...Happy Reading....
Raka mengajak Ara duduk di sofa panjang.
"Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Ada apa kak?" Ara menatap serius wajah suaminya.
"Kak Rafa mengirim hadiah pernikahan untuk kita."
"Hadiah pernikahan?" Ara mengulanginya.
"Iya, hadiah bulan madu ke Eropa dan sebuah rumah baru untuk tempat kita tinggal."
Ara tercengang.
"Hadiah bulan madu ke Eropa dan rumah baru?" mengulang kembali perkataan Raka.
Dia tidak menyangka Rafa memberi kado mewah pernikahan mereka.
"Iya sayang. Kak Rafa sudah membooking beberapa tempat di Eropa untuk kita honeymoon." kata Raka kembali."Tapi kalau kau ingin ke tempat yang lain__Amerika, Australia atau kau punya rencana sendiri?" tanya Raka melihat wajah Ara yang kurang senang dengan hadiah pernikahan.
"Tidak," kata Ara di sertai gelengan kepala.
"Terus?"
"Aku nggak suka pergi jauh."
"Kakak pikir kamu akan senang dan bahagia, apalagi hadiahnya gratis lho__."
"Bukannya aku tidak suka. Aku justru senang dan terharu atas kebaikan kak Rafa. Tapi sebentar lagi aku ujian. Aku ingin fokus belajar." Kata Ara memberi penjelasan.
"Lagi pula buat apa sih bulan madu sampai ke tempat jauh begitu, buang buang waktu dan duit aja. Lebih baik di rumah saja gak ngeluarin duit sepersen pun."
Raka tersenyum mendengar perkataan istrinya. Dia sudah tau Ara pasti akan menolak dan tidak suka kemewahan.
"Kakak nggak kecewa kan dengan penolakan ku? Kali aja kakak pengen bulan madu ke luar negeri __ atau kakak punya keinginan sendiri?!!" tanya Ara. Dia tidak mau egois. Dia harus tetap mengetahui keinginan suaminya mengenai bulan madu mereka. Kali saja Raka punya rencana bulan madu mereka.
Raka memegang kedua tangan Ara.
"Sayang, aku memang menginginkan momen bulan madu yang rindah buat kita. Tujuan ku untuk membuat mu senang dan bahagia. Tapi kalau kau lebih nyaman dan senang tanpa harus jauh jauh keluar negeri, aku akan mengikuti keinginan mu." kata Raka tersenyum.
Ara ikut tersenyum. Dia sangat senang dan bersyukur karena suaminya sangat memahami dirinya.
"Aku hanya tidak ingin kakak kecewa dengan penolakan ku. Terima kasih ya sudah mau mengerti aku!" katanya lembut. Dia mendekat kan wajah mereka dan mengecup bibir suaminya. Dan akhirnya berlanjut dengan ciuman panjang. Ara menarik bibirnya karena teringat sesuatu.
"Kak__!"
"Kenapa? Apa kamu berubah pikiran?" tanya Raka. Dia melap air liur di sekitar bibir Ara.
"Bukan itu. Aku sedang berpikir apa kak Rafa tidak akan kecewa dengan penolakan kita?"
"Kakak juga berpikir begitu. Karena kak Rafa itu adalah orang yang tidak suka penolakan. Apa pun yang menjadi keinginannya tidak boleh di bantah! Apalagi menyangkut kepentingan untuk kebahagiaan kita. Dia sangat peduli." kata Raka.
Ara terdiam mendengar penuturan suaminya. Raka juga pernah mengatakan padanya kalau kakak iparnya itu berhati dingin, keras. Orang yang memiliki sifat seperti itu sudah pasti pemarah.
"Sebaiknya kakak segera hubungi kak Rafa. Beri tahu dia kalau kita tidak ingin honeymoon ke Eropa." kata Ara segera.
"Ini sudah larut malam sayang, besok saja ya kamu bicara langsung sama kak Rafa." ujar Raka memegang kedua pundak istrinya.
Ara terperanjat"Aku? gak ah, aku takut." tolaknya.
"Takut kenapa? Kak Rafa orangnya baik sayang."
"Ya karena kakak adiknya, pasti bilangnya begitu. Sementara aku hanya adik iparnya. Aku belum tau sifat kak Rafa. Wajahnya saja aku nggak tau." kata Ara mendelik.
Di tempat yang jauh, sebuah wajah tersenyum mendengar perkataannya.
"Wajah kak Rafa itu mirip aku sayang! Kalau kau ingin tahu wajah kak Rafa, lihat saja aku." kata Rafa.
Ara menatap cermat wajah suaminya."Mirip kakak?"
Raka mengangguk.
"Apa kakak punya Foto kak Rafa?"
Raka menggelengkan kepala.
"Kak Rafa itu anti kamera. Dia tidak suka di foto! Ada sih fotonya tapi saat dia masih kecil, berumur 7 tahun! Kalau kau ingin tahu wajahnya sekarang, ya mirip aku ini. Tapi kak Rafa lebih tampan dari aku. Sangat tampan malah!" ujar Raka panjang lebar sambil membayangkan wajah Rafa.
"Tapi bagi aku, kakak lebih tampan dan gagah dari pria manapun di muka bumi ini!" kata Ara tersenyum dan mengecup kening suaminya.
Raka tersenyum lebar, dia langsung mengecup bibir istrinya.
"Kak Rafa meskipun punya hati yang dingin, keras dan tegas dia adalah pria yang hangat, sangat perduli pada keluarga! Dia bukan hanya sekedar kakak bagiku, tapi juga ayah. Dia sangat menyayangi ku sama seperti ayah menyayangi ku." Raka menjelaskan tentang kakaknya itu.
"Sejak papa meninggal, kak Rafa yang mengambil alih tanggung jawab keluarga. Dia bekerja keras untuk kami! Kak Rafa sangat menyayangiku, mama, kak Nesa, si kembar, juga melindungi kami. Meski kepedulian dan kasih sayangnya menggunakan cara dan aturan yang keras." sambungnya kembali.
Ara mendengarkan dengan cermat.
"Kalau kakak ipar sayang dengan keluarga ini, kenapa dia tinggal di luar negeri? Kenapa bukan dengan keluarganya di sini?" tanyanya kemudian.
"Kak Rafa kerja sayang, mungkin dia nyaman di sana! Dan untuk alasan lain Aku nggak tau." jawab Raka mengangkat ke dua bahunya.
"Kalau kakak ipar perduli dan sayang keluarga, dia pasti akan tinggal bersama kalian, atau paling tidak sesekali pulang ke rumah berkumpul bersama dengan keluarga. Tapi kok ini malah memilih hidup menyendiri di negeri orang. Seharusnya kakak ipar harus tahu, bahwa tempat ternyaman untuk mencari kebahagiaan adalah hidup bersama dengan keluarga sendiri. Hidup bersama dengan orang-orang yang kita sayangi dan juga menyayangi kita." ujar Ara.
Dia merangkul tangan kanan Raka seraya meletakkan kepalanya di lengan suaminya.
"Kakak jangan pergi jauh dari ku ya apapun alasannya. Aku gak mau jauh dari kakak. Karena keluargaku di dunia ini hanya kakak. Aku gak punya siapa-siapa selain kak Raka. Tempat aku berlindung, tempat aku mendapat kan rasa nyaman, cinta dan kasih sayang."
"Mengenai rumah baru hadiah dari kakak ipar aku tidak ingin itu. Aku mau tinggal di sini selamanya bersama kalian, aku gak mau jauh dari mama, kak Nesa, Cio Cia! Hanya kalian punya ku di dunia ini." sambungnya kembali.
Raka terharu mendengar isi hati istrinya itu.
Dia tidak menyangka istrinya punya pemikiran baik terhadap keluarganya, meski dia tahu mama dan kakak perempuannya tidak menyukai istirnya ini. Tapi dia yakin suatu saat nanti mama dan kakaknya akan menerima Ara sebagai menantu Artawijaya dan bagian dari keluarga mereka. Dia selalu berdoa dan meminta hal itu pada Allah.
"Kakak janji tidak akan meninggalkan mu sayang. Selamanya kita akan hidup di rumah ini bersama dengan mama, kak Nesa dan si kembar! Hidup berbagi dan saling melengkapi. Semoga saja hati kak Rafa akan berubah, dia akan pulang dan tinggal bersama kita di sini." katanya sambil membelai kepala istrinya itu lembut.
"Aamiin ___" sambung Ara mendoakan.
Raka menghadapkan tubuh istrinya ke depannya, memandangi wajah polos istrinya itu, membelai ke dua pipinya, kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir istrinya, menciumi bibir istrinya lembut dan hangat.
"Kamu benar sayang, tak perlu jauh-jauh untuk berbulan madu, di rumah sendiri pun bisa, bahkan di tempat kita sekarang ini juga tidak masalah." kata Raka mengedipkan mata kirinya dengan senyum nakal. Lalu kembali meraup bibir Ara.
Beberapa saat kemudian Ara menghentikan ciuman mereka dan menarik wajahnya."Cukup ah," katanya tersengal-sengal.
"Kenapa sayang?"
"Kalau ada yang masuk gimana?"
"Tidak akan ada yang berani masuk ke sini sayang." Raka kembali menghujani istrinya dengan ciuman.
Ara menarik wajahnya."Nanti kalau kakak ipar tiba tiba datang gimana? Ini kan ruang kerjanya." Ara menahan tangan suaminya yang kelayapan nakal.
"Kak Rafa sedang berada di Amerika sayang. Gak mungkin dia tiba tiba muncul gitu aja. Lagi pula di kamar kita ada Cio dan Cia, kasihan nanti mereka terganggu."
"Iya, tapi tetap saja aku tidak nyaman." Ara ngeles.
"Tidak ada yang perlu kamu khawatir kan. Gak ada yang berani masuk ke sini. Dan kak Rafa tidak akan mungkin datang! Sudah diam jangan bicara lagi. Kita bulan madunya di sini saja, seperti yang kau inginkan! Kita akan terus mencobanya sayang. Aku ingin menjadi suami yang seutuhnya bagimu. Aku ingin kau hamil dan kita akan segera memiliki anak." kata Raka seraya meraba perut istrinya.
Ara menatap wajah wajah suaminya yang tampak bahagia tapi terlihat pucat. Lalu dia mengangguk.
Raka tersenyum. Dia kembali ******* bibir istrinya, menghujaninya dengan ciuman. Perlahan posisi tubuh berubah. Ara di baringkan dan segera di tindih.
Ciuman panas penuh gairah terus berlangsung di iringi ******* ******* lembut. Ciuman Raka semakin liar, merambah ke telinga, leher dan turun ke dada. Kedua tangannya tidak tinggal diam, menjalar lembut ke perut, paha dan bokong istrinya.
"MATIKAN" suara cukup keras seseorang memberi perintah. Lalu dalam waktu dua detik layar smartphone itu mati total karena gerakan cepat seseorang.
Rafa memberi perintah pada Wisnu, sebelum ia melihat lebih jauh lagi apa yang di lakukan Raka dan Ara di ruang kerjanya.
Rafa membuang nafas kasar. Dia menopang ke dua tangannya di atas meja, memijit dahinya berulang dengan nafas memburu cepat tak beraturan.
Saat itu dia sedang memeriksa berkas kliennya sebelum di tandatangani. Wisnu datang dan memberi Ponsel kepadanya.
"Tuan__ lihatlah."
"Apa itu sesuatu yang penting?" Rafa bertanya tanpa menoleh, dia tetap fokus pada pekerjaannya.
Dia tau Wisnu pasti ingin memberi tahu sesuatu.
"Dari rumah utama." jawab Wisnu.
Gerakan Rafa terhenti.
"Tuan muda Raka ada di ruang kerja anda " sambung wisnu kembali.
"Raka memang selalu ke ruang kerjaku, Kau pun tau itu Wisnu." kata Rafa seraya melanjutkan kerjanya.
"Nona muda juga berada di ruang kerja. Nona muda baru saja masuk."
Rafa menghentikan pekerjaannya. Terdiam sesaat, lalu menatap Wisnu.
Wisnu segera meletakan smartphone itu ke depan tuannya. Lalu dia segera berlalu dari hadapan Rafa, menjauh sedikit.
Rafa meraih benda pintar itu. Dan mulai memperhatikan video yang sementara terjadi di ruang kerjanya. Dia melihat Ara yang berdiri dekat sofa putih memakai piyama tidur tipis panjang di atas lutut. Rambutnya di cepol berantakan sehingga memperlihatkan leher jenjangnya yang putih.
Rafa memasang headset di telinga. Dengan matanya yang tetap fokus pada layar. Meski ruang kerja tidak terlalu terang, dia dapat melihat gerak gerik Ara. Adik iparnya sedang memperhatikan ruang kerjanya dengan rasa kagum, lalu mendekat ke arah Raka yang tertidur lelap, berbisik sesuatu, mengecup dahi dan bibir Raka dengan tersenyum.
Kemudian Ara mendekati rak rak buku melihat buku yang tertata. Ara celingukan melihat setiap buku. Hingga matanya berhenti pada sebuah buku yang bertulis manajemen akuntansi dan perbankan. Buku itu menarik perhatiannya. Ara membuka halaman demi halaman dan membacanya dengan bantuan cahaya senter HP. Tidak berapa lama kemudian Raka datang mengagetkannya. Memeluk, menciumnya, kemudian mereka bercerita tentang hadiah ulang tahun dan penolakan. Berlanjut bercerita arti kebersamaan keluarga serta ketiadaan nya di rumah utama. Dan akhirnya berlanjut dengan ciuman yang lembut, panas liar penuh gairah. Raka yang mulai menelusuri bagian sensitif Ara membuat Rafa memerintah Wisnu untuk segera mematikan benda itu karena tidak ingin melihat adegan panas selanjutnya yang di lakukan oleh pasangan pengantin baru itu.
Bersambung.
Dukung author ya.....like, vote, kopi, rate bintang lima dan masukan ke favorit ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
kalea rizuky
hahahah kapok liat adegan/Facepalm/
2024-06-25
0
Afnan Az-Zahra
Jngn di lihat nnti qm frustasi 😄
2021-01-11
0
Nita Yunita
Eropa? orang kaya ke ujung dunia bisa .😁
aku mau thor
2021-01-04
0