...Happy Reading....
Setelah acara selesai, Raka segera mengajak Ara pulang ke rumah utama. Ara nampak deg degan, khawatir apa orang orang di rumah suaminya itu akan menerima kedatangannya? Terutama ibu mertua dan Nesa yang jelas jelas tidak menyukainya.
"Sayang, kamu gak usah khawatir sama mama dan kak Nesa. Mereka pasti akan menerima kedatangan mu. Apapun yang mereka katakan padamu nanti, cukup dengarkan saja." kata Raka menenangkannya.
Ara mengangguk. Dia sudah bertekad akan tutup telinga jika nanti akan mendengarkan perkataan buruk dari penghuni rumah Raka. "Apa di rumah kakak banyak orang?" tanyanya.
"Iya sayang, Cio dan Cia juga tinggal di sana. Kamu tau gak mereka udah gak sabar pengen bertemu denganmu."
"Benarkah?" tanya Ara dengan mata berbinar.
Raka sering menceritakan ke dua bocah itu padanya. Raka berkata kedua bocah itu ingin sekali bertemu dengan Ara.
"Tentu saja," Raka menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Tak berapa lama mobil yang membawa mereka memasuki gerbang yang sangat besar.
Ara mengarahkan pandangannya ke luar, dia melihat taman yang indah diterangi lampu hias yang besar dengan beraneka bentuk, dia juga melihat beberapa penjaga yang berdiri siaga. Sungguh besar dan megahnya rumah ini.
Para penjaga menundukkan kepala ketika mobil mereka lewat.
Tak berapa lama, mobil itu berhenti di depan pintu masuk utama.
Sopir segera turun dan membukakan pintu untuk mereka berdua.
Ara memperhatikan keadaan di sekitarnya dengan takjub.
"Apa ini rumah kakak?" tanyanya seakan tak percaya. Dia tau Raka memang berasal dari keluarga kaya, tapi dia tidak menyangka sekaya ini. Pantas saja ibu mertuanya tidak menyukai dirinya yang hanya gadis sederhana dari kalangan biasa.
"Iya sayang dan akan menjadi rumah kamu
juga." kata Raka tersenyum.
Raka memegang tangan Ara."Mari masuk."
Di depan pintu masuk sudah berjejer rapi para pelayan yang menunggu kedatangan mereka sejak tadi.
Mereka segera memberi salam dan ucapan selamat ketika tuan dan Nona mudanya.
"Selamat malam Tuan Muda, Nona Muda! Selamat atas pernikahannya." ucap mereka serentak seperti di komando.
Ara tercengang dengan sambutan yang begitu formal ini. Seperti dirinya adalah Nona muda benaran saja, dia bahkan tidak punya kehormatan untuk untuk mendapatkan sebutan terhormat itu.
"Terima kasih," jawabnya pelan sambil tersenyum seraya melangkah mengikuti tarikan tangan Raka yang menarik tangannya untuk masuk ke dalam.
Luar bangunan ini saja sudah membuat Ara takjub, apalagi bagian dalamnya, serba mewah dan indah membuatnya kembali tercengang.
Terlihat Maya dan Nesa sedang duduk menunggu kedatangan mereka. Menunggu dengan sangat terpaksa, karena perintah dari Rafa untuk menyambut kedatangan Ara dengan baik dan secara terhormat sebagai menantu keluarga Artawijaya di rumah ini.
Satu pesan dari Wisnu membuat Maya dan Nesa langsung patuh dan tidak berdaya menolak.
Setelah berbasa-basi menyambut kedatangan Ara dan Raka, keduanya segera masuk kamar.
"Pak sam, bapak tak perlu menyiapkan apa apa, Kami akan langsung ke atas. kalian istirahat saja." kata Raka kepada pelayan pria yang sudah berumur setengah abad itu, yang merupakan kepala pelayan di rumah ini sejak dirinya masih kecil.
"Baik tuan Muda, kamar anda juga sudah siap. Jika butuh sesuatu, bangunkan kami. Selamat beristirahat, saya permisi." jawab pelayan itu hormat, lalu segera kembali kebelakang bersama para pelayan lainnya setelah menundukkan kepala sesaat.
Raka segera menarik tangan istirnya ke atas menuju kamar tidur mereka yang merupakan kamarnya sendiri.
"Ini kamar kita sayang." katanya begitu sampai di depan pintu. Dia segera membuka pintu dan menarik tangan istrinya masuk, lalu kembali menutup pintu dan menguncinya.
Ara tercengang melihat dalam kamar ini. Terhias indah layaknya kamar pengantin. Raka pun tak tahu soal ini. Dia sangat senang.
Sam dan pelayan telah menghias kamar ini atas perintah Rafa.
"Kamar kakak sangat besar dan
mewah." ucap Ara menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan itu.
Raka mengendong tubuh istrinya tiba tiba, sontak saja membuat Ara terkejut. Raka membawa istrinya ke tempat tidur yang terhias indah dan mendudukkannya di tepi ranjang, dia pun ikut duduk di samping istrinya.
Raka menatap wajah mungil cantik dan manis di depannya ini, membelainya dengan lembut. Dari dahi, mata, pipi, hidung, dagu dan berhenti di bibir merah alami yang sudah lama menggodanya.
Sudah lama benda kenyal itu menggoda imannya. Membuat hatinya gelisah karena ingin sekali menikmatinya, tapi dia berusaha menahannya karena menjaga harga diri Ara sebagai wanita baik baik.
Raka mendekatkan bibirnya ke bibir Ara, dan mengecupnya.
Ara salah tingkah, wajahnya merah merona. Raka tersenyum melihatnya, lalu kembali mengecupnya dengan lembut.
Perlahan-lahan kecupan itu berubah menjadi sebuah ciuman lembut. Raka mengulum dan mengisap bibir atas dan bawah Istrinya lembut. Ara mendesah pelan berusaha mengimbangi ciuman suaminya, karena ini pertama kalinya ia berciuman di bibir seperti ini dengan kemauannya tanpa paksaan.
Raka bisa merasakan itu dari cara Ara yang membalas ciumannya dengan berantakan.
Raka mengentikan ciumannya ketika melihat Ara kehabisan nafas.
Tapi ciuman itu berlanjut kebagian jenjang milik istrinya yang putih. Mengecup dan mengigit kecil meninggalkan beberapa tanda merah di sana.
Raka sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi.
dia berhenti sejenak, membelai lembut wajah istrinya.
"Sayang, bolehkah aku memiliki dirimu seutuhnya? Bolehkah aku melakukannya? Tapi aku tidak akan memaksa jika kau belum siap." kata Raka meminta persetujuan, karena melihat Ara masih terlalu muda dan polos untuk melakukannya. Dia tidak tega untuk memaksa, untuk itu dia meminta persetujuan Ara terlebih dahulu.
Ara tersenyum malu-malu, lalu mengangguk pelan. Dia ikut membelai wajah suaminya, mengerti dengan maksud suaminya yang masih meminta persetujuannya.
Dia sudah pasrah bila Raka meminta haknya,
toh mereka juga sudah menikah, Raka sudah menghalalkannya.
Dan sudah sepantasnya dia memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suami.
Ara menatap wajah suaminya itu leka, wajah itu terlihat pucat. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi Rak langsung membungkam bibirnya, mencium dan ********** kembali dengan penuh gairah, setelah puas bermain di bibir, ciuman Raka beralih ke leher jenjang, tulang selangka istrinya dan terus ke dada.
Raka membuka pakaiannya dan pakaian istrinya seraya mengatur nafasnya yang tak beraturan. Peluh dingin mulai membasahi tubuhnya. Ara dapat merasakannya karena beberapa tetes jatuh ke wajahnya.
Setelah pakaian mereka lepas, Raka menatap nanar keindahan tubuh polos istrinya. Dia menelan ludah berulangkali. lalu membenamkan wajahnya ke dada istrinya, menikmati ke dua buah istrinya yang kencang. Ara mendesah menikmati setiap sentuhan dari suaminya.
Sesaat Raka berhenti lagi dan mengatur nafasnya yang memburu cepat tak beraturan, sala satu tangannya nampak menekan
dada kirinya.
Keringat dingin semakin banyak membasahi seluruh tubuhnya dan Ara kembali merasakan hal itu. Karena peluh dingin suaminya yang menempel di kulitnya.
Bahkan di lihatnya, wajah suaminya semakin pucat.
Ingin rasanya ia memberitahukan hal itu pada Raka, tapi gairah Raka sepertinya sudah tidak bisa di tahan lagi. Dia kembali menciumi dan menyentuh setiap sudut tubuh istrinya dari atas hingga ke bawah membuat tubuh Ara tegang.
Dia semakin mendesah dan mengerang seraya meremas rambut suaminya.
Malam semakin larut dan sunyi, tetapi tidak dengan suasana kamar Raka dan Ara,
yang di sana terdengar suara ******* dan erangan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Setelah menikah alangkah baiknya tinggal dirumah sendiri,jangan tinggal dgn Ortu,bisa aja sesuatu terjadi dlm rumah tangga karena campur tangan org lain,Apa lagi dr awal aja pernikahan yg gak di restui🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-01-22
0
🌻Ruby Kejora
Semangat trus kk
2022-04-30
1
Diary Tika
10 like kak
2021-08-06
0