“Tidak perlu, saya sudah melihat hasilnya. Saya tidak jadi
mengambil gaun ini”, Caca secara sepihak membatalkan pesanannya.
“Baiklah, terserah Ibu saja. Carilah desainer lain yang
menurut Anda cocok!”, ucap Lia dengan tenang. Baru kali ini ia mendapati klien
yang menjengkelkan seperti ini. Bagaimana klien itu tahu kalau gaunnya tidak
pantas dibadannya dengan hanya sekali melihat saja. Dimana-mana harus dicoba
dulu baru bisa menyimpulkan cocok tidaknya.
Caca berlalu pergi meninggalkan butik begitu saja. Dari nada
bicara, penampilan dan sikapnya Lia sudah bisa menyimpulkan orang seperti apa
klien yang barusan datang ke butiknya itu. Ia memilih tak ambil pusing.
“Lalu bagaimana dengan gaun ini Bu”, tanya Ana yang kasihan
melihat bosnya di komplain klien.
“Pajang saja di patung sebelah sana. Siapa tahu akan ada
orang yang membelinya. Lagipula gaun itu sangat sempurna pasti akan sangat
cepat laku”.
“Baiklah Bu”, ucap Ana sambil berjalan menuju patung yang
ditunjuk Lia.
“O ya, saya mau istirahat sebentar. Kalau ada yang mencari
saya tolong suruh menunggunya di bawah saja”, pesan Lia sambil menaiki anak
tangga menuju lantai dua.
“Siap bos!”.
Ana dengan rajin dan telaten memasangkan gaun di setiap
patung. Biasanya ia bersama Rosa
karyawan Lia yang satunya. Tapi hari ini ia sendiri karena Rosa ijin tidak
masuk anaknya sakit. Ketika menaiki satu kursi untuk mengambil hanger di atas almari, ia dikejutkan dengan
sosok laki-laki di belakangnya.
“Aaaaaaaa”, hampir saja ia terjatuh dari kursi karena kaget.
Beruntung laki-laki itu berhasil menahannya.
“Berhati-hatilah jangan ceroboh”, ucap laki-laki itu yang tak
lain Bang Tohir.
“Anda datang dengan mengejutkan tiba-tiba berdiri di
belakang saya. Bagaimana saya tidak kaget dan hampir jatuh”, ucap Ana yang
terus mengomel. Ia belum tahu siapa orang itu.
“Panggilkan bosmu saya ingin bertemu!”.
“Anda siapa dan ada perlu apa bertemu dengan bos saya?
Beliau sedang istirahat”, ucap Ana.
“Saya tetangganya. Sampaikan saja begitu”.
Sejujurnya ia tertarik dengan Bang Tohir. Ia pun penasaran
apa hubungan bosnya dengan laki-laki di depannya itu.
“Kalau dilihat dari wajah dan penampilan, laki-laki ini
cukup matang umurnya. Apakah mungkin dia adalah tunangan Bu Lia? Ah tidak
jangan, pupus sudah harapanku nantinya kalau benar begitu kenyataannya”, Ana
berucap dalam hati dengan terus memandangi Bang Tohir.
“Kenapa bengong saja? Cepat panggilkan bosmu”, ucap Bang Tohir
yang berhasil membuyarkan lamunan Ana.
Ana yang sadar karena malu segera berjalan menaiki anak
tangga untuk memnaggil Lia. Ia mengetuk pintu ruangan Lia. Karena tidak
mendapat sahutan dari dalam kemudian memberanikan diri masuk ke dalam. Terlihat
Lia meringkuk di sofa.
“Bu, Bu Lia, di depan ada yang mencari Ibu”, Ana mengguncang
bahu Lia.
“Ehmmmm, siapa?”.
“Katanya tetangga Ibu”, ucap Ana.
“Baiklah lima menit aku akan segera turun ke bawah. Ambilkan
minum terlebih dulu untuknya”.
Ana mengangguk dan segera menutup kembali pintu ruangan Lia.
Ia segera mengambil minuman dingin yang berada di kulkas dan memberikannya
kepada Bang Tohir.
“Ini minumnya, Bu Lia lima menit lagi akan turun”, ucap Ana
sambil meletakkan minuman di meja dan segera pergi melanjutkan pekerjaanya.
Meskipun ia sangat penasaran dan ingin sekali berkenalan lebih dekat dengan
Bang Tohir tapi kurang sopan rasanya kalau ia menemani tamu bosnya duduk sampai
bosnya turun.
Yang udah baca jangan lupa like komen dan vote ya. Terimakasih atas dukungannya. Selamat membaca....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
like
2021-06-06
2
Abu Alfin
Ana jatuh cinta nih sama bang Thoyib eeh bang thohir
😊😊😊
Salam dari Cinta Asteria dan Isyaroh
🙏🙏🙏
2021-05-22
1
mom_kiya
suka
2021-05-14
2