"Ta, kok duduk dibelakang?"
Bastian protes pada tara, yang malah duduk dibelakang. Tara hanya diam, kan bastian bilang cuma mau antar. Gak ada sentuh perutnya. Siapa suruh gak percaya dari pertama.
"Mas, jalan atau tara naik taxi nih." ketus Tara.
Bastian menyerah. Bastian langsung menyalakan mesin mobilnya tak mau lagi berdebat dan juga nanti tara naik taxi. Bagus, bastian sudah seperti supirnya beneran. Sepanjang jalan Bastian hanya diam, tak ada pembicaraan apapun antara Tara dan Bastian. Bastian sejak tadi hanya memperhatikan Tara yang duduk dibelakang dengan spion depan mobil.
"Mas," panggil tara pada bastian.
Bastian sudah sumringah mendengar Tara yang memanggilnya. Bastian dengan antusias menoleh,
"kenapa, ta?" Bastian kira mau apa? ternyata...
"Mas, matiin ac mobilnya dong." pinta tara pada bastian.
Ahh.. Matiin, tau sendiri kota jakarta, panasnya gak ketulungan, dan ac mobil minta tara matiin.
"Ta, gerah ta. Kalau dimatiin, gak pengap apa." Bastian menolaknya.
"Dingin mas, pusing juga baunya. Matiin dongg.." pinta tara. Mendengar keluh kesah tara, bastian mengalah. Bastian pun mematikan ac mobil dan membuka sedikit kaca mobilnya.
Ketika Mereka sampai di klinik tante kinfa. Tara segera turun, bastian ingin turun dan mengantar tara kedalam, takut nanti kalau pas jalan tiba-tiba pusing. Tapi tara menolaknya.
"mas inget ya, mas itu cuma nganter. Mas sendiri loh yang bilang, sehari ini jadi supir. Jadi gak usah ikut masuk kedalam, apalagi liat aku diperiksa tante kinta."
"Ya ampun ta, segitunya kamu masih kesel sama aku."
"Biarin."
Tara tadinya mau menolak, tapi bekas pusing tadi, tara pun akhirnya mau dituntun bastian. Tara langsung masuk ke ruangan tante kinta, Sementara tara meminta tante kinta mengunci ruangannya, supaya bastian tak mengintip. Tante kinta geleng-geleng menghadapi sikap kedua sijoli ini.
"Ya udah, tante kunci. Biar tiannya gak masuk."
Tara sudah duduk didepan meja tante kinta. Tapi tara minta tante kinta buat kunci ruangannya. Tante kinta pun menguncinya.
"Tak kunci ya bas, disuruh istri kamu." kata tante kinta, memberitahu bastian yang hanya dibolehkan Tara berdiri diluar ruangan.
"Tan," bastian menahannya, "dari kemarin tan, ngambek. Karena aku gak percaya dia udah hamil, semalen udah mendingan, eh ngambek lagi sampai sekarang. Aku mau liat hasilnya kangsung tan. Mau liat usgnya tan." pinta bastian curhat ke tante kinta.
"Ta, denger gak kata suami kamu?" tante kita sedikit kasihan, tapi tetap dia harus minta izin tara.
"biarin diluar tante. Aku gak mau sama mas tian."
Brakk...
langsung tante kinta menutup pintunya. Bastian hanya bisa pasrah dan berdiri didepan pintu ruangan tante kinta. Didalam tante kinta pun mulai memeriksa Tara.
"Ta, baring disini sayangg..."
Tante kinta dengan seorang suster, asisten tante kinta membantu tara untuk berbaring. Tara pun mengikuti perintah tante kinta. Suster membantu membukakan kaos tara sampai memperlihatkan perut buncit tara, buncitnya itu kecil, tapi cuma ditengah, lucu.
"udah keliatan sih perutnya. Eh kamu gampang buncit apa dulu?" tanya tante kinta sambil memeriksa tara.
"iya tante. Dulu sampai ikut kelas ngegym, pengen perutnya rata. Tapi ini jadi buncit lagi." Tapi tara malah senang dan bahagia kali ini, kan ada adeknya. Tara yakin.
Tante kinta meminta sustet untuk mengoleskan gell ke perut tara, lalu menggunakan alat usgnya, menempelkannya ke perut tara, mencari letak yang paling jelas terlihat. Tara tersenyum ketika tante kinta menunjuk dilayar usgnya, dan menjelaskan kondisinya pada tara.
"Tante, jangan kasih tau mas tian ya. Sama hasil usgnya juga." pinta tara pada tante kinta.
"kenapa sih? sampek ngambek banget?" tante kinta membanti tara turun dan kembali duduk ke meja tante kinta, untuk menunggi hasil cetak usgnya dan mendengarkan beberapa nasehat dari tante kinta.
"Kemarin aku kan udah bilang, jadi. Mas tian gak percaya." Tara ngobrol sama tante kinta sambil nunggu hasilnya dari suster.
"Terus yang katanya udah gak ngambek, semalam ngambek lagi, kenapa tuh?"
"mas tian seenaknya cium tara, terus minta maaf. Masak katanya gak sengaja, aku kira mungkin mas tian udah punya perasaan ke tara tante, tapi nyatanya enggak. Terus tadi pagi-pagi, tiba-tiba nyatain cinta, cuma mau minta elus perut tara tante.
" ya mungkin bastian emang udah cinta sama kamu, ta. Masak dia gak cinta sama wanita yang lagi hamil anaknya." timpal tante kinta, mencoba memberikan nasehat yang baik.
"Gak tau tante, tara susah aja percaya, terlebih tante tau sendiri sejak awal mas tian sendiri yang bilang, gak akan pakai hati untuk pernikahan ini. Tara takut tara sakit hati tante kalau tara mengharap lebih sama mas tian." Tara menunduk, rasanya sakit dan sedih mengingat pernikahan ini palsu, terlihat romantis diluar tapi didalam tak sama sekali.
"Tara sayang beneran ya sama bastian?" tanya tante kinta mendekati tara yang tertunduk.
"tara maunya enggak tante." tara menangis memeluk tante kinta. "tara baru sadar salah menandatangi kontrak itu tant, nanti tara bakalan kehilangan dua orang yang tara sayang sekaligus. Bayi tara sama mas tian."
"dok," suster datang membawakan hasilnya. Dia memberikannya pada dokter.
"udah jangan nangis. Tante yakin tian juga pasti bakalan luluh sama kamu, pasti dia bakalan batalin perjanjian konyol kalian. Mau liat gak hasilnya?" tanya tante kinta, memeluk erat tara, sama seperti lala dan pasien muda lainnya, tante kinta menganggap mereka sebagai anaknya.
"Iya tante."
Tante kinta pun menunjukan hasilnya. Tara mengambio foto dengan ponselnya, dia mengirimkannya ke nomer ponsel mama mertuanya dan meminta sang mama mertua untuk tidak memberitahukan kepada bastian, atau mengirim fotonya kenomer bastian.
iya ta, mama janji. Gak akan bocoe ke bastian. Makasih ya sayang, selamat bentar lagi jadi ibu. Semoga bastian bisa batalin perjanjian gila itu dan mau hidup sama kamu dan anak kalian sama-sama selamanya.
Tara membaca pesan yang dikirim oleh mama mertuanya. Tara pamit pada tante kinta, dengan membawa map hasil labnya. Tara juga meminta tante kinta untuk tidak memberitahu bastian.
"makasih ya tante."
Tante kinta membuka pintu ruangannya, membuka kuncinya. Tara pamit keluar, tante kinta baru akan menerima pasien lagi. Tapi tara tak melihat bastiannya? dimana dia?
"uluhh uluhh.. hai ganteng..."
Ternyata sejak tadi bastian yang menunggu diluar, akhirnya malah asik main dengan seorang anak laki-laki, usianya baru satu tahun. Bastian asik sampai gak liat tara udah keluar. Bastian terlihat sangat dewasa dan bisa menghibut bayi yang dia gendong. Tara membayangkan bayinya di gendong bastian, bersama dia yang hanya mengamati keduanya. Andai itu terjadi? tapi setelah melahirkan perjanjiannya tara harus meninggalakn kehidupan bastian, sejauh mungkin. Tara menangis mengingat perjanjian itu, tara kira akan mudah melunasi hutangnya, tapi sangat berat dengan cara ini ternyata. Tara pergi tanpa memberitahu Bastian.
-
ta, mau kemana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Meylandra 💝
tara oneng,,udah diajak jalanin nikah beneran,,malah tetep ngambek,ntar bastian mati nangis"nyesel 😒
2020-11-30
2
Susi Andriani
lama2 kok jdi kesel dg sikapnya tara.
2020-11-24
4
Lisa Chikita
tetap semangat Thor .. up lgi
2020-11-10
1