"OH my Stel! Apa apa denganmu?" Jade meletakan tas tangannya di atas meja ruang santai kemudian menghampiri Stella yang terus menangis, padahal sekarang waktu sudah pagi. Jade datang kemari karena Stella yang menelponnya pagi buta tadi dan meminta untuk di bawakan beberapa botol Champagne, salah satu jenis minuman alkohol asli Prancis yang paling di sukai oleh Stella.
Stella menghela napasnya sambil memegang botol minumuman itu dan menatapnya dengan sendu. "Aku ingin Margarita," gumam Stella.
"Apa kau ingin berpesta atas kesedihanmu?" sahut Jade skeptis mendengar permintaan konyol Stella.
Stella mnggeleng pelan kemudian menuangkan sampanye ke dalam gelas, kondisi Stella sangat kacau sekarang.
Sembari menenggak sampanye itu hingga tandas, bayangannya tertuju pada Margarita, alkohol koktail yang terdiri dari tequila dicampur dengan Triple Sec dan jeruk limau atau jus jeruk, biasanya disajikan dengan garam pada pinggiran gelasnya. Ini adalah koktail tequila berbasis paling umum di Amerika Serikat.
"Melihat kondisimu yang kacau seperti ini aku sudah membatalkan semua jadwal pekerjaanmu hari ini. Jadi jelaskan, ada apa denganmu?" Jade menuangkan sampanye ke dalam gelas kosong Stella.
Stella menghela napasnya setelah menghabiskan sampanye di gelas keduanya. "Zach.. berselingkuh di belakangku,"
Jade membelakakan mata, "Bagaimana.. bagaimana bisa? Ini tidak mungkin, aku tidak percaya."
Stella terdiam tatapannya melamun namun tangannya bergerak membuat pola lingkaran menggunakan gelas kaca berkaki sehingga sampanye di dalam gelas ikut teraduk. Hubungan Zach bersama wanita berambut merah, kematian Zach di dahapannya saat itu juga, dan sosok Allferd yang sama sekali tidak ingin untuk Stella ingat. Semua hal itu terus berputar dalam benaknya sekarang juga.
"Lalu di mana sekarang dia? Bagaimana bisa kau mengetahui jika Zach berselingkuh?" Jade tidak bisa menahan pertanyaan yang terlintas dalam benaknya begitu saja.
Stella kembali menenggakan sampanyenya hingga tandas, ini adalah gelas ke tiganya. "Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya."
Ponsel Stella berdering, tanpa melihat siapa yang menelponnya ia langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Kau terlihat buruk," suara bariton di sebrang sana membuat Stella mengernyitkan dahi, merasa sudah tak asing dengan suara pria ini.
Sedetik kemudian Stella berhasil mengingat siapa pemilik suara ini, dirinya sudah terlalu pusing untuk memaki Allferd dan menanyakan bagaimana cara pria itu mendapatkan nomor ponselnya.
Jika mengetahui sosok Zach yang selama ini backstreet dengan Stella termasuk mengetahui kedok Zach juga, sudah pasti hanya untuk masalah nomor ponsel itu bukanlah sebuah pekara yang sulit untuk Allferd mengetahuinya.
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu," sahut Stella malas.
"Kalau begitu berhentilah minum sampanye, aku akan membawamu ke suatu tempat."
Meskipun keadaan Stella sudah setengah mabuk, tapi ia masih terkejut dengan perkataan Allferd barusan. Bagaimana bisa pria itu mengetahui apa yang sedang ia lakukan?
"Kau menguntitku?"
"Aku tidak menguntitmu, aku hanya menjagamu."
"Letakan kembali sampanye dan usir temanmu atau aku akan memenggal kepalanya," lanjut Allferd, Stella melirik Jade yang sedang duduk di sofa sebrangnya.
Stella mengacak-acakan rambut pirangnya dengan kasar. "I'll kill you!" desis Stella sebelum panggilan di akhiri sepihak olehnya.
"Ada apa?" Jade penasaran.
Stella tersenyum tipis dan menatap Jade dengan sayu, tidak tidur dan minum alkohol membuatnya lelah tapi juga tenang.
"Aku ingin istirahat Jade, kau bisa kembali sekarang." Usir Stella, semua perkataan Allferd bagaikan pisau untuknya seakan siap menerkamnya setiap saat dan tak pernah bercanda.
Jade tersenyum, memaklumi sikap Stella sekarang. Ia mengambil tas tangan yang di bawanya kemudian pergi dari apartement Stella setelah pamit. Stella berbaring di sofanya sembari menunggu Allferd datang atau lebih tepatnya ia terlalu lelah untuk menunggu. Napas Stella mulai teratur, artinya perempuan itu sudah tertidur dengan pulas.
***
"ALLFERD!" teriakkan Edgar menegur Allferd menggelegar terdengar di seluruh penjuru ruangan rapat.
Allferd mematikan ponselnya dan menatap semua orang dengan tatapan tak berdosa. Edgar mengusap rambutnya dengan kasar melihat sikap Allferd yang tidak seperti biasanya selama beberapa minggu terakhir ini, sikap Allferd cenderung kekanakkan di bandingkan kejam dan tegas sebagaimana reputasinya. Dalam hati Allferd merutuki Edgar karena mengganggu, padahal Allferd sibuk memperhatikan Stella melalui cctv yang ia pasang di apartement milik Stella.
Allferd berdeham, menenggakan posisi duduknya. "Lupakan projek itu, aku akan membeli saham CH Network."
"Sejak tadi kami berunding kau sama sekali tak memperhatikan," ujar salah satu anggota direksi yang menghadiri rapat.
"Mereka sudah tamat," jawab anggota direksi yang lain.
"Kata siapa? Program suara mereka akan berguna," balas Allferd tak mau kalah.
"Nilai saham mereka terus menurun? Bagaimana kau mengatasinya?"
Allferd mengambil sebuah tablet yang tergeletak di atas meja, "Mendapatkan keahlian mereka akan menguntungkan kita. Pikirkanlah jangka panjangnya,"
"Untuk projek itu, pikirkanlah stabilitas dan sistem teknologi lebih baik dari sebelumnya yang kita punya. Untuk projek ini gunakanlah program suara agar tidak di salah gunakan." Sambung Allferd, ia berdiri bersiap untuk mengakhiri rapat ini.
"Rapat selesai. Kita adakan rapat kembali saat tim keamanan sudah menyempurakan projek baru kita." Tanpa menunggu anggota direksi menunduk sopan kepada Allferd, pria itu langsung keluar dari ruangan rapat begitu saja.
Allferd kembali mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Stella, tidak perlu menunggu lama Stella sudah mengangkat panggilan darinya.
"Kau terlihat buruk,"
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu," Stella menanggapi ucapan Allferd dengan nada yang tak berminat.
"Kalau begitu berhentilah minum sampanye, aku akan membawamu ke suatu tempat." Tanpa menjauhkan ponsel dari telinga, Allferd mengambil remote mobil dari saku, hanya dengan memencet sebuah tombol pintu mobil Allferd sudah terbuka secara otomatis. Mobil Allferd memang sengaja di parkirkan di depan gedung perusahaan.
"Kau menguntitku?"
"Aku tidak menguntitmu, aku hanya menjagamu." Balas Allferd tanpa beban.
"Letakan kembali sampanyemu dan usir temanmu atau aku akan memenggal kepalanya," Allferd mulai menyalakan mesin mobil.
"I'll kill you,"
BIP
Allferd tersenyum mendengar desisan Stella, kemudian menginjak pedal gas mobil sport kuningnya dalam-dalam, membelah kota New York di pagi hari dengan kecepatan tinggi.
***
"Allferd turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Stella terus memberontak dan berusaha agar ia turun dari bopongan Allferd. Tak sampai 10 menit yang lalu ketika Stella sedang berbaring di sofa tiba-tiba Allferd datang dan langsung membopongnya seolah Allferd sedang mengangkut karung beras. Stella tidak menyerah memukul punggung Allferd sekuat tenaga untuk segera menurunkannya.
Allferd datang ke apartementnya lebih cepat dari dugaan Stella, tak mungkin juga Stella merias dirinya ketika sedang berada dalam kondisi setengah mabuk dan Jadepun sudah Stella usir sesuai perintah Allferd tadi.
Jika seperti ini Stella tidak membutuhkan obat pereda mabuk karena hanya sikap Allferd yang sesuka hati dan kurang ajar berhasil membuat Stella cepat marah.
Apa kata media jika Stella tertangkap basah sedang bersama Allferd dan tidak memakai riasan wajah sedikitpun?
Stella menjadi takut bila ada artikel yang berbunyi, 'Stella Daddario seorang aktris dan model tertangkap kamera keluar apartement tanpa memakai riasan wajah. Beginilah penampilannya,'
"Allferd sialan! Kau hendak membawaku pergi kemana? Aku tidak memakai riasan wajah sedikitpun!" saat Allferd membawanya menuju basemant Stella berusaha menutup wajahnya, khawatir jika ada paparazzi yang menangkapnya sedang di bopong oleh seorang laki-laki, padahal selama ini Stella berhasil menyangkal rumor kencannya dengan pria-pria ternama hanya karena dekat.
"Apa kau tidak khawatir jika paparazzi menangkap kita seperti ini?"
Saat pintu mobil Allferd sudah terbuka ke atas hanya dengan memencet tombol remotenya, Allferd menurunkan Stella di kursi penumpang sebelah kemudi. Allferd menatap manik mata biru cerah milik Stella.
"Itu akan bagus jika paparazzi menangkap kebersamaan kita. Jadi, tidak akan ada lagi pria yang akan mendekatimu. Karena semua orang tahu jika kau hanya milikku seorang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Khu Jaenab
suka sama sikapx Al ma Stella
2021-10-01
2
Παλωα ανγωαρμαση ζηλανω
thorr aku merinding thor bacnya.. tapi suka
2020-06-02
3