Psychopath Obsession - 06

Stella tersenyum sambil memainkan ponsel kemudian duduk di kursi yang telah di sediakan untuknya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari ponsel.

Syuting untuk serialnya sudah selesai malam ini, karena menggunakan pemain pengganti maka, skripnya juga ikut di ubah, adegan terakhir bukan berada di tangan Stella.

Sambil sesekali menyesap kopi panas yang berada di meja kecil samping kursi yang telah di sediakan, jari-jari lentik Stella dengan handal menari-nari di atas layar ponsel. Stella sibuk membalas pesan dari kekasihnya.

"Stel," panggil Jade, sedangkan orang yang di panggilnya hanya membalas panggilan itu dengan gumaman tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari ponsel.

"Kau ingin ikut minum untuk merayakan berakhirnya serial ini?"

Stella menggelengkan kepalanya, "aku sedang tidak ingin mabuk, kau saja yang minum. Aku akan pergi ke DE,"

"Wilmington, Delaware? Pergi untuk menemui keka—"

"Ssstt," potong Stella cepat sebelum Jade menyelesaikan kalimatnya.

Jade tersenyum, "kau mau di antar atau membawa mobil?"

"Aku akan pergi menggunakan bus, hanya 14 dollar. Aku akan pergi ke Pennsylvania Station menggunakan taksi." Stella memasukan ponsel yang sudah di matikan daya ke dalam tas slempangnya, tentu saja Stella sudah memikirkan rencana ini dengan sebaik mungkin.

Setelah semalaman bersama Allferd membuat Stella harus lebih berhati-hati terhadap sosok Allferd yang bisa mengetahui apapun yang bahkan tak bisa di tebak oleh Stella. Jika Stella pergi membawa mobil atau di antar, plat nomorlah yang menjadi masalah. Lebih baik ia pergi menaiki angkutan umum saja, itu lebih baik berada di antara banyak orang untuk menghindari pria segila Allferd.

Kekasihnya bernama Richardos Zach, pria itu adalah kekasihnya sejak 4 tahun silam saat usianya masih menginjak 20 tahun. Hubungan asmara mereka tidak pernah di publikasikan kepada media, hanya orang terdekat saja yang mengetahui hubungan asmara mereka. Zach adalah pria terbaik di antara semua pria baik yang Stella kenal.

Stella memutuskan untuk mempublikasikan hubungan asmara mereka kepada publik setelah bertunangan dengan kekasihnya yang ia sendiri tidak tahu kapan mereka akan bertunangan.

Zach adalah seorang pilot muda berusia 26 tahun, ia menjadi pilot semenjak usia 20 tahun. Pendapatannya dalam setahun mulai dari $63,739 hingga $134,090.

Selagi malam ini hingga besok Zach sedang libur begitu juga dengan Stella yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, akhirnya Stella memutuskan untuk pergi ke Wilmington yang tak lain adalah kota tempat tinggal Zach. Stella sudah memberitahu jika ia akan datang dan meminta Zach untuk menjemputnya di tempat pemberhentian bus.

Stella memperhatikan setiap pemandangan yang di lewatinya menggunakan bus, kedua telinganya yang ia sumpal menggunakan earphone membuat dunia Stella teralihkan begitu saja. Perjalanan selama hampir 2 jam telah di tempuh oleh Stella, saat perempuan itu turun dari bus dan melihat sosok Zach yang sudah menunggunya membuat senyuman Stella semakin mengembang.

Zach langsung membawa Stella ke dalam pelukannya. "I miss you so bad,"

"I miss you too,"

Zach merangkul Stella kemudian membawa perempuan itu masuk ke dalam mobilnya yang akan melaju dengan tujuan penthouse milik pilot tampan itu.

***

Stella menuangkan sampanye ke dalam gelas kaca berkaki, sedangkan Zach duduk di sofa sambil menonton televisi yang sedang menayangkan serial yang di bintangi oleh Stella.

"Kau terlihat luar biasa saat adegan jatuh dari atap gedung bersama Andrew," komentar Zach tanpa mengalihkan perhatiannya dari tontonannya.

"Itu salah satu adegan terbaik menurutku, Andrew memperlakukanku dengan sangat baik ketika aku sedikit takut hendak melakukan adegan itu." Sahut Stella lalu ikut duduk di sebelah Zach.

Zach menerima gelas sampanye kemudian menyesapnya secara perlahan. "Andrew sepertinya memperlakukan kekasihku ini dengan sangat baik. Aku menjadi simpati dengan berita kematiannya,"

Stella menghentikan gerakannya mendengar perkataan Zach, tentu saja ingatannya tertuju kepada seseorang yang sama sekali tidak ingin Stella ingat.

"Beritanya Andrew meninggal saat melakukan adegan syuting bersama mu, bagaimana kejadiannya?" lanjut Zach membuat Stella mendengus kesal secara perlahan, ia sama sekali tak berniat membahas soal yang berkaitan dengan sosok Allferd.

"Kami sedang syuting untuk adegan terakhir serial, tiba-tiba Andrew jatuh ke dalam pelukanku dengan kondisi sudah tidak bernyawa. Keluarganya juga tidak ingin melakukan autopsi demi menghargai jasad Andrew jadi hingga saat ini tidak ada yang tahu apa penyebab kematiannya," – ya, terkecuali aku yang mengetahui apa penyebab kematiannnya. Lanjut Stella dalam batinnya.

Mengingat kembali kejadian itu ketika Stella menemukan jarum di tubuh Andrew dan Stella melihat Allferd di lokasi syuting, sontak Stella langsung mencabut dan melepaskan jarum yang membunuh Andrew. Karena suasana yang ricuh dan Stella yang terlihat sangat panik sehingga tidak menimbulkan kecurigaan untuk Stella di selidiki, bertepatan juga dengan Allferd yang langsung menculik Stella dari lokasi syuting sehingga tidak ada yang mengetahuinya jika Stella menyimpan jarum mematikan itu. Padahal tidak ada alasan saat itu untuk Stella menutupi kedok seorang Allferd.

"Kau melamun baby?" Zach menyadarkan Stella dari lamunannya.

"Ah, maaf. Aku hanya teringat kejadian Andrew membantuku di hari pertama syuting." Dusta Stella.

Tangan Stella terulur mengambil gelas sampanye di atas meja kemudian menenggak minuman itu, kemudian suara pintu di dobrak berhasil mengejutkan pasangan itu apa lagi Stella yang langsung tersedak oleh alkoholnya.

BRAK!

"holy shit!" umpat Stella melihat pakaiannya yang basah karena tumpahan sampanye.

Kejadian begitu cepat, membuat Stella tak sempat untuk membersihkan tumpahan sampanye di pakaiannya. Tiba-tiba tangan Stella di tarik oleh seseorang, bukan Zach yang menariknya namun sosok Allferd yang begitu sangat mengejutkannya. Tidak ada waktu untuk Stella berpikir bagaimana Allferd bisa berada di sini dan memaki Allferd karena kelakuan lancangnya. Allferd menarik Stella ke dalam pelukannya kemudian menutupi mata Stella menggunakan tangan kirinya, tangan kanan Allferd langsung menarik pelatuk pistol sehingga terdengar suara tembakan yang begitu nyaring di telinga Stella.

DOR! DOR! DOR!

Mendengar bunyi tembakan yang di sebabkan oleh Allferd sebanyak 3 kali, tanpa sadar membuat Stella semakin mengeratkan pelukannya kepada Allferd. Suasana yang kembali hening membuat Stella bisa berpikir jernih kembali, segera ia menjauhkan dirinya dari Allferd.

Stella menganga melihat tubuh Zach yang sudah terbaring tak bernyawa dengan berlumuran darah, satu langkah membawanya mendekati jasad Zach dengan cepat Allferd langsung menarik Stella agar tidak mendekati jasad Zach.

"Jangan menyentuhnya karena kau akan meninggalkan sidik jari di tubuhnya,"

"Kau brengsek! Setelah Andrew, kau membunuh Zach?! Maumu apa ********? Apa karena Zach adalah kekasihku? Oh, atau karena aku telah menciumnya!?" bentak Stella di penuhi amarah, sedangkan Allferd hanya menatap Stella dengan tenang. Bahkan raut wajahnya terlalu tenang untuk seseorang yang telah membunuh.

"Zach yang brengsek," gumam Allferd penuh penekanan.

Stella mendengus sinis, menanggapi ucapan Allferd hanyalah omong kosong semata.

"Kau yang brengsek bodoh!" maki Stella meski nada bicaranya tidak setinggi tadi.

"Jika aku menjelaskannya kau pasti tidak akan percaya,"

Stella mengangguk dengan penuh keyakinan. "Oh, tentu saja! Aku tidak akan perah mempercayai semua omong kosongmu,"

"Kalau begitu ayo kita pulang,"

Stella menggelengkan kepalanya kemudian berlutut, mendekatkan posisinya dengan posisi Zach. Stella mulai terisak.

"Jelaskan, jelaskan kenapa kau membunuh Zach."

Allferd mensejajarkan posisinya dengan posisi Stella, ia merangkul Stella yang terus terisak. Bagaimana Stella tidak terpukul, 4 tahun menjalani hubungan dengan Zach sosok yang paling Stella percaya lalu kematian orang tersayangnya itu berada di depannya sendiri dengan alasan paling tidak masuk akal bagi Stella.

"Jangan membuang air matamu untuk pria brengsek seperti dia. Sudahlah, ayo pulang dan aku akan menjelaskan apa yang selama ini dia sembunyikan darimu." Jelas Allferd, jemarinya terangkat untuk mengahpus jejak sisa air mata Stella.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Stella dengan suara serak.

Allferd tersenyum tipis. "Karena aku tidak ingin kau terluka."

Sedangkan Stella tersenyum sinis,

"Alasanmu semakin konyol tuan Al,"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***