Leon berjalan ke arah meja kerjanya tanpa menghiraukan Papanya yang masih terus senyum-senyum melihatnya.
"Kenapa mukamu masam seperti itu Leon?", akhirnya sang Papa angkat bicara.
"Apa maksud Papa? Menyuruhku mengantar wanita itu sampai bawah? Apa Papa sengaja ingin membuatku malu di depan semua karyawan?".
Papanya tertawa melihat Leon marah-marah dan menghujaninya dengan beberapa pertanyaan.
"Apa kau yakin tidak mengerti maksud Papa atau sengaja tidak mau tahu Leon?", Tuan Jeremy membalikkan pertanyaan.
"Aku tidak mau berdebat dengan Papa. Lebih baik to the point apa mau Papa", Leon mulai kesal dengan Papanya.
"Dia wanita yang baik dan mandiri Leon. Kamu pantas bersanding dengannya".
"Pa, Papa jangan ngaco. Aku belum mau menikah apalagi dijodohkan", ucap Leon dengan tegas.
"Berapa usiamu sekarang Leon? Bahkan teman-temanmu diluar sana sudah ada yang punya anak dua".
"Pa, menikah itu butuh kesiapan. Aku belum siap untuk menikah", Leon semakin kesal.
"Jangan bilang kau belum siap Leon. Karena bukan itu alasanmu yang sebenarnya".
"Apa maksud Papa?", Leon terkejut mendengar ucapan Papanya.
"Jangan pura-pura bodoh! Papa tahu kamu masih mencintainya. Wanita sialan itu. Mau sampai kapan Leon? Wanita itu tidak pantas untukmu. Dia yang memilih pergi meninggalkanmu demi pria lain".
"Pa, jangan sangkut pautkan dengan Caca. Dia bukan wanita seperti itu. Dia memilih jalan hidupnya seperti itu karena menyelamatkan perusahaan Papanya", Leon membela Caca mantannya.
"Jangan membela wanita itu di depan Papa. Kau terlalu dibutakan oleh cinta sehingga tidak bisa melihat keburukannya. Pikirkan ucapan Papa. Kau harus setuju dengan perjodohan ini!", Tuan Jeremy pergi meninggalkan ruangan.
Leon mengepalkan tangannya. Prankk....ia membanting vas bunga yang ada di meja. Meluapkan emosi yang sedari tadi di tahannya.
Ia mengambil wine di lemari kaca belakang meja kerjanya. Membuka tutupnya kemudian meneguknya. Berdiri ke arah jendela kaca. Merenungi ucapan Papanya.
Di dalam hatinya hanya ada Caca. Sampai kapanpun akan tetap Caca. Meskipun Papa dan adiknya berulang kali mengingatkan dan menunjukkan keburukan Caca padanya tapi ia tak pernah membenci wanita itu. Entah apa keistimewaan wanita itu. Sampai-sampai hati Leon terisi penuh olehnya.
Tok...tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
"Masuk!", ucap Leon.
Terlihat Mika memasuki ruangan. Karena sebelumnya Leon meneleponnya.
"Ada yang bisa saya bantu Pak", matanya tertuju dengan pecahan vas bunga yang berserakan.
"Bersihkan pecahan vas ini, kamu juga bisa meminta bantuan petugas cleaning service. Saya mau keluar sebentar. Usahakan sudah rapi dan bersih seperti semula ketika saya datang", Leon meninggalkan ruangan.
"Maaf Pak, jam tiga sore akan ada kolega yang ingin bertemu dengan Bapak", Mika mengingatkan.
"Baiklah, saya hanya pergi sebentar".
"Kenapa lagi bos Leon marah-marah gini? Bukankah tadi terlihat baik-baik saja ketika ada Tuan Jeremy disini?", Mika berucap setelah Leon pergi.
Mika heran dengan mood bosnya. Yang berubah-ubah seperti ABG labil. Bentar-bentar jutek, dingin sekalinya marah emosinya meledak-ledak.
Dan ini sudah yang kelima ia mengganti vas bunga di ruangan bosnya. Tapi ia tidak berani berkomentar. Bisa langsung dipecat dengan tidak hormat kalau sampai ia melakukan. Ia hanya bisa menuruti setiap permintaan bosnya sebaik mungkin. Tanpa membuatnya tersinggung.
Terimakasih buat yang selalu setia. Terus dukung author biar tambah semangat. Yang minta feedback pasti langsung cuss kok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Abu Alfin
boom like Thor
Salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
🙏🙏🙏
2021-06-09
2
Puan Harahap
11 like kk thor
⚘⚘Salam Pria Idola dan⚘ Menikahi Pria Urakan⚘⚘
2021-05-22
1
mom_kiya
lanjut
2021-05-14
2