Seluruh anggota tim, menatap serius ke arah Daffin dan Arika yang tengah beradu argument.
"Oh ternyata si Zanna, Pacarnya Pak Daffin." Bisik salah satu anggota tim yang duduk belakang Zanna.
Fira yang duduk di samping Zanna, memicingkan matanya ke arah Zanna.
"Zann, kata kamu.. kamu nggak ada hubungan apa-apa sama Pak Daffin, tapi itu.. apa?" Tanya Fira serius.
"Eu... itu.. nggak,.." Ucapan Zanna terpotong ketika ia mendengar ucapan Daffin.
"Nggak ada larangan kan di dalam sebuah pekerjaan, pacar sendiri jadi asisten pribadi. Malah.. jadi semangat buat kerjanya, iya nggak?" Ucap Daffin sambil mengangkat kedua alisnya.
Ucapan Daffin itu membuat Zanna semakin kesal. Tak lama kemudian, Fira meninggalkan ruangan.
"Fira.." Pekik Zanna yang melihat Fira pergi dari ruangan.
"Ish, ini semua karena Pak Daffin." Zanna mendengus kesal.
Dengan segera, Zanna pun melirik ke arah Bagas yang duduk di sebelahnya nya. Tatapan Bagas berubah menjadi sangat dingin.
"Kak.. Bagas.." Batin Zanna.
Di sisi lain, Arika hanya terdiam sambil menatap ke arah Daffin.
"Oke, liat aja ya, Fin. Kalau proyek ini nggak berjalan dengan lancar, kamu harus tinggalin pacar kamu itu, terus balikan sama aku." Ucap Arika, yang tak lama kemudian, bergegas keluar dari ruangan.
Daffin menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar, sambil menatap kepergian Arika.
"Hmm, kita liat aja nanti. Pasti proyek ini akan berjalan lancar." Batin Daffin
Tanpa Daffin sadari, pada barisan kursi para anggota berada, ada seseorang anggota tim yang menatapnya sangat tajam. Yang tak lain adalah Zanna.
****
Beberapa menit kemudian, seluruh anggota tim. Mulai melakukan pekerjaannya masing-masing.
Fira dan Bagas melakukan pekerjaannya, di ruangan yang menyatu dengan anggota tim lainnya. Sedangkan, Zanna melakukan pekerjaannya di ruangan Daffin.
Saat ini Zanna tengah duduk di hadapan laptop, dan akan mengerjakan laporan. Tiba-tiba Zanna teringat kejadian di ruangan tadi.
"Pasti Fira...marah sama aku.."
"Terus... Harapan aku pacaran sama Kak Bagas, bakal musnah dong."
"Arghh... ini semua karena Pak Daffin!" Gerutu Zanna kesal.
Daffin, tiba-tiba muncul dan menghampiri Zanna yang tengah duduk sambil melamun.
"Hei.. Zanna. Kenapa bengong? Cepet beresin laporan nya." Perintah Daffin yang membuat Zanna tersadar dari lamunannya.
Zanna memicingkan matanya ke arah Daffin.
Daffin tersentak ketika Zanna menatap nya seperti itu.
"Ka..kamu kenapa? natap saya..kaya gitu?" Tanya Daffin kikuk.
"Ish, dasar ... nggak nyadar banget, sama yang udah dia lakuin, dasar wajah tanpa dosa.!" Zanna mendengus kesal.
Zanna mengabaikan Daffin, dia pun melanjutkan pekerjaannya.
"Hei... kamu.."
"Drrrt... drrrt"
Ucapan Daffin terpotong oleh suara ponselnya yang bergetar, dengan segera Daffin mengambil ponsel nya yang berada di saku celananya.
"Sekertaris Ri." Gumam Daffin, ketika melihat di layar ponsel, Sekertaris Ri menghubungi nya. Dengan segera, Daffin mengangkat panggilan dari Sekertaris Ri
"Hallo." sahut Daffin kepada Sekertaris Ri, tak lama kemudian Daffin berjalan keluar meninggalkan ruangan.
Zanna menatap kepergian Daffin dengan tatapan yang tajam. Yang tak lain adalah tatapan yang penuh dengan kebencian.
Beberapa jam kemudian, waktu istirahat pun tiba. Dengan segera, Zanna bergegas keluar meninggalkan ruangan. Dan berjalan menuju tenda yang sudah menyediakan makan siang
Setibanya di dalam tenda. Zanna melihat semua anggota tim, dan para pegawai proyek lainnya, tengah menyantap makan siang mereka.
"Fira sama kak Bagas, dimana ya?" Batin Zanna sambil melihat dan mencari Bagas dan Fira. Zanna menghela nafas nya, ketika tahu Bagas dan Fira belum terlihat di tenda.
Walau begitu. Dengan segera, Zanna mengambil makanan. Setelah mengambil makanan, Zanna segera duduk di tempat yang masih kosong. Setelah duduk, Zanna segera menyantap makanan nya.
"Drrrt...drrrt...drrrt... drrrt..."
Zanna tersentak ketika ponsel yang ia simpan di saku celananya, bergetar. Dengan segera, Zanna mengambil ponselnya.
Zanna membelalakkan matanya, ketika ia lihat di layar ponselnya 'Si Menyebalkan' memanggil.
"Ish, ngapain... dia nelpon, aku?." Gumam Zanna yang malas.
Zanna menarik nafasnya dan membuangnya dengan kasar.
"Males ah. Nggak penting." Zanna pun mengabaikan panggilan tersebut dan melanjutkan menyantap makan siang nya.
Ketika tengah asyik menyantap makan siang nya, Zanna terkejut dengan kemunculan Bagas dan Fira.
Zanna melihat Fira dan Bagas yang sedang membawa makanan ,tengah mencari tempat duduk.
Dengan segera, Zanna melambaikan tangannya ke arah Bagas dan Fira.
"Kak Bagas, Fira.. sini." Teriak Zanna.
Fira dan Bagas melihat ke arah Zanna, mereka berdua berjalan menghampiri tempat Zanna berada.
"Hai, Zan." Sahut Bagas dengan nada bicara yang datar.
"Hai, kak Bagas, Fira." Balas Zanna yang tersenyum tipis sambil menatap kearah Fira dan Bagas secara bergantian.
Bagas duduk di seberang Zanna, disusul Fira yang duduk di samping Bagas.
Zanna terus menatap kearah Fira. Wajah Fira dan sikap Fira sangat berbeda dari biasanya.
Zanna pun merasa hal yang sama, pada Bagas. Sikap Bagas saat ini terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Bagas yang terlihat sangat ramah dan penuh dengan kelembutan, kini terlihat sangat dingin kepada Zanna.
Zanna menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar.
"Aku harus, meluruskan ini semua." Batin Zanna.
Selama beberapa menit, suana hening terjadi. di tempat Zanna, Bagas dan Fira berada. Mereka saling diam, tidak ada yang berbicara sepatah katapun.
Tak lama kemudian, Zanna pun memberanikan dirinya untuk membuka mulutnya.
"Eum..."
Ucapan Zanna terpotong oleh ucapan seseorang.
"Kenapa.. tadi aku telpon nggak di angkat..." Ucap Daffin yang membuat Zanna tersentak.
"Pak Daffin?!" Ucap Zanna yang terkejut. Tak lama kemudian Daffin, duduk di samping Zanna.
Fira, menatap tajam ke arah Zanna dan Daffin. Tak lama kemudian Fira pun pergi meninggalkan Zanna, Bagas ,dan Daffin berada.
"Fira." Pekik Zanna.
Tak lama kemudian, Bagas beranjak dari tempat duduk.
"Kakak, duluan ya, Zan. Pak Daffin ,saya duluan." Ucap Bagas yang beranjak pergi meninggalkan Zanna dan Daffin.
Daffin menatap kepergian Fira dan Bagas.
"Mereka kenapa.. kok malah pergi." Ucap Daffin datar .
Ucapan Daffin itu membuat Zanna semakin jengkel. Zanna memicingkan matanya ke arah Daffin ,tak lama kemudian dia pun pergi meninggalkan Daffin.
"Hei, kamu mau kemana?" Tanyanya sambil menatap kearah Zanna.
Zanna mengabaikan Daffin, dia pun mempercepat langkahnya menuju, ruangan.
Setibanya di ruangan. Dengan segera Zanna melanjutkan mengerjakan laporan.
Tak lama dari itu, Daffin muncul dan masuk ke dalam ruangan. Daffin menatap Zanna yang tengah fokus bekerja. Setelah itu, Daffin duduk di samping Zanna.
"Ih, ngapain sih. Nih, orang, duduk di samping aku." Batin Zanna yang melirik ke arah Daffin.
"Laporan nya udah sampai mana?" Tanya Daffin.
"Sebentar lagi beres, Pak." Jawab Zanna dingin.
Daffin menatap Zanna dengan heran. Kemudian dia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan lembut.
"Kamu, kenapa?" Tanya Daffin serius, sambil menatap Zanna.
Zanna menghela nafasnya dengan kasar.
"Hmm, nggak.. saya nggak kenapa-kenapa." Jawab Zanna dingin.
"Bohong!" Pekik Daffin.
Zanna memicingkan matanya ke arah Daffin, lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar.
"Harusnya, saya yang nanya ke Bapak. Kenapa Bapak, nggak menempati janji Bapak...."
"Kenapa..Bapak nggak menyangkal... kalau kita ini sebenarnya nggak pacaran..."
"Kita juga udah sepakat.. kan, Pak?. Kalau kita ini nggak akan melanjutkan pacaran pura-pura, ini. Terutama di tempat kerja. Tapi, kenapa.. Pak Daffin nggak menempati janjinya, dan malah.. seperti ingin melanjutkan, kebohongan ini?!" Ucap Zanna dengan penuh penekanan.
"Ya, udah kalau gitu, kita nggak usah bohong." Balas Daffin.
"Maksud, Bapak?" Tanya Zanna tidak mengerti.
"Iya kita.. nggak usah bohong.. kita pacaran beneran." Jawab Daffin dengan enteng.
"Apa?! pacaran beneran?." Batin Zanna sambil membelalakkan matanya.
"Gimana?" Lanjut Daffin. Sambil mengangkat kedua alisnya.
Zanna menatap Daffin, sambil menghela nafasnya dengan kasar.
"Bapak.. ini mau melawak, atau gimana sih. Gimana bisa coba..pacaran beneran.. tapi nggak ada rasa cinta sama sekali." Balas Zanna.
"Kata, siapa.. nggak ada." Batin Daffin sambil menatap kearah Zanna.
Daffin menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan lembut.
"Iya coba, aja. Seiring berjalannya waktu.. pasti rasa cinta itu akan muncul dengan sendirinya." Lanjut Daffin.
Zanna memicingkan matanya ke arah Daffin.
"Ini bos kenapa sih, ngajak aku jadi pacar benerannya.., ih males banget." Batin Zanna.
Zanna menghela nafasnya dengan kasar.
"Hmm, maaf pak saya nggak, bisa. Karena saya sudah menyukai seseorang." Ucap Zanna sambil beranjak dari kursi dan meninggalkan Daffin di ruangan.
Daffin menatap kepergian Zanna. Dia menghela nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar.
"Liat, aja.. aku bakal bikin kamu jatuh cinta sama saya, Zanna." Batin Daffin, sambil tersenyum tipis.
****
Sore hari, tepat pukul 17.00. Zanna sedang merendamkan tubuhnya di bathtub. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan untuknya. Karena itu, Zanna ingin menyegarkan tubuh nya yang lelah, dengan merendamkan tubuhnya di bathtub.
1 jam berlalu, Zanna sudah selesai melakukan aktivitas nya di kamar mandi.
Dengan segera, Zanna keluar dari kamar mandi dan segera menuju almari, untuk mengambil pakaian santai. Setelah itu, Zanna segera mengenakan nya ke tubuh.
Setelah berpakaian, Zanna menghampiri cermin, dan menatap wajahnya di cermin.
Tiba-tiba Zanna teringat akan perkataan Daffin, tadi.
"Hmm, Pak Daffin tuh kenapa sih... malah ngajak aku jadi pacar benerannya dia..,"
"Ish, sampai kapan pun juga ogah deh pacaran sama dia." ketus Zanna.
Ketika sedang bercermin. Zanna tersadar, jika sedari tadi, Zanna tidak melihat Fira.
"Hmm, Fira kemana ya.." Batin Zanna.
Beberapa menit berlalu. Zanna sudah menghubungi Fira. Namun, Fira tak juga menerima panggilan dari Zanna.
Zanna merasa sangat khawatir. Zanna pun berencana akan mencari Fira. Dengan segera, Zanna meninggalkan kamar hotelnya.
"Klekk"
Pintu kamar hotel, sudah Zanna tutup. Zanna membalikkan badannya. Dan segera melangkahkan kakinya.
Ketika akan melangkahkan kakinya, Zanna mengerjap ketika melihat Bagas yang sedang asyik memainkan ponselnya, berjalan melewati nya.
"Kak, Bagas.." Sapa Zanna sambil berjalan menghampiri Bagas.
"Ya, Zan. Kenapa?" Tanyanya dengan nada yang masih dingin.
Zanna menghela nafas nya dengan lembut.
"Kak, apa.. Kak Bagas ngeliat, Fira? soalnya, dari tadi dia belum pulang ke kamar." Ucap Zanna yang khawatir.
"Oh jadi dia belum pulang ya. Tadi sih dia bilang mau cari angin. Hmm, tenang, aja.. nanti juga pasti bakal pulang ke kamar..." Balas Bagas.
"Ya, udah kakak, duluan ya." Lanjut Bagas, sambil melangkah kan kakinya meninggalkan Zanna.
"Kak, bisa kita bicara sebentar." Ucap Zanna sambil menarik tangan Bagas.
"Iya udah boleh." Jawab Bagas singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Evi
lanjut kk
2021-07-24
0
Umi Kalimah
fira anek gak mungkin daffin mau sama kamu fir
2021-04-25
0
nofita eka sari
koq tiba² jadian sih thor
2021-01-05
2