Levina Varadita, berprofesi sebagai seorang model, umur 28 tahun dengan tinggi 175 cm, memiliki tubuh indah dan seksi, berkulit putih dan juga memiliki wajah yang cantik dengan polesan make up nya yang tebal.
Dia adalah kekasih Rafa Ravendro Artawijaya, Wanita yang beruntung mendapatkan hati Rafa. Keduanya menjalin hubungan sudah hampir 3 tahun.
Selama menjalin hubungan, Rafa mencintai dan memanjakannya. Apa pun yang menjadi keinginannya selalu di penuhi Rafa, termasuk dalam hal materi, tetapi masih dalam batas kewajaran.
CEO tampan dan kaya itu royal kepadanya,
sehingga membuat banyak wanita yang iri pada dirinya.
Rafa dan Levina bertemu di Singapura saat Levina di percayakan oleh sala satu agensi perusahaan menjadi endors untuk mempromosikan produk islami. Levina yang terlihat anggun lembut dan bersahaja di mata Rafa tak kala melihatnya dalam balutan busana muslim membuat Rafa jatuh hati.
Tapi ternyata di kehidupan nyata sangat bertolak dengan gaya hidupnya yang glamor serta sikap dan sifatnya yang kasar, memiliki pergaulannya yang bebas tanpa ada batasan.
Sikap buruknya yang di tutupi rapat rapat dari Rafa, tetapi pada akhirnya di ketahui Rafa.
Rafa sangat marah dan muak pada Levina karena merasa telah di tipu. Sudah empat bulan ini dia menjauhi Levina.
Dan hal itu yang di rasakan Levina. Setiap kali ia meminta bertemu, ada saja alasan yang di berikan oleh sekretaris pribadinya itu. Bahkan untuk berbicara dengan Rafa di telepon pun sangat sulit. Karena hanya Wisnu yang menerima teleponnya.
Padahal dulu Rafa suka sekali dekat dengannya. Setiap saat Rafa menghubungi nya meminta ingin bertemu dengan alasan Rindu, meskipun baru berpisah beberapa jam.
Tapi belakangan ini selama 4 bulan terakhir, hanya tiga kali mereka bertemu, itupun hanya sebentar karena Levina memaksa ingin bertemu. Rafa sudah enggan mau melihat bahkan jijik.
Dan untuk bertemu dengan Rafa, dia terlebih dahulu mencari keberadaan Rafa lewat orang suruhannya.
Levina khawatir hubungannya dengan Rafa akan berakhir, karena baginya Rafa adalah gudang duit, untuk memenuhi semua gaya hidupnya yang tinggi dan glamor.
Dan karena Rafa mulai menjauhinya membuat kartu kreditnya menipis, di tambah lagi akhir akhir ini dia sepi job.
Biasanya dalam satu bulan Rafa selalu mendapatkan uang saku ratusan juta kepadanya, yang langsung di transfer Wisnu ke rekeningnya. Bahkan saat mereka bertemu pun Rafa masih memberinya uang. Tapi tidak lagi sejak empat bulan terakhir.
Oleh karena itu Levina berusaha untuk bertemu Rafa, mempertahankan hubungan mereka dan ingin menanyakan alasan Rafa menghindarinya.
.
.
Taman kampus.
"Mendekati ujian semester makin banyak saja tugas tugas yang di beri." keluh Ines.
"Sudah begitu Nes kalau ingin belajar dan nuntut ilmu. Katanya pengen jadi sarjana, terus kerja buat membahagiakan ortu, tapi kok ngeluh?" sahut Cindy.
Ines cemberut dengan bibirnya yang mengerucut.
"Semangat." kata Cindy dan Ara bersamaan menyemangati sahabatnya itu sambil mengangkat lengan mereka. Ines kembali semangat sambil memasang wajah senyum.
"Ra, siang ini kamu jadi pulang ke rumah orang tuamu?" tanya Ines.
"Iya, sudah dua minggu ini aku gak
ke sana, aku rindu." jawab Ara sambil menyesap minumannya.
"Mau ku temani?"
"Gak usah Nes, aku bisa pergi sendiri kok. Lagi pula kamu harus menyelesaikan tugas mu."
"Kalau gitu aku saja yang temani kamu Ra! Kebetulan aku gak punya kesibukan apa pun." kata Cindy.
"Benar nih?"
"Iya Ra, asal jangan lama ya di sana, soalnya jam 7 malam aku udah janji mau menemani mamaku ke rumah pamanku!"
"Gak akan lama, karena aku juga harus segera pulang ke rumah sebelum kak Raka pulang kantor."
"Apa kamu sudah izin sama suamimu?"
"Iya sudah, tadi aku sudah telpon kak Raka dan dia memberi izin."
"Wah, aku jadi kepingin ikut deh." ujar Ines
"Tapi kamu kan punya tugas Nes."
"Nanti aja deh tugasnya, tapi kalian bantuin ya?" kata Ines tersenyum memelas.
Ara dan Cindy tak menjawab, mereka tersenyum saling pandang. Lalu kompak berdiri meninggalkan Ines.
"Hey tunggu aku dong." Ines segera berlari menyusul ke dua temannya itu seraya memakai kan tas ranselnya ke punggungnya.
Waktu menunjukkan jam 10 siang.
Rumah ke dua orang tua Ara terletak jauh dari pusat kota, memakan waktu dua jam untuk sampai ke sana. Ara memberikan lokasi kampungnya pada sopir taksi online, sesekali dia juga memberi petunjuk jalan.
Taksi itu berhenti di pekarangan rumah sederhana yang halamannya nampak bersih banyak di tumbuhi beraneka macam bunga sehingga menambah keindahan suasana pekarangannya. Mereka segera turun.
"Terimakasih kang Narto!" ucap Ara pada sopir langganan mereka ini.
Inilah rumah Ara, tempat di mana ia di lahir kan dan di besarkan dengan penuh kasih sayang oleh ke dua orang tuanya.
Rumah kecil yang berukuran 8x15 meter di bangun di atas tanah dengan ukuran Panjang 25 meter Lebar 15 meter. Hanya ini harta satu satunya yang di wariskan oleh orang tuanya.
Rumah yang penuh dengan banyak kenangan indah.
Tak terasa dua tetes air bening jatuh
di kedua pipinya.
"Ayah ibu, Ara kangen. Ara datang menjenguk kalian." gumamnya sedih di dalam hati.
"Eh ada nona Ara!" seru seorang wanita berusia 45 tahun yang melihat kearah mereka, dia segera mendekat.
"Assalamualaikum mbok imah." sapa Ara.
Ines dan Cindy juga ikut menyapa.
"Waalaikumsalam Non. Udah dari tadi ya?"
"Baru aja mbok!"
"Maaf, si mbok gak dengar Non datang!
Soalnya di dalam lagi ngajarin anak anak ngaji. Mari masuk Non." ajak wanita itu yang bernama Imah kepada mereka bertiga.
Mbok Imah segera berjalan ke depan untuk menuntun mereka masuk ke dalam.
"Ra, ini rumah kamu ya?" tanya Ines
"Iya, ini rumah bapak sama ibuku dulu waktu mereka masih hidup."
"Tapi katamu rumah ini kosong gak ada yang tinggal."
"Iya kamu benar, dulu setelah ibu meninggal dan aku masuk kuliah, rumah ini aku tinggalkan kosong, tapi enam bulan yang lalu rumah ini sudah ku jadikan panti Asuhan."
"Panti asuhan?" Ines dan Cindy terkejut.
"Nanti aku ceritain, ayo masuk kasihan mbok Imah sudah menunggu kita di dalam." kata Ara.
"Kak Ara, kak Ara." terdengar panggilan dari dalam rumah. Lalu keluarlah beberapa anak berhamburan berlari ke arah mereka.
Mereka berebutan menyalami Ara dan memeluknya bergantian.
"Assalamualaikum, Apa kabar adik adikku ?"
"Wassalamu'alaikum, alhamdulillah baik kak." jawab mereka hampir bersamaan.
"Kakak datang mengunjungi kalian! Kenalin ini kak Cindy sama kak Ines. Mereka adalah sahabat kampus kakak."
Anak anak segera menyalami Ines dan Cindy dengan sopan. Lalu mereka segera masuk ke dalam setelah mendapatkan makanan dan snack yang di beli Ara waktu di perjalanan tadi.
*****
Dukung author ya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
wkwk tertipu deh😂😂😂
2023-01-23
0
Qaisaa Nazarudin
Whaatt😱😱 Katanya Rafa tak tersentuh oleh wanita mana pun,jangan kan jd pacarnya,utk berbicara aja gak di ladeni,kok disini katanya ada kekasih dgn hubungan yg udah 3 tahun lg ckck🤔🤔😇😇😇 Mana nih yg bener??
2023-01-23
0
Remika Hasugian
komen apa
2022-05-05
0