...Happy Reading....
Setelah shalat isya bersama.
"Ante, ayo cepat ceritakan dongengnya." pinta si kembar sudah tidak sabar mendengar cerita dongeng.
"Baiklah, tapi sambil Cio dan Cia bobo ya, ayo kita ke kamar Cio dan Cia!"
"Aku mau bobo sama ante." kata Cia
"Aku juga, mau bobo di sini." Cio menimpali.
Raka yang saat itu sedang duduk di sofa sudut kamar sambil mengerjakan pekerjaan kantornya tersentak mendengar keinginan kedua anak itu.
Kalau ke dua ponakannya tidur bersama dengan mereka di sini, berarti dia tidak punya kesempatan bersama istrinya.
"Boleh ya ante aku sama Cia tidur di kamar ante?" pinta Cio kembali.
Raka pura pura batuk memberikan kode pada Ara dengan menggelengkan
kepal. Wajahnya memelas agar Ara menolak keinginan anak anak itu.
"Mama gak pernah menemani kami tidur. Mama juga gak pernah bacain kami dongeng sebelum bobok. Hanya mbak Sita yang melakukannya, kami sudah bosan sama Sita ante." tutur Cio sedih.
"Iya ante, setiap kami meminta pada mama, mama pasti akan membentak dan marah." sambung Cia dengan wajah cemberut.
Kembali hati Ara terenyuh, sedih.
"Mungkin mama lagi capek. Mama kan kerja dari pagi sampe malam sayang." katanya memberi penjelasan. Dia merangkul ke dua anak itu dengan perasaan iba.
"Kak Nesa, anak anak mu sangat butuh perhatian mu. Jangan mengabaikan mereka. Mereka masih kecil dan sangat membutuhkan cinta kasih sayang dan perhatian mu." gumamnya lirih.
Dia teringat dengan anak anak yang berada di panti Asuhan. Anak anak terlantar yang di abaikan dan di telantarkan orang tuanya, anak anak yatim yang sangat haus kasih sayang orang tuanya.
Dia menoleh pada Raka.
"Kak, boleh ya mereka tidur bersama kita?" pintanya dengan wajah sedih memelas.
Raka membuang nafasnya, hatinya ikut sedih. Dia mengangguk pelan. Hatinya juga terenyuh mendengar kata kata kedua anak itu tentang mama mereka.
"Baiklah, Cio sama Cia boleh tidur disini. Tapi sebelum bobok baca doa dulu ya?"
kata Ara. Si kembar mengangguk senang, lalu segera mengangkat ke dua tangan membaca doa tidur dan beberapa surat pendek bersama sama.
Ara mulai membacakan cerita dongeng dengan semangat, posisinya berada di tengah Cio dan Cia yang memeluknya dari samping. Ke dua anak itu mendengarnya dengan antusias.
Raka memberi isyarat pada Ara untuk meneruskan pekerjaannya ke ruang kerja Rafa yang berada ruang sebelah.
Beberapa jam berlalu. Entah sudah berapa lama Ara tertidur, dia terbangun. Melihat si kembar yang tertidur pulas setelah mendengar cerita dongeng.
Pelan pelan Ara bangun agar gerakannya tidak membangunkan mereka. Lalu memakaikan selimut ke tubuh anak anak itu. Dia meraih HP nya di Nakas dan melihat jam sudah pukul 11 malam.
Raka juga belum ada di kamar.
"Kakak pasti masih di ruang kerja kak Rafa." gumamnya.
Segera dia keluar menuju ruang kerja Rafa yang ada di sebelah. Perlahan ia membuka pintu. Keadaan ruang nampak sedikit gelap, tidak ada lampu yang menyala, hanya cahaya lampu taman yang masuk dari arah jendela menjadi sedikit penerang ruang itu. Ara melangkahkan kaki semakin masuk ke dalam. Matanya memperhatikan sekelilingnya dengan cermat, setiap sudut ruangan ini. Di sudut ruang dekat pintu masuk ada dua buah sofa putih panjang beserta mejanya.
Di ruang sudut yang sejajar dengan kursi sofa jaraknya sekitarnya 10 m terdapat sebuah meja dan dua buah kursi yang saling berhadapan di batasi oleh meja kerja itu, kursi yang satu milik Rafa dan yang satunya untuk tamu, meja itu adalah meja kerja Rafa.
Di belakang meja kerja ada sebuah rak besar berukuran 3 x 3 m yang menjadi tempat penyimpanan berkas berkas kantor dan buku buku penting kepunyaan Rafa.
Ara menoleh ke arah kiri. Matanya membulat takjub melihat beberapa rak buku menjulang tinggi yang berisi banyak buku. Inilah perpustakaan yang di katakan Raka tadi pagi. Ada 10 rak besar dan tinggi berdiri saling membelakangi.
Di sudut kanan paling belakang ruang kerja itu ada sofa untuk istirahat, dengan kursi panjang untuk meluruskan kaki dan juga ada dua buah bantal untuk menyandarkan punggung saat lelah dan letih karena pekerjaan. Sofa itu menghadap ke jendela sehingga bisa melihat pemandangan luar. Di depan kursi panjang ada meja kecil yang di atasnya ada laptop Raka yang sedang menyala. Raka sendiri nampak sedang tertidur lelap di sofa itu, cahaya lampu taman yang masuk nampak menerpa wajah tampannya.
Ara segera mematikan laptop suaminya, terus memperbaiki posisi kepala Raka yang miring.
Ia memandang wajah suaminya itu sesaat
"Sangat tampan meski sedang tidur." gumamnya tersenyum. Wajah itu di lihatnya sedikit pucat. Pelan pelan ia mengecup lembut dahi dan bibir suaminya secara bergantian.
"Selamat tidur sayang, semoga mimpi indah." bisiknya sambil tersenyum.
Lalu ia bangkit berdiri melangkah perlahan mendekati rak rak buku, ia menyalakan senter di HP nya sebagai penerang. Begitu banyak buku tertata rapi, semua buku di beri nomor, di tata sesuai abjadnya, warnanya, bentuk ukuran buku, dan juga sesuai dengan jenis tipe dan kelompoknya.
Ara mendesis kagum, karena baginya perpustakaan ini tidak kalah kerennya dengan perpustakaan di luar sana.
Ara juga melihat buku yang sesuai dengan jurusannya, akuntansi dan perbankan. Dia mengambil buku itu dan mulai membukanya halaman demi halaman. Jiwa membacanya meronta. Sambil berjalan mondar mandir ke sana kemari ia mulai membacanya halaman demi halaman sangat serius.
Dia tidak menyadari kalau Raka sudah di depannya, sontak gadis itu terkejut dan berteriak, Raka segera membungkam mulut istrinya itu dengan mulutnya sebelum penghuni rumah itu bangun.
"Ini aku sayang." kata Raka seraya menekan tombol saklar di sala satu rak yang ada di samping Ara, lampu menyala tapi hanya di satu titik.
"Kakak bikin kaget aja." Ara memukul pelan bahu suaminya. Jantungnya berdebar kencang.
"Kamunya sih yang terlalu serius sehingga gak lihat aku yang sudah berdiri lama di depanmu."
"Benarkah?" ucap Ara masih berusaha menenangkan diri.
"Ya iya dong sayang. Bibirmu tuh komat kamit kayak mbak dukun lagi baca mantra!"
Ara tertawa kecil.
"Kakak bisa aja! Kakak udah bangun? padahal tadi waktu aku tinggalin lagi tidur nyenyak."
"Ya memang, tapi itu sebelum kamu datang dan mengecup ini dengan bibirmu." Raka menunjuk bibirnya lalu bibir istrinya.
Tanpa permisi dia mencium bibir istrinya itu sesaat, lalu melepasnya.
"Kak, perpus kak Rafa keren banget, Semua tipe dan jenis buku ada di sini! Semuanya lengkap!"
"Kak Rafa itu sama seperti kamu sayang, sangat suka membaca, makanya dia pintar, sama seperti kamu!"
"Seperti aku?"
"Ya, karena kalian itu sama hobinya, suka membaca! Kak Rafa orangnya pintar bangat! Dulu, waktu dia belum terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor, dia selalu menghabiskan waktu seharian mengurung diri sini dengan membaca. Setiap ada terbitan buku baru, kak Rafa akan langsung membelinya." kata Raka menjelaskan.
Ara nampak mangut mangut.
"Terus, boleh nggak kalau aku baca buku di sini?"
"Boleh dong sayang, kamu tuh kan istri aku, anggota rumah ini!"
"Tapi ini kan ruang kerja kak Rafa, apa dia nggak marah jika ada orang yang masuk ke sini?"
"Orang yang mana? Hanya kita kok yang masuk ke sini.Tapi jika itu orang luar sudah pasti tidak di izinkan sayang, hanya kita kita aja. Aku, kamu, mama dan kak Nesa. Jadi kalau kamu ingin mencari referensi untuk tugas tugas kampusmu itu, kamu bisa mencarinya di sini." kata Raka menjelaskan.
Ara mengangguk tersenyum, senang skali.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Endro
suka sama sifat Ara
2022-03-28
0
Afnan Az-Zahra
hahah kyk mba dukun baca mntra 🤣
2021-01-11
1
Afnan Az-Zahra
😘😘😘👍
2021-01-11
1