Asoka

Berlian melihat seorang pria tampan berjalan mendekatinya.

" Apakah tidak ada pria jelek di dunia ini ?" pikir Berlian.

Pria itu tersenyum,

" Wah,, senyuman menghancurkan dunia ku " suara hati Berlian yang hanya bisa didengarkan oleh dirinya sendiri.

" Halo Nona cantik, perkenalkan nama ku Asoka, saudara kembar Asika " Asoka kembali tersenyum mendekati Berlian, menyentuh dagu runcing milik Berlian.

" Tempat ini sungguh tidak pantas untuk wanita secantik dirimu" Asoka menggendong Berlian.

" Aku bisa berjalan sendiri " Berlian berusaha memberontak.

" Diamlah atau Asika akan datang kemari" tegas Asoka yang kesulitan menggendong Berlian Karena ia terus bergerak, Berlian segera diam dan memegang pada leher Asoka.

King melihat kepergian Berlian di bawa Asoka, ia segera merubah diri menjadi lalat agar bisa mengikuti Asoka.

" Harus berapa lama lagi aku menunggu purnama, aku mau pulang" Berlian berbicara sendirian di dalam hatinya.

Asoka membawa Berlian berlari cepat hingga tidak terlihat, bahkan King kehilangan jejak mereka.

Mereka telah berada di Padang rumput yang sangat luas.

" Kenapa kamu membawa ku kemari?" tanya Berlian

" Apakah kamu seorang tabib yang hanya datang dan pergi di bulan Purnama?" tanya Asoka meneliti Berlian.

" Mungkin" jawab Berlian singkat ia duduk di atas rumput yang memiliki bunga berwarna biru dan putih.

" Bisakah kau mengobati Ibuku?" wajah Asoka tampak sedih.

" Ibumu sakit apa ?" tanya Berlian penasaran.

" Aku tidak tahu, Ayah dan Asika telah mengasingkan ibuku, mereka takut penyakit ibu akan menular bahkan aku dilarang berjumpa dengan ibu" Asoka membaringkan tubuhnya di atas rumput menata langit yang mulai berwarna jingga.

" Bawakan aku bertemu dengan ibumu" ucap Berlian.

" Benarkah?" tanya Asoka yang langsung duduk dan menggenggam tangan Berlian.

" Kita lihat saja kondisi ibumu" Berlian tersenyum.

Tanpa memberitahu terlebih dahulu, Asoka kembali menggendong Berlian berlari secepat kilat Menuju sebuah gua di dalam hutan dengan banyaknya penjaga.

Tidak ada yang tahu Asoka masuk ke dalam Gua menemui ibunya.

Berlian melihat seorang wanita dengan pakaian kumuh tidak terawat berbaring di atas tempat tidur batu beralaskan tikar.

Berlian mendekati ibu Asoka yang tentu saja ibu dari Asika.

" Seperti Cacar tapi beda " gumam Berlian.

" Bagaimana?" tanya Asoka

Berlian memerhatikan wajah dan tubuh ibu Asoka yang sedang tertidur pulas dengan keringat yang menempel di dahinya, ia dapat mengetahui bahan apa yang dibutuhkan.

" Apakah kamu punya pena dan kertas?" tanya Berlian

" Tentu saja , ketika ibu belum parah ia sering menggambar dan menulis puisi, kemarilah" Asoka menarik tangan Berlian.

Sebuah lemari pakaian, meja dan kursi, ada banyak lukisan cantik yang menempel di dinding gua. Berlian memperhatikan lukisan indah milik ibu Asoka.

" Jika ia di duniaku Lukisan ini akan di bayar dengan harga yang fantastis " ucap Berlian

Asoka mengambil sebuah kertas dan tinta untuk Berlian menulis.

Berlian duduk di kursi dan menulis beberapa nama tumbuhan.

" Asoka, apa kamu mengenali tumbuhan ini?" Berlian menyerahkan kertas kepada Asoka.

" Tentu saja, kamu bersembunyi di sini, aku akan segera kembali " ucap Asoka menunjukkan tempat sembunyi untuk Berlian di dalam Gua.

" Bisakah kamu kembali dengan membawa makanan, aku sangat lapar " ucap Berlian.

" Baiklah, jangan sampai kamu tertangkap" tegas Asoka dan segera berlari cepat dan hilang.

" Kenapa dia terus tidur?" pikir Berlian yang terus memperhatikan Ibu Asoka.

Berlian menyentuh tangan wanita yang terbaring lemah, bercak-bercak merah sangat jelas terlihat di kulit putih pucat.

" Sepertinya ia diracuni atau ini adalah ilmu sihir seseorang?" pikir Berlian dalam hati.

Berlian duduk di samping ibu Asoka, tidak berapa lama Asoka telah kembali membawa bahan obat dan banyak makanan.

" Hai, aku telah menyiapkan semuanya" Asoka tersenyum.

" Wah banyak sekali makanan" Berlian tersenyum bahagia ia berjalan mendekati Asoka yang telah menata makanan di atas meja batu.

" Makanlah dulu,, setelah itu baru obati Ibuku" Senyum manis dan tulus dari Asoka Seperti seorang bayi.

" Baiklah, terimakasih" Berlian berbisik di telinga Asoka.

" Kemarilah" Asoka menarik tangan Berlian masuk ke dalam Gua dan melihat sebuah taman dengan air terjun.

" Bersihkan tanganmu disini" Asoka memegang tangan Berlian dan mendekatkan pada air terjun, mereka mencuci tangan bersama.

Berlian memandang wajah imut dan Tampan Asoka.

" Pasti usianya masih sangat muda" pikir Berlian.

Mereka makan bersama, Setelah selesai makan, Berlian segera membuat ramuan untuk ini Asoka.

" Asoka, rebuslah ramuan ini hingga mendidih " Berlian menyerahkan ramuan yang telah ia masukan dalam wadah dan diberi air.

Asoka segera menghidupkan api di bagian terdalam Gua, dan merebus Ramuan.

Berlian menumbuhkan ramuan yang akan di Balur pada tubuh ibu Asoka.

Berlian berjalan mendekati Asoka yang sedang menjaga ramuan di atas api agar segera mendidih.

" Tinggalkan saja , sekarang Balur ramuan ini pada tubuh ibumu" Berlian menyerahkan Ramuan yang telah halus dan diletakkan dalam wadah keramik.

" Baiklah, Terimakasih" Asoka mengambil wadah dari tangan Berlian dan berjalan mendekati Ibunya diikuti Berlian.

Asoka membuka pakaian ibunya, dengan telaten ia mengusap ramuan yang telah halus pada sekujur tubuh ibunya.

Berlian memperhatikan Asoka,

" Asoka, kenapa ibumu di asingkan? tanya Berlian penasaran.

" Karena ia sedang sakit" jawab Asoka tanpa melihat Berlian.

" Apakah Asika pernah mengunjungi ibu kalian?"

" Asika yang membuat ibuku sakit" ucap Asoka sedih.

Berlian terkejut,

" Bukankah kalian adalah saudara kembar, bagaimana Asika bisa menyakiti ibunya sendiri" tanya Berlian

"Wanita ini hanya adalah ibu asuhku, dia seorang penyihir dan istri kedua Ayahku"

"Oooo" Berlian membulatkan mulutnya tanpa sadar hingga Asoka menatap heran padanya.

" Maafkan aku, pantas saja kalian berbeda mungkin karena pengasuhan yang berbeda" ucap Berlian dan duduk di ujung tempat tidur.

Asoka Kembali merapikan pakaian ibunya yang tidak luput dari pandangan Berlian.

Asoka berjalan menuju tungku api tempat ia merebus ramuan dan mengangkatnya.

Ia memindahkan air rebusan ke teko porselen yang sangat cantik dan membawanya ke tempat tidur ibunya.

" Letakkan saja di meja batu, ketika sudah dingin berikan kepada ibumu untuk diminum" jelas Berlian.

" Terimakasih" Asoka tersenyum imut.

" Ah , awalnya aku pikir ia pria dewasa yang cool dan sadis ternyata la sangat lucu dan menggemaskan" Berlian tersenyum sendiri dan berbicara dalam hatinya.

" Ibumu seorang penyihir tapi kenapa ia menjadi lemah tak berdaya?" Berlian benar-benar penasaran.

" Asika telah menghisap semua tenaga dalam Ibuku yang tersisa, ia tidak mau Ibuku memberikan tenaga dalamnya kepadaku, Asika ingin lebih hebat dan kuat." Asoka terlihat sedih.

" Apakah kamu lebih hebat dari Asika?" Berlian benar - benar merasa nyaman berbicara dengan Asoka seperti adik sendiri.

" Aku lebih hebat dan kuat tapi aku tidak pernah menggunakan kekuatan ku" Asoka duduk di samping meja batu.

" Bagaimana dengan dirimu?" tanya Asoka.

" Aku akan segera pergi ketika purnama muncul, Bolehkah aku bersembunyi di sini menunggu purnama" Berlian berjalan mendekati meja batu dan duduk di depan Asoka.

" Tentu saja, disini purnama akan muncul seminggu sekali" ucap Asoka polos.

" Apa? jadi Aku tidak perlu menunggu satu bulan" Berlian sangat bahagia.

" Tunggu dulu, tapi kenapa kakek ku harus menunggu satu bulan untuk kembali? Berlian bingung.

" Aku tidak tahu tapi Bulan purnama selalu muncul di malam Minggu, malam ini " ucap Asoka.

" Benarkah, Benarkah" Berlian menggoncang - goncang tubuh Asoka.

" Apa kamu ingin membunuh ku?" kepala Asoka pusing.

" Dengar aku sangat beruntung bertemu dengan dirimu, malam purnama, dan kamu mmebawaku ketempat yang ada air terjunnya, oh akhirnya" Berlian benar-benar bahagia.

" Bagaimana dengan ibuku?" Asoka mulai khawatir.

" Kemarilah" Berlian menarik tangan Asoka.

" Lihat, aku telah meracik ramuan untuk ibumu, lakukan seperti yang telah aku ajarkan, 3 hari, ibumu akan sembuh" Berlian menjelaskan penuh semangat.

" Benarkah?" kebahagiaan terlihat di wajah polos Asoka.

" kamu adalah pria yang baik" Berlian menepuk pundak Asoka.

Ia melihat tangannya mulai menghilang, Berlian terkejut.

" Asoka apa yang terjadi padaku?" Berlian memperhatikan tangannya.

" Kamu akan pulang" jelas Asoka.

" Tunggu aku tidak butuh air terjun" Berlian sangat bahagia, ia akan kembali dengan sendirinya ke dunianya ketika cahaya rembulan mulai muncul.

Berlian berlari ke dalam Gua dan keluar diikuti Asoka, ia melihat Bulan merah Besar bagaikan matahari.

Berlian memeluk Asoka

" Terimakasih, Mulai hari ini kamu adalah adikku" Berlian memeluk Asoka dan menghilang.

" Adik?" Asoka tersenyum.

Terpopuler

Comments

Fit Tree Fitri

Fit Tree Fitri

terimakasih 😍
Author Update klo ada yang komentar dan Like ♥️

2020-02-18

0

💐d@€ng🌸

💐d@€ng🌸

kgn lama upx thor...

2020-02-13

1

Vizha

Vizha

tambah lagi dong Thor

2020-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!