“Kebetulan Manda jam segini ada kelas tambahan jadi ia tidak
bisa datang, maafkan putri saya”.
“Baiklah Tuan, kapan saya bisa mengukur Amanda, Anda bisa
menghubungi saya kembali”, ucap Lia sambil menutup buku catatannya.
“Maaf harus merepotkan Anda! Biarkan Manda sendiri yang
datang ke butik Anda Nona Lia!”, ucap Tuan Jeremy yang ingin mengakrabkan
putrinya dulu dengan calon kakak ipar. Dengan begitu Leon pasti tertarik juga,
pikirnya.
“Dengan senang hati Tuan, jika tidak keberatan. Kalau begitu
saya permisi dulu”, Lia beranjak dari sofa.
“Leon, antar Nona Lia sampai depan!”, Tuan Jeremy sengaja
memerintah anaknya.
“Cih, apa-apaan Papa ini. Ingin menurunkan wibawaku saja.
Sejak kapan aku harus mengantar tamu sampai depan. Biasanya mereka juga keluar
sendiri tanpa di antar”, gerutu Leon dalam hati namun ia tetap melakukan yang
Papanya minta tanpa berani membantah.
“Tidak usah Tuan, saya bisa sendiri, lagian nggak mungkin
saya nyasar di perusahaan ini Tuan”, Lia yang sadar mendapat tatapan kebencian.
“Jangan sungkan Nona, biarkan Leon mengantar sampai bawah”,
Tuan Jeremy memaksa.
Akhirnya keduanya berjalan beriringan ke arah ruangan.
Menjadi pusat perhatian para karyawannya. Banyak yang iri dan berpikir apa
istimewanya tamu ini sampai Direktur mereka turun langsung mengantarnya.
Sesampainya lift tertutup, Leon angkat bicara. Dari tadi ia
menahannya karena tidak mau mengecewakan Papanya. Tapi kali ini mereka hanya
berdua. Jadi bisa leluasa berucap dengan Lia.
“Saya tahu, Papa saya menyukai Anda. Tapi tidak dengan saya.
Jangan harap saya bisa suka dengan Anda. Menjadi teman Anda saja saya tidak
sudi”.
Seperti sayatan rasanya. Tapi Lia bukanlah orang yang lemah
hanya karena ucapan terus takut dan menangis.
“Apa maksud Anda? Anda berpikir terlalu jauh Tuan. Saya
hanya menganggap Anda dan Tuan Jeremy sebagai klien saya. Dan saya berhak
melayani sebaik mungkin karena Anda membutuhkan jasa saya”, balas Lia dengan
tegas.
“Oh benarkah?’, tanya Leon dengan senyum smirknya. Belum
mendapat jawaban dari Lia tapi pintu lift sudah terbuka.
Karena tidak ingin terus berdebat dan menjadi pusat
perhatian akhirnya Lia memilih untuk diam. Ia langsung menuju arah parkiran
tanpa menghiraukan Leon yang masih terus mengekorinya di belakang.
Ia segera masuk ke dalam mobilnya. Menyalakan mobil dan
memilih pergi melajukan kendaraannya. Berada di dekat Leon seakan diselimuti
hawa panas yang mematikan. Semakin berlama-lama dengannya serasa bertambah
pengap udara disekitar.
“Dasar wanita aneh tidak tahu sopan santun”, Leon memasukkan
kedua tangannya ke dalam saku celana sambil menatap kepergian Lia yang
mengacuhkannya. Ia berbalik ke arah belakang dan masuk kembali ke perusahaan.
Namun ketika hendak memasuki lift, tatapannya bertemu dengan beberapa karyawan wanita yang sedari tadi memperhatikannya.
“Apa yang sedang kalian lihat? Segera angkat kaki kalian
dari sini, kalau sudah tidak ingin bekerja!”, bentak Leon yang membuat mereka
ketakutan.
“Maaf Pak, tidak...! Kami masih membutuhkan pekerjaan ini”,
ucap salah satu karyawan dan segera berlari kembali ke mejanya.
Leon segera melanjutkan langkahnya. Menuju ke lift khusus
Dirut.
“Hufftttt....”, ia membuang nafas beratnya.
“Sial kenapa hari ini sangat sial. Apa maksud dan rencana
Papa kali ini?”.
Ia keluar dari lift dan segera masuk kembali ke
ruangannya. Papanya tersenyum melihat wajah kesalnya. Papanya tahu ia pasti
sangat kesal karena telah mengikuti kemauan Papanya mengantar Lia sampai depan
dan dilihat banyak karyawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
mutoharoh
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-07-08
1
mom_kiya
hadir
2021-05-14
2
ARSY ALFAZZA
sambungan jejak boomlike ❤️ Semangat Thor
2021-01-10
1