Berlian Muncul di depan Air terjun dekat dengan rumah kakek, ia segera berlari menuju rumah kakek.
"Ah, akhirnya aku kembali, aku tidak akan pernah menyentuh air terjun itu lagi." ucap Berlian.
"Walaupun Dunia Pelangi Indah tetapi mengerikan." gumam Berlian.
Belian melihat sebuah Mobil hitam mewah telah terparkir di halaman rumah Kakek.
"Ayah, bisakan Berlian tidak kembali lagi kemari?" tanya Papa pada Kakek.
"Ini adalah kehendak takdir, dan itu adalah perjanjian yang telah di ramalkan." jelas Kakek.
Nini hanya terdiam, ia merasa bersalah, kedatangannya ke Dunia ini adalah sebuah kesalahan.
"Maafkan Nini." ucap Nini lembut.
"Aku tahu, Nini dari dunia yang berbeda, tetapi kenapa harus Berlian yang kembali ke Dunia Pelangi?" Mama menangis.
Barack hanya terdiam, ia juga bingung dengan keadaan Berlian, harusnya Berlian adalah reinkarnasi seorang Dewi dan Mama adalah titisan Nini.
"Nini, bisakah Barack yang menggantikan Berlian?" tanya Barack.
"Itulah yang kakek harapkan, tetapi kita tidak bisa merubah takdir yang telah ditetapkan." ucap kakek memeluk Nini.
Berlian mendengar suara tangisan Mama. Ia segera masuk ke dalam.
"Mama." Suara Berlian menghentikan tangisan Mamanya.
"Lian Sayang, bagaimana keadaan kamu." Mama memeluk Berlian.
"Lian baik ma." jawab Berlian.
"Lian, kita pulang sekarang." Mama menarik tangan Berlian dan masuk ke mobil, diikuti Papa dan kakaknya.
Berlian hanya terdiam, ia melihat wajah sedih Nini dan Kakek dari dalam mobil.
Berlian bingung kenapa keluarga terlihat histeris.
"Mama, Berlian belum pamit sama kakek dan Nini." suara lembut Berlian, ia melihat pakainya telah berganti dengan pakaian pertama kali ia pergi ke Dunia Pelangi.
"Lian Sayang, Kamu sudah satu bulan hilang di dalam hutan." Mama memegang erat tangan Berlian.
"Apa? Satu bulan, Satu Minggu Ma." Berlian membantah.
" Lian,selesaikan skripsi kamu!" tegas kakaknya.
"Apa yang kak Barack katakan benar." lanjut Papa.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tiba - tiba aku muncul di Dunia yang berbeda." ucap Berlian.
"Lupakan semuanya." ucap Mama.
"Ma, apakah semua itu nyata?" tanya Berlian.
Papa dan Barack saling bertatapan, mereka melihat kasihan pada Berlian.
"Sayang, tidurlah, kamu pasti lelah." Mama membaringkan kepala Berlian di pangkuan Mama.
Berlian hanya terdiam, memejamkan matanya dan tertidur karena Berlian benar-benar lelah.
Berlian tidur di pangkuan Mama hingga sampai ke rumah.
Barack menggendong adiknya sampai ke kamar.
Meletakkan tubuh Berlian dengan perlahan di atas tempat tidur yang mewah.
Barak membuka sepatu Berlian dan meletakkan di atas rak sepatu.
"Lian, maafkan Kakak." Barack mengusap rambut lembut Berlian.
"Shadow" Berlian berteriak dan terbangun.
"Siapa Shadow?" tanya Barack yang duduk di samping Berlian
"Pria di negeri Pelangi." Berlian beranjak dari tempat tidur.
"Apakah kamu benar-benar pergi ke sana?" tanya Barack menutup buku yang ia baca.
"Ya, harusnya aku tidak pergi ke Negeri itu" ucap Berlian
"Kenapa?" tanya Barack memperhatikan Berlian.
"Mengerikan, sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Dunia ini tetapi dapat terjadi di sana." Berlian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.
Barack masih menunggu Berlian,
"Kenapa kakak tidak kembali ke kamar?" Berlian mengerikan rambutnya.
"Kamu akan tetap kembali ke sana" Barack menatap Berlian
"Apa maksud Kakak?" Berlian bingung.
"Kamu telah terhubung dengan Dunia itu." jelas Barack.
"Turunlah!" Barack meninggalkan Berlian dalam keadaan Bingung namun tetap mengikuti Kakaknya turun ke bawah.
Papa dan Mama menunggu di meja makan.
"Lian, kemarilah, kita makan malam bersama." ucap Mama.
Mereka makan bersama hingga selesai.
Barack dan Berlian kembali ke kamar Berlian, Barack duduk di balkon, ia membaca buku kesehatan. Berlian berjalan mendekati Barack.
"Selama Kamu menunggu kelulusan datang ke rumah sakit Papa" Barack berbicara tanpa melihat Berlian.
"Apa yang akan aku lakukan?" tanya Belian.
" Menjadi asisten pribadi ku" Jawab Barack.
" Membosankan" Gumam Berlian
"Aku bisa mendengarkannya" tegas Barack
"Kak, ini malam Minggu kenapa kamu tidak pergi kencan saja." Berlian merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia tidak mengantuk karena dalam perjalanan pulang Berlian terus tidur nyenyak.
"Aku tidak bisa kencan karena harus menjaga adikku." Barack menatap Berlian.
"Aku sudah besar tidak perlu di jaga, pergilah berkencan, ada ribuan gadis menunggu dirimu." Berlian melirik Barack dan tersenyum menggoda.
"Bulan Depan usia kamu genap 17 tahun dan hampir selesai kuliah kedokteran, apa kamu tidak berpikir itu terlalu cepat." Barack berjalan mendekati Berlian.
"Itu karena aku terlalu cerdas saja." Berlian duduk di tempat tidur dan menyenderkan tubuhnya pada kepala tempat tidur.
"Karena Kamu memiliki keistimewaan, setiap mengerjakan soal ujian kamu bukan cuma melihat Soal saja tapi jawaban juga." Barack menatap tajam Berlian yang terkejut.
"Bagaimana Kakak mengetahuinya?" Berlian Terus merahasiakan keistimewaan yang ia miliki.
"Karena Kakak juga sama." ucap Barack melemparkan sebuah buku tebal kepada Berlian.
"Apa ini? " Berlian melihat buku berjudul " Tabib Cantik Bulan Purnama"
"Itu ramalan tentang dirimu yang diberikan oleh teman Kakak dengan kemampuan sama" jelas Barack.
"Kita memilih jadi Dokter Karena tanpa memeriksa pasien kita sudah tahu penyakit dan cara mengobati mereka, dan itulah kamu memilih Dokter umum karena berhubungan langsung dengan pasien, benarkah?" Barack menyelidiki Adiknya dan Berlian hanya mengangguk.
"Dengarkan sekarang kamu harus tahu semuanya" tegas Barack, Berlian mengangguk.
Barack menceritakan sebenarnya, Kakek dan Nini meminta Barack untuk tinggal di hutan agar mereka bisa merubah takdir dan ramalan.
Namun Mama tidak mau memberikan Putra pertama yang sangat di sayangi dan dicintai.
Sejak lahir Barack dan Berlian telah memiliki keistimewaan, kecerdasan melebihi anak usia mereka karena memiliki seorang nenek luar biasa dari dunia yang berbeda.
Dengan keistimewaan itu, Berlian dan Barack dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari normalnya.
Di usia 17 tahun Berlian dan Barack menyelesaikan pendidikan mereka.
Barack memilih Dokter bedah karena ia bisa melihat berhasil atau tidaknya operasi, dan ia tahu cara pengoperasian dengan akurat.
Sedangkan Berlian memilih Dokter umum, Karena ia bisa mengetahui penyakit seorang pasien dan cara mengobatinya.
"Bacalah Buku itu!" perintah Barack dan berjalan meninggalkan Berlian.
"Kakak mau kemana?" tanya Berlian
"Kencan."Jawab Barack berlalu padahal ia membohongi adiknya.
"Ah curang." Berlian melempar bantal kepada kakaknya.
"Aku sangat mengkhawatirkan dirimu ketika di tarik oleh Dunia Pelangi." Barack berjalan Menuju kamarnya.
Berlian membuka Buku tebal dan sangat Bagus, helaian bukan dari kertas.
"Apa yang kakak pikirkan?" Berlian duduk di ujung tempat tidur.
*********
**Mohon dukungannya untuk selalu memberikan Like Komentar Vote dan Bintang 5 😘 Terimakasih
Semoga Readers semua selalu dalam keadaan sehat dan mendapatkan rezeki yang berlimpah Aamiin 😇
Love You Readers 💓 Thanks for Reading ♥️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Fit Tree Fitri
Terima kasih 🥰
2021-12-23
0
Mei Ambar Sari
sempurna
2021-12-22
0