Tatapan Stella terpaku melihat televisi yang sedang menayangkan acara masak yang biasa di tonton oleh Stella—jauh sebelum ia bertemu sosok Allferd.
Di layar televisi itu Allferd terlihat ramah yang membuatnya semakin terlihat tampan.
Allferd akan menjadi sosok yang ramah ketika berhubungan dengan alat masak.
Tegas, dingin dan arrogant ketika menjadi direktur perusahaan IT nya.
Kejam, penuh dendam dan tidak pernah memandang bulu ketika menjadi psikopat.
Dan yang terakhir menjadi sosok labil, lembut, kejam, perhatian, penuh misterius di waktu bersamaan ketika sedang bersama Stella.
"Stel, ada apa dengan tatapanmu itu?"
Stella menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Jade. "Tidak."
Ponsel Stella bergetar, ada nama Maggie muncul di pemberitahuan ponselnya. Stella menunjukan layar ponselnya kepada Jade, memperlihatkan pemberitahuan dari Maggie yang masuk. "Aku ada urusan, kakakku ini tidak bisa di biarkan."
Jade mengizinkan Stella pergi dari hadapannya, Stella berjalan seorang diri keluar gedung stasiun tv menuju kafe terdekat untuk menghampiri Maggie—kakak Stella.
Ayah Stella pergi entah kemana dan tidak pernah kembali lagi sejak terakhir bertengkar dengan ibunya 9 tahun yang lalu. Stella terjebak bersama Maggie dan ibunya. Ibunya dan Maggie terus meminta uang kepada Stella untuk berfoya-foya, dan Stella sendiri tidak bisa menolak ketika mereka memaksanya.
Stella duduk di salah satu meja yang terletak di sudut kafe menggunakan kaca mata hitam agar tidak ketahuan oleh paparazzi jika ia mengunjungi kafe seorang diri di siang hari seperti ini.
Tanpa perlu menunggu Stella menyapanya, Maggie sudah menadahkan telapak tangannya terlebih dahulu kepada Stella.
"Berikan aku uang,"
"Kau tidak malu? Kau lebih tua dariku, kau seharusnya—"
BRAK!
Tanpa menunggu Stella menyelesaikan perkataannya Maggie memukul meja memotong pembicaraan Stella.
"Aku kakakmu. Turuti saja apa kemauanku,"
Stella mengambil amplop berwarna putih dari tasnya, di berikan amplop berisi cek itu kepada Maggie.
Maggie tersenyum puas menerima amplop tersebut.
"Baiklah, ini setimpal. Aku pergi, dah!" Maggie menepuk bahu adiknya sebanyak dua kali sebelum pergi meninggalkan kafe.
Selang beberapa menit setelah Maggie keluar dari kafe, terdengar suara keributan tak jauh dari letak kafe tersebut, karena penasaran Stella ikut keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Tak sampai 10 meter sumber keributan itu dari letak kafe, Stella menghampiri kerumunan orang-orang. Ia menutup mulutnya tak percaya melihat apa yang terjadi di hadapannya.
Maggie, kakaknya sudah tergeletak tak berdaya di pinggir jalan.
Tidak ada darah, tapi denyut nadinya sudah tidak berdetak kembali.
Hanya satu nama yang terlintas di kepala Stella. Siapa lagi jika bukan Allferd?
Mata Stella menyipit melihat salah satu mobil sport yang terhenti di pinggir jalan, mobil sport berwarna kuning itu rasanya sudah tak asing lagi di mata Stella.
Kaca mobil itu gelap membuat Stella merasa tidak yakin jika itu mobil milik seseorang yang di kenalinya.
Saat kaca jendela di turunkan dan terlihat ada seorang pria sedang duduk dengan tenang menghadap depan. Pria itu memakai kaca mata hitam, dan gotcha! Itu adalah Allferd.
Sontak Stella segera berlari menghampiri mobil itu dan segera masuk, sepertinya Allferd memang sengaja tidak mengunci pintu mobilnya.
Setelah Stella duduk manis di sebelah Allferd, segera Allferd menutup kemali kaca jendela mobil dan melesat pergi menjauhi tempat kejadian dengan kecepatan tinggi.
"Kau membunuh Maggie?" Tanya Stella tanpa basa-basi.
"Dia hidup hanya berfoya-foya menggunakan uang hasil kerjamu, dan aku tidak suka itu." Jawab Allferd sangat tenang, begitu tenang, dan terlalu tenang untuk seseorang yang telah membunuh.
Stella memejamkan matanya menahan semua emosi yang terpendam kepada Allferd. Ingin marah? Percuma! Maggie telah tak bernyawa, marah kepada Allferd tidak akan membuat Maggie hidup kembali.
"Kenapa kau memberikan uang kepada wanita itu yang notabenya sebagai kakakmu? Kenapa dia tidak bekerja saja? Kenapa kau selalu menuruti keinginan dia?" Allferd menghujani Stella dengan berbagai macam pertanyaan, tidak mengerti atau menghargai bagaimana perasaan Stella sekarang karena kehilangan sosok kakaknya.
Percayalah, setidak suka apapun Stella kepada kakaknya tetap saja Maggie adalah kakak kandungnya, satu-satunya saudara yang Stella miliki.
"Aku kira sejak pertemuan kita terakhir, kita tidak akan bertemu kembali." Stella tidak menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh Allferd.
"Apa maksudmu?" Allferd tidak mengerti.
"Berhentilah membuat hidupku kacau,"
"Aku bukanlah mainanmu! Kau mengabisi orang-orang di sekitarku! Kau psikopat gila yang pernah ku temui! Dan, aku membencimu ********!" Stella mengeluarkan semua rasa kesalnya yang ia simpan selama ini terhadap Allferd. Lebih baik ia di khianati dari pada kehilangan orang-orang di sekitarnya. Jika di khianati, setidaknya Stella tidak akan kehilangan orang itu untuk selamanya.
Mendengar bentakan Stella, sontak Allferd langsung menginjak pedal rem dalam-dalam membuat Stella terhuyung ke depan, untung saja ia memakai sabuk pengaman jika tidak mungkin saat ini kepalanya sudah membentur dashboard mobil.
"Kau membenciku?" terdapat nada dingin di balik setiap pertanyaan Allferd meskipun Allferd bertanya tanpa menatap Stella sedikitpun.
Stella sempat bergidik mendengar pertanyaan Allferd, tapi sebisa mungkin Stella mengumpulkan keberaniannya untuk melawan Allferd. Pria itu terlihat menyeramkan dan misterius di waktu bersamaan.
"Iya aku membencimu!" Balas Stella tanpa ada nada ragu sedikitpun di balik kalimatnya.
Allferd tersenyum miring, membuat terlihat semakin menyeramkan di mata Stella. Tanpa Stella duga, Allferd mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Di dekatkan pisau kecil itu ke pipi mulus Stella.
Jika Allferd menggoreskan benda tajam nan lancip itu ke pipi indah Stella, bagaimana dengan nasib pekerjaannya sebagai seorang aktris dan model?
Stella meneguk salivanya dalam, mengumpulkan semua keberanian untuk membalas tatapan tajam yang sedang Allferd layangkan kepadanya dengan jarak satu jengkal saja.
"Kau mirip seperti dia, tapi kali ini kau tidak mirip dengannya." Ucap Allferd dengan suara pelan yang terdengar menusuk di indra pendengaran Stella.
"Aku bukan bonekamu, brengsek." balas Stella penuh penekanan.
"Aku hanya ingin memilikimu, seorang diri. Apakah itu salah?" Allferd menggoreskan ujung pisau itu di pipi Sella secara perlahan membuat Stella semakin gemetar ketakutan dan air matanya jatuh tidak seperti yang ingin Stella inginkan. Tapi bagaimana lagi, kali ini ketakutannya terhadap Allferd tidak bisa di tutupi lagi.
Luka yang di timbulkan Allferd semakin perih ketika air mata mengenai lukanya.
"Kau takut denganku?"
Pertanyaan macam apa itu! Tidakkah Allferd lihat bagaimana ekspresi ketakutan yang sudah jelas di tunjukkan oleh Stella sekarang?
Stella tidak menjawab pertanyaan Allferd kali ini, Stella sibuk menahan perih di pipinya yang terus mengeluarkan darah.
Allferd menjauhkan posisinya dari Stella, kembali duduk seperti posisi semula.
"Kau egois," gumam Stella penuh penekanan.
Jari telunjuk Allferd terangkat, menunjuk dirinya sendiri. "Aku egois?" Allferd tertawa sinis.
Stella menarik napasnya dalam-dalam, kali ini ia tidak boleh kalah dari Allferd.
"Iya, kau egois! Kau ingin memilikiku tapi kau tidak mencintaiku, kau masih mencintai wanitamu!" Kali ini terdapat ketakutan di balik setiap kalimat yang di lontarkan oleh Stella.
Allferd menoleh ke samping dan kembali mendekatkan wajahnya kepada Stella. "Presetan dengan cinta! Aku hanya ingin memilikimu saja. Apakah itu harus mengatas namakan cinta?"
Stella membuka mulutnya hendak membalas perkataan Allferd, namun dengan cepat Allferd membungkam mulut Stella menggunakan mulutnya. Allferd memaksa Sella agar membalas ciumannya tetapi Stella tidak mau membalasnya sedikitpun.
Stella berhasil mendorong dada Allferd untuk menjauh darinya.
"Keparat. Kau memang tak punya hati,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Hesti Sagita
abis ngebunuh kakaknya besok tinggal emaknya Stella deh
2022-01-09
1
Lilis Ferdinan
enak bngt main bunuh aj,,, dikira nyawa org, nyamuk kali yahhhh,,,, emng psychopath,, 😌
2021-10-04
1
Khu Jaenab
makin seru aja
2021-10-01
1