Psychopath Obsession - 09

Stella tak menyangka jika Allferd akan membawanya ke tempat indah seperti ini. Pantai, sudah lama sekali Stella tidak mengunjungi pantai hanya untuk bersantai, karena terakhir kali Stella mengunjungi pantai 3 tahun silam hanya untuk pekerjaannya sebagai seorang aktris, syuting.

Allferd hanya diam duduk di atas kap mobil, memperhatikan Stella yang terus berlarian kesana kemari di pantai sesuka hati karena hari ini bukanlah hari libur yang membuat pantai ini akan sepi pengunjung.

Dengan rambut dirty blonde Stella bersama sifat kelakuan perempuan itu seakan menjadi replika dari seorang Julia—mendiang kekasih Allferd. Hubungan asmara Allferd bersama Julia sudah berlangsung lama sejak mereka masih duduk di bangku sekolah jenjang atas, tentu saja itu bukanlah waktu yang sebentar untuk menjalin hubungan cinta apa lagi kematian Julia yang begitu sadis membuat Allferd sangat sulit untuk merelakan kematian Julia begitu saja.

Stella menghampiri Allferd dengan senyuman lugunya, ia melompat-lompat di atas pasir tanpa menggunakan alas kaki tepat di hadapam Allferd yang sedang duduk, hal itu Stella lalukan secaa berulang-ulang seperti anak kecil.

"Aku baru ingat jika kita belum pernah melalukan perkenalan," Stella memulai pembicaraan terlebih dahulu di antara mereka.

"Kau benar," sahut Allferd membenarkan.

"Salah kau juga saat awal pertemuan kita kau langsung menciumku tanpa permisi," ucap Stella setengah mencibir, lalu perempuan itu mengulurkan tangannya mengajak Allferd untuk bersalaman.

"Kenalkan, aku Stella Daddario. Seorang aktris dan model dari branded ternama,"

Allferd tersenyum dan membalas jabatan tangan Stella. "Allferd Xander Maverick. Seseorang yang memilikimu,"

Mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Allferd dengan penuh percaya diri membuat Stella ingin segera melepaskan tangannya dari genggaman Allferd. Lagi, bukannya Allferd melepaskan melainkan Allferd menarik tangan Stella sehingga Stella terjatuh ke dalam pelukan Allferd.

Allferd menghela napas. "Maafkan aku,"

"Aku yakin bukan aku maksudmu," Stella berusaha melepaskan diri dari pelukan Allferd namun gagal pria itu semakin mengeratkan dekapanna kepada Stella.

"Maafkan aku," Allferd mengulang kalimatnya kembali.

"Not me," Stella kembali melepaskan dirinya dari dekapan Allferd dan kali ini berhasil, Allferd membiarkan Stella menjauh darinya.

Manik biru cerah Stella menatap Allferd dengan lekat, terdapat titik kesedihan yang tersembunyi di mata Allferd.

"Kau sering mengucapkan jika aku mirip dengan dia."

"Meskipun kau mengetahui tentang diriku tapi aku tidak mengetahui tentangmu sedikitpun," Stella melanjutkan kalimatnya, tatapannya tetap memandang Allferd yang terus tebungkam.

"Aku tidak sebodoh itu tuan Maverick. Kau menyamaiku dengan wanitamu. Kau tidak pernah menyadari kehadiran sosok Stella di hidupmu. Seolah aku hanyalah sebuah boneka Stella dan ragaku adalah wanitamu. Seakan aku hanya menjadi penghubung rasa rindu dan sayangmu kepada wanitamu. Bukankah begitu tuan X?"

Semua kata yang di ucapkan oleh Stella kali ini berhasil memohok Allferd, Stella semakin menyadarkan Allferd jika kisah cintanya dengan Julia sudah lama berakhir dan tidak akan pernah bisa terulang kembali. Seperti pepatah 'life is must go on.'

"Aku, Stella Daddario yang sekarang berada tepat di hadapanmu. Bukan wanita angan-anganmu,"

Stella memejamkan matanya kemudian menarik napasnya dalam-dalam. "Kau tahu jenis lawan apa yang paling sulit untuk di taklukan?"

Allferd hanya berkedip satu kali, tak ada jawaban dari bibir kejam Allferd kali ini. Hari ini Stella benar-benar membalas semua sikap dan perkataan Allferd dengan penuh sarkasme.

"Ketika lawanku adalah sesuatu yang tidak nyata. Seseorang yang ada di dalam benakmu, seseorang yang tak bahkan aku tidak tahu bagaimana rupa dia."

Allferd mengedipkan mata sekali lagi. "Dia persis sepertimu," jawab Allferd datar.

Stella menghela napasnya. "Aku bodoh dan aku lelah,"

"Kenapa?" Sahut Allferd dengan tenang.

"Aku telah melakukan hal bodoh dalam hidupku," lanjut Stella.

"Apa itu?"

"Bersamamu yang bahkan hatinya tidak ada di sini ketika aku sedang bersama jiwanya."

"Ketika aku bersamamu sebenarnya kau sedang tidak bersamaku. Kau berada di sampingku tapi hatimu berada di dalam sosok yang sangat jauh dari sini."

"Aku pergi. Terima kasih telah menyingkirkan Zach. Jangan pernah kau menemuiku lagi. Kita tidak berakhir karena kita tidak pernah memulai apapun," Stella berjalan meninggalkan Allferd yang masih terdiam duduk di atas kap mobil. Tanpa menggunakan alas kaki, Stella menghentikan taksi dan pergi dari pantai.

Allferdpun masih terdiam, seakan membiarkan Stella pergi dari hadapannya bahkan dari hidupnya sekalipun.

***

Allferd telah menandatangani sebuah kontrak untuk mengakhiri acara memasaknya secara sepihak meskipun harus membayar denda cukup besar.

Setelah dari gedung stasiun televisi, Allferd pergi ke sebuah pemakaman yang terletak di Los Angeles. Ia menghela napasnya melihat papan yang tertancap di atas rerumputan. Antonina Julia—nama yang terukir di atas papan itu.

"Aku tidak ingin kehilangan dia Julia. Kenapa dia harus mirip denganmu?" gumam Allferd, sorot matanya sangat jelas menunjukan rasa bimbang dan kesedihan dalam waktu yang sama.

"Setelah 8 tahun kau masih terjebak dengan masa lalumu?" suara bariton yang sudah lama tidak Allferd dengar berhasil membuat Allferd terkejut.

Aiden melepaskan kaca mata hitamnya kemudian menghela napas, ia ikut berdiri di samping Allferd memandangi tempat peristirahatan terakhir mendiang kekasih Allferd.

Allferd memandangi adiknya dengan bingung, bagaimana bisa Aiden yang 'kabarnya' sedang menyembunyikan diri di Italia dan sekarang berada di hadapannya. Allferd tidak percaya apakah benar jika di hadapannya saat ini adalah adiknya?

Selagi Allferd memandangi Aiden dengan penuh tanda tanya, Aiden tetap tenang memandang tempat peristirahatan terakhir Julia. Seakan mereka berdua sering bertemu, nyatanya sudah 8 tahun mereka tidak bertemu.

"Apa aku tidak salah mengenalimu?" Allferd menaikkan alisnya sebelah.

Aiden menoleh. "Kau pikir aku siapa huh?" sinis Aiden.

Senyuman terbit di bibir Allferd, rupanya ia tidak salah mengenali karena ini benar-benar adiknya.

"Bagaimana kau bisa di sini?" Akhirnya Allferd menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya.

Aiden mengulas senyuman. "Victoria membawaku kemari. Dia menguping pembicaraanku denganmu di telpon saat itu, dia memaksaku untuk menceritakan semuanya, setelah aku menceritakannya dia membawaku kemari menggunakan alasan jika ia ingin mencoba makanan khas Amerika. Alasan yang bodoh, tapi dia berhasil mendapatkan ijin dari ayahnya. Dia mengatakan jika aku pasti merindukan kampung halamanku setelah 8 tahun menyembunyikan diri."

Allferd menengok ke belakang, ada sosok gadis bersurai cokelat di belakang sana dengan jarak yang cukup jauh dari mereka. Ternyata gadis manja itu baik, pikir Allferd.

"Sampaikan rasa terima kasihku kepada gadis manjamu,"

"Akan ku sampaikan," balas Aiden.

"Bagaimana keadaan Caryn?" tanya Aiden.

"Kau masih menyembunyikan pekerjaanmu dari adik kita? Caryn hanya mengetahui jika kau bekerja di sebuah restaurant Itali yang berada di Las Vegas." jawab Allferd sinis.

"Hanya kau yang mengetahui keberadaanku. Bagaimana keadaanmu?"

"Aku bertemu dengan gadis—"

"Stella Daddario, memang awalnya jika di lihat sekilas dia mirip dengan Julia tapi sebenarnya mereka sangat berbeda." dengan cepat Aiden memotong pembicaraan Allferd yang belum terselesaikan.

"Bagaimana bisa kau tahu?"

"Aku sangat mengenali kakakku. Jadi jelaskan, bagaimana hubungan kalian sekarang?" Aiden bertanya kembali.

"Stella—Julia. Mereka berdua sangat mirip di mataku. Cintaku kepada Julia tidak akan pernah berubah. Stella benar, aku menganggap dia sebagai Julia bukan sosok Stella yang sebenarnya. Jika aku kehilangan sosok Stella maka aku kehilangan sosok Julia juga. Aku merasakan seperti ada Julia jika sedang bersama gadis itu,"

"Kau terobsesi dengannya?" simpul Aiden.

"Aku hanya menginginkan dia bersamaku, dan cintaku kepada Julia tidak akan pernah berubah."

"Kau egois saudaraku, sudah tidak ada lagi sosok Julia sejak 8 tahun yang lalu. Lupakan, dan pikirkan juga perasaan gadis itu. Lepaskan jika kau tidak mencintainya, pertahankan jika kau mencintainya."

Aiden menepuk bahu kakaknya sebanyak dua kali. "Aku pergi, Victoria sudah menungguku."

Setelah mendapatkan ijin dari Allferd, Aiden pergi menyusul Victoria yang sejak tadi telah menunggu pembicaraan kakak beradik itu.

"Vic, terima kasih." ucap Aiden sambil melangkah bersama Victoria pergi dari area pemakaman.

Victoria tersenyum manis.

"Dengan senang hati. Ini adalah pertama kalinya kau mengucapkan terima kasih kepadaku,"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***