Malam om, maaf ya telat. Habis tadi banyak tugas, jadi sekalian kerja kelompok."
Sabrina langsung mendekati Bastian dan cengir-cengir didepan Bastian. Bastian hanya diam, gak enak kalau mau memarahi sabrina didepan temannya.
"Udah makan?"
Tanya bastian yang dijawab gelengan oleh sabrina. Bastian menpersilakan Sabrina dan temannya, untuk makan malam dulu. Sabrina meminta izin pada Bastian, kalau Tara akan menginap malam ini, karena sabrina harus belajar untuk persiapan ujian lusa.
"Dua malam berturut-turut, atau sampai ujian selesai ya om, izin temen Sabrina mau nginep disini. Sekali belajar bareng."
kata sabrina disela-sela makan malam, tara hanya diam. Tara ingat dimana dia melihat laki-laki didepannya, omnya Sabrina. Di rumah sakit ketika mendonorkan darah untuk seorang ibu hamil yang baru melahirkan kah? Tara tak yakin, yang disebutnya belum bisa move on dari wanita itu, Tara mencoba mengingatnya, lala. Namanya lala dan didepannya...
"Ta, kenalin ini om gue yang paling ganteng, keren, kece, suka ngasih gue duit jajan yang banyak."
Setelah makan malam selesai, sabrina malah baru mengenalkannya. Tara hanya tersenyum, dan mengulurkan tangan, perlu kah, menatap kaku laki-laki didepannya. Seumur-umur tara belum pernah berhadapan langsung, dekat dengan seorang laki-laki, mengulurkan tangan dan kenalan. Tidak. Untuk apa.
"Tara, om.."
Tara tak yakin, tapi dia melirik sabrina yang ada disampingnya, haruskah dia juga memanggil omnya Sabrina dengan panggilan om juga. Tapi sudah terucap.
"Bastian."
Bastian menjabat tangan tara yang sudah terulur didepannya. Bastian juga menatap tara lekat, bastian ingat dimana pernah melihat gadis didepannya, temannya Sabrina ini, yang mendonorkan darah untuk lala.
Ahh, dunia sempit sekali.
Setelah pengenalan singkat, Sabrina dan Tara langsung izin ke kamar Sabrina. Tara akan menggunakan pakaian sabrina, karena sabrina tak membiarkan tara pulang untuk mengambil beberapa pakaian.
"Om, tante mana? gak ikut makan malam?"
Sabrina baru sadar, dia tak melihat tante cantiknya dimeja makan tadi. Setelah sabrina ganti baju, sabrina turun untuk mengambil minuman dan cemilan untuk teman belajar. Tapi sabrina sama sekali tak melihat tantenya.
"Iya Bi,"
Bastian ada didepan ruang tv, masih dengan laptop dan pekerjaannya, sesekali dia juga melirik kamar sang mama yang ada di kamar utama dibawah, mamanya sering sakit, jadi dokter bilang jangan terlu sering naik tangga. Tapi mamanya tak juga keluar.
"Tumben bener panggilnya."
Sabrina senang, bastian memanggil namanya dengan benar, bukan mengejeknya, B.R.I. Tapi kalau sudah seperti ini pasti keadaannya serius.
"Emm, tante emangnya kenapa om?"
Tanya Sabrina, tak jadi mengambil minum malah duduk disamping omnya, lupa kalau di kamarnya ada yang ditinggal sendiri.
"Bujukin sana buat makan. Soalnya mama minta cucu masak ke om."
Kata bastian dengan prihatian. Tapi yang diceritakan malah tertawa terbahak-bahak. Membuat bastian sedikit kesal, kenapa?
"ihhh... ketawain aja tross..."
"minta cucu, cewek aja gak punya. Hahaa.... kasian banget tante, gimana om mau wujudin permintaan tante coba."
"Sabrina bujuk dulu lah."
Sabrina bergegas, dia langsung ke kamar tantenya. Untung ada Sabrina, kalau soal membujuk mamanya lebih luluh pada sabrina, karena memang mamanya selalu bilang sudah ingin punya menantu.
Tok tokk..
Sabrina mengetuk pintu kamar sang tante, tapi tak ada balasan. Beberapa kali sabrina mengetuk lagi, akhirnya dibuka oleh sang tante. Mama bastian melirik untuk memastikan bastian tak ada disekitar sabrina kan.
"Masuk, Na."
Kata mama bastian menarik sabrina untuk langsung masuk. Sabrina pun hanya masuk menuruti tantenya. Di dalam sabrina berusaha membujuk tantenya, tapi gak om dan mamanya si om, keduanya sama-sama keras kepala.
"udah biarin, biar dia tau rasa. Biar tante sakit dan langsung deh mau nikah dan bikinin cucu."
Sabrina tertegun. Sabrina juga bingung mau bilang apa, sepertinya ini sangat serius.
"sabrina coba bilang ke om bastian ya tante. Tante jangan ngambek-ngambek, tante kalau gak mau makan, sakit gimana?"
Sabrina keluar untuk menemui bastian, dia mengatakan apa yang tantenya katakan. Bastian makin khawatir, gimana secepat itu. Sabrina punya ide gila, hanya untuk malam ini, sabrina melirik kamarnya diatas, ada seorang wanita yang mungkin bisa menolong omnya,
"Tara, om..."
Kata sabrina pada bastian. Bastian makin tak tau dengan apa yang tara maksud. Tara mengatakan rencananya, jadi hanya untuk malam ini, sabrina akan meminta tara untuk pura-pura jadi kekasig bastian, setidaknya hanya untuk tantenya supaya mau makan dulu.
"Gilak lo B.R.I. Gak ada!"
tolak bastian, bastian dapat membayangkan apa yang akan tara katakan, pasti juga menolak.
"Gak akan om, Tara itu baikk bangett.. sayang sama orang tua, apalagi ibu. Orang tua wanita, Tara cuma tinggal punya ibu, dia gak akan pernah tega nolak permintaan seorang ibu. Ini kan demi tante,"
Bastian terkesan dengan ucapan sabrina, benarkah anak sma yang ada di kamar sabrina sebaik itu? sesayang itu pada mamanya? akhirnya bastian mengangguk, hanya demi mamanya mau makan karena mamanya juga punya sakit maag angkut, tak boleh telat makan.
"Ok. Coba."
Sabrina menarik tangan omnya untuk ikut ke kamar atas. Bastian tak yakin, tapi untuk mamanya harus dicoba. Sabrina membuka pintu, tara yang ada didalam menyanbut sabrina dengan baik, tapi langsung canggung melihat sabrina membawa omnya ke kamar.
"Ta, kita mau minta tolong." kata sabrina yang dilirik kebingungan oleh tara.
"Tolong apa, Bi. Kalau bisa aku tolong, aku tolongin."
"Bisa banget."
Tara tak yakin dengan apa pernintaan Sabrina, tapi rencananya kan hanya untuk malam ini, jadi tak masalah. Tara turun dengan membawa makan malam yang kembali dihangatkan oleg pembantu di rumah itu, Tara mengetuk pintu kamar mama bastian dengan ragu. Tuk tukk... beberapa kali.
"Ma, makan malam dulu nanti mama sakit. Inget maag mama." teriak bastian dari luar.
"Gak usah sok perduli Bas, kamu cuma perduli sama masa lalu kamu kan, yang gak bisa kamu lupakan."
Sabrina hampir tertawa, manisnya kalau kedua orang ini bertengkar, karena terlu terbiasa saja, selalu berdua, dekat, bukan hanya sebagai mama dan anak, tapi manis seperti teman, sahabat, sampai kekasih, ya seperti ini bertengkarnya.
"Ta, coba." Kata sabrina meminta tara untuk mencoba bersuara.
"Tante, saya tara. Saya..."
Tara tak yakin, harus kah berbohong dan menyebutnya kekasih bastian. Sebelum melanjutkan ucapannya, tara melirik sabrina. Sabrina terlihat memohon pada tara.
"Saya pacarnya bastian."
Yang dari dalam mencoba mencerna suara lembut dari luar sana. Bastian dan Sabrina juga menunggu respon mamanya bastian.
"Ma, katanya mau ketemu kan sama pacar bastian. Bastian minta maaf gak pernah bilang sama mama," kata bastian dengan lantang.
Krekkk...
Pintunya langsung terbuka lebar. Mama bastian menatap wanita asing yang ada didepan pintu, dia langsung menarik tara masuk ke kamarnya.
"Ma,"
ketika bastian akan masuk, mamanya malah menutup pintu dengan kasar. Mau apa mama mengajak tara masuk ke kamarnya, kalau ketahuan, mamanya bakalan tambah marah, mungkin bisa balik ke jogja dan gak mau ketemu bastian lagi.
Arghh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Yanti Natalia
lucu anak sm ibu kok dipanggil om dan tanta, aneh
2022-03-07
1
Heny Ekawati
perlu dikoreksi lagi
2021-09-26
1
Wisye Palijama
mamanya Bastian dipanggil tante Bastian dipanggil Om, hadehhhh
2021-07-07
1