DOR!
Peluru meluncur begitu saja dari pistol tepat mengenai target. Allferd berjalan secara perlahan penuh kehati-hatian, menarik pelatuk pistol sembari sembunyi di balik tembok sesekali dengan gerakan gesit. Sudah bertahun-tahun Allferd melakukan hal seperti ini.
Sesampainya ia di depan pintu ruangan yang Allferd yakini jika ruangan itu di tempati oleh Rodriguez, suasana di lantai ini terlalu sepi membuat Allferd sedikit tidak yakin dengan keadaan sekitar. Namun, mangsa sudah sepuluh langkah di depannya, maka Allferd harus mempercepat gerakannya mengingat sehabis ini ia harus langsung pergi ke Spanyol untuk menyusul Stella.
DOR!
Allferd menembak kunci pintu ruangan Rodriguez, dengan sekali hentakan Allferd berhasil membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Suara pistol terdengar secara serentak, seluruh orang yang berada di ruangan ini siap mengepung Allferd dengan pistol yang sudah siap di tangan mereka, hanya perlu menarik pelatuk maka peluru itu akan meluncur bebas menuju Allferd.
Sial, instingku benar jika semua ini adalah jebakan! Bodoh! Allferd terus merutuki kecerobohannya sendiri.
Sambil duduk di kursi kebanggaannya, Rodriguez bertepuk tangan, menatap remeh Allferd tak lupa dengan senyuman mengejek. Menyambut kedatangaan Allferd.
"Shit," gumam Allferd menyadari jika ia tak bisa bergerak banyak di saat seperti ini.
"Aku terjebak, rencana B." Itulah kalimat terakhir Allferd yang di sampaikan kepada Damian melalui alat radio berukuran kecil yang menempel di telinganya.
"Wohoo, Allferd Xander Maverick atau aku sebut saja kau Mr. X?" Rodriguez tertawa mendengar pertanyaannya sendiri, padahal tidak ada yang lucu di sini.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Allferd langsung tanpa basa-basi.
Rodriguez menaruh kedua kakinya di atas meja kebanggaan, bergaya angkuh dan menatap Allferd dengan remeh. "Stella Daddario,"
Rahang Allferd semakin mengeras, berusaha tenang sebisa mungkin. Entah sejak kapan hanya dengan menyebut nama Stella emosi Allferd menjadi mudah terpancing. Pria itu terlalu sensitif jika membicarakan tentang Stella.
"Tenang saja, aku hanya menginginkan Stella bukan dirimu. Kau serahkan Stella kemudian urusan ini akan sekesai, mudah bukan?" Lanjut Rodriguez karena Allferd tak kunjung membuka suaranya.
"Kenapa dia? Kenapa bukan aku?" Tanya Allferd penuh penekanan di setiap katanya, melemparkan tatapan tajam kepada musuh.
"Kenapa bukan dirimu?" Rodriguez tersenyum miring mendengar pertanyaan Allferd.
"Sebab sejak awal urusanku hanya dengan keluarga Stella dan tidak ada hubungannya dengan dirimu," Rodriguez memberi penjelasan, Allferd mengernyitkan dahinya karena merasa tidak mengerti dengan kalimat yang di lontarkan oleh Rodriguez.
"Kau masih tidak mengerti?" Lagi-lagi Rodriguez tertawa melihat raut wajah Allferd yang masih terdiam tanpa ekspresi.
"Urusanku dengan Stella hanya akan berakhir jika aku telah menghabisi Stella dengan tanganku sendiri," Rodriguez menatap telapak tangannya, membayangkan jika darah Stella melumuri telapak tangannya.
"SIALAN KAU ********!"
Allferd mendongkan pistol ke arah Rodriguez, gerakan Allferd barusan serentak dengan gerakan anak buah Rodriguez yang semakin mengepung Allferd seraya mendongkan pistol ke arah kepala Allferd. Menyadari banyaknya pistol yang tertuju ke arah Allferd, pria itu tersadar jika ia tak seharusnya banyak bertingkah di saat terancam seperti ini. Tak hanya Allferd yang terancam, Stellapun lebih terancam dari pada Allferd meski berada di benua sebrang.
"Seandainya aku mati hari inipun Stella akan tetap terbunuh melalui orang-orangku,"
Mendengar apa yang Rodriguez katakan membuat Allferd menurunkan pistol. Otaknya sedang berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tak boleh terlalu gegebah atau tindakan itu akan mengakibatkan kecerobohan yang fatal.
"Jadi, apa selanjutnya?" Tentu saja Allferd harus menanyakan hal itu, ia ingin tahu apa rencana Rodriguez selanjutnya.
"Mari kita buat kesepakatan,"
Ekspresi Allferd masih sama, tetap tenang meski ia tak bisa membohongi diri sendiri jika Allferd sudah bernafsu untuk menghabisi sialan di hadapannya ini menggunakan tangan Allferd sendiri.
"Aku akan memberikanmu waktu lima hari untuk membawa Stella kehadapanku,"
"Jika aku tidak mau melakukannya?" Tantang Allferd.
"Adikmu Caryn Valentina Maverick, akan aku bunuh. Sejak kau masuk ke dalam permainan ini sudah banyak bahaya yang menghampiri adikmu itu," balas Rodriguez santai.
"SIALAN KAU ********!" Teriak Allferd murka.
BRAK!
DOR! DOR! DOR!
Kejadian berlangsung begitu cepat saat Damian bersama anak buah Allferd lainnya masuk ke dalam ruangan ini dengan sekali hentakan dan langsung meluncurkan pistolnya dengan gesit menghabisi orang-orang yang mengepung Allferd tadi hanya dengan hitungan detik. Kini ruangan Rodriguez sudah banyak jasad dimana-mana, ralat bahkan hampir di gedung ini jasad berada di mana-mana dengan luka tembak.
Lagi-lagi Rodriguez berdecak kagum melihat kemampuan dalam menghabisi anak buah Rodriguez, namun decak kagum Rodriguez dalam artian tertawa jahat. "Luar biasa, sekarang keadaan terbalik. Aku di kepung oleh anak buahmu Mr. X,"
"Tahan tembakan," ucap Allferd pelan.
"Sudah ku katakan bukan jika aku mati hari ini, adikmu dan wanitamu akan tetap terbunuh. Kaki tanganku berada di mana-mana,"
"Kaki tanganku adalah pembunuh bayaran hebat, mereka sudah ku bayar dan tidak akan berhenti untuk mencoba membunuh kecuali atas perintahku langsung. Kau tahu Mr. X? Banyak pistol menodong tertuju kepada adik dan wanitapun tanpa sepengetahuan siapapun. Aku mati, tak ada yang bisa menghentikan mereka."
Allferd mengepalkan tangan, amarahnya sudah memuncak, ingin sekali ia meluncurkan beberapa peluru sekaligus ke arah kepala Rodriguez seandainya Allferd bisa melakukan hal itu sekarang.
"Untuk hari ini aku akan membiarkanmu pergi dengan tenang, dan jangan lupa kesepakatan kita Mr. X." Rodriguez mengedipkan matanya sebelah lalu beranjak begitu saja pergi dari ruangannya, meninggalkan Allferd bersama anak buahnya.
"Allferd, kesepakatan apa?" Damian mengajukan pertanyaan setelah perginya Rodriguez.
"Kau tahu bukan jika aku tak sebodoh itu untuk menyepakati kesepakatan, apa lagi kesepakatannya dengan ******** itu." Desis Allferd kesal.
"Tentu saja aku tahu, aku sudah sangat mengenalmu." Sahut Damian.
Allferd menghela napas, berusaha meredakan emosinya yang masih memuncak meskipun Allferd terlihat begitu tenang tapi sorot matanya tak bisa di bohongi.
"Jika dalam lima hari aku tidak membawa Stella kehadapan Rodriguez maka Caryn akan mati,"
Meskipun terkejut dengan perkataan Allferd, Damian berusaha menetralkan sikapnya. "Jadi, apa langkahmu selanjutnya?"
"Pergi menyusul mereka ke Spanyol."
***
Dahi Stella mengernyit saat mendengar suara operator yang membalas panggilannya. Panggilan ini sudah ke tujuh kalinya, Stella berdecak kesal karena pemilik ponsel di sebrang sana tak kunjung aktif.
"Tidak di angkat?" Sahut Caryn melihat ekspresi Stella yang tak mengenakan.
Stella menggelengkan kepalanya, "tidak aktif,"
"Sudahlah, kakakku memang selalu sibuk." Ucap Caryn menenangkan Stella, Allferd memang selalu begitu. Pria itu tak akan hadir ketika di butuhkan lalu akan muncul secara tiba-tiba tanpa di undang.
Syuting bagian adegan Stella baru saja selesai, selama Stella berakting Caryn memperhatikan gerak-gerik Stella selama di balik layar dengan tatapan penuh kagum. Tak heran jika penggemar Stella terbilang begitu banyak, padahal wanita itu masih muda.
"Oh iya, aku tidak melihat Samuel sejak tadi. Dimana dia?" Stella mengedarkan padangannya ke sekitar, mencari pria berjiwa dingin itu namun Stella tidak menemukan kehadiran Samuel.
"Dia sedang menyelesaikan urusannya," jawab Caryn seadanya.
Caryn sangat tahu jika Samuel adalah sosok iblis yang tak akan bisa di kalahkan oleh manusia begitu saja, tapi sejak percakapan terakhir mereka tadi pagi Samuel menjelaskan jika ada beberapa pergerakan yang mencurigakan sejak kedatangan Stella dan Samuel berniat untuk mendatangi orang-orang mencurigakan itu tentu saja Caryn sudah tahu apa yang akan Samuel lakukan.
Orang yang di datangi oleh Samuel akan menghilang di waktu selanjutnya. Kata lainnya, mereka akan mati di tangan Samuel.
Caryn jadi teringat dengan kejadian lampau saat pertemuan Caryn dan Samuel untuk ke dua kalinya, ada pria mabuk menggoda Caryn, Samuel pamit seraya berkata untuk mendatangi pria mabuk itu. Keesokan harinya, Caryn tidak dapat menemukan kehadiran pria mabuk itu dimanapun bahkan pria mabuk itu tak pernah lagi mengunjungi kelab miliknya hari selanjutnya Caryn mendapatkan kabar jika pria mabuk itu sudah mati.
"Samuel!"
Samuel tersenyum tipis menghampiri Caryn dan Stella, bahkan tanpa perlu Caryn panggilpun Samuel akan tetap mendatangi mereka.
"Astaga, kau pergi tanpa kabar sejak percakapan terakhir kita tiga belas jam yang lalu. Bukankah sudah ku katakan lebih baik kau memiliki ponsel agar aku mudah menghubungimu,"
Caryn tak bisa menyembunyikan kecemasannya saat melihat Samuel yang sudah berdiri di hadapannya. Padahal Caryn sangat tahu jika kecemasannya hanyalah sia-sia dan Caryn tentu saja tahu jika pria berjiwa dingin itu akan selalu baik-baik saja dimanapun Samuel berada.
"Maafkan aku, aku hanya pergi sebentar." Samuel memeluk Caryn sebagai tanda permohonan maafnya karena sudah membuat wanita ini menunggu.
"Sudah, lupakan saja. Kau dari mana saja?" Tanya Caryn seraya melepaskan pelukan mereka. Meskipun begitu Caryn tetap penasaran apa yang sehabis pria itu lakukan, memastikan jika asumsinya benar.
"Aku? Hanya menyelesaikan beberapa urusan saja. Aku tidak bisa membicarakan hal ini denganmu sekarang, aku harus membicarakannya dengan kekasih Stella," jawab Samuel, pria itu melirik Stella yang duduk di sebrang mereka.
"Kakakku? Allferd Xander? Apa kau bercanda Sammy? Bahkan kalian belum pernah bertemu sekalipun," Caryn menatap Samuel bingung.
"Tidak, aku serius. Aku harus berbicara dengan Allferd,"
Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Stella mengeluarkan suara, menatap Samuel dengan intens.
"Kalian. Kau dan Allferd, tenyata tak ada bedanya."
"Apa maksudmu Stella?" Caryn tidak mengerti dengan apa yang Stella katakan barusan.
Stella meneguk salivanya dalam, bau anyir darah masih tercium jelas dari tubuh Samuel.
"Kalian berdua sama. Seorang pembunuh. Bukankah aku benar Sam?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
rednow
lucifer....lucifer...lucifer...
aaaahhhh....kereeeeeeenn....
2021-03-28
2
Anonymous
aku tunggu season 2 nya yah thor😭😘😘😘😘
2020-06-13
1
Oppung
keren ceritanya thor. i lop youu
2020-04-23
7