Minta Maaf dan Salah Paham

Setelah berlari sambil menangis Aisyah memutuskan untuk berhenti dan duduk di kursi taman yang ada di jalan Malioboro untuk menenangkan diri.

sedangkan Hamdan yang sedari tadi mengikuti langkah Aisyah berdiri tidak jauh, seketika Hamdan berpikir tentang tindakannya tadi, 'tidak seharusnya aku menuduhnya seperti itu, untung Dia mau mengembalikan dompet ku kalau orang lain yang menemukannya pasti tidak akan dikembalikan' batinnya. Akhirnya Hamdan memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Aisyah

"Aisyah" panggilnya dengan lembut...

kemudian Aisyah yang sedari tadi terdiam hanya menoleh ke arah Hamdan, Hamdan langsung berlutut dihadapan Aisyah dan meminta maaf

"Maafkan saya, saya telah lancang menuduhmu mengambil kalung saya, terima kasih sudah mau mengembalikan dompet Saya, bukan maksud apa-apa...tapi kalung itu benar-benar sangat berharga untuk saya..."

belum selesai Hamdan meminta maaf dan memberikan penjelasan, Aisyah memotong ucapannya

"Sudahlah...sudah saya maafkan, lain kali Jangan terlalu mudah menuduh tanpa ada bukti, maaf memang mudah terucap namun hati belum tentu luluh hanya dengan kata maaf, untung saya yang anda tuduh seperti ini...bagaimana jika orang lain yang pendendam...ah ya sudahlah...lupakan saja anggap saja ini tidak pernah terjadi, sudah jangan berlutut seperti itu...saya tidak enak lihatnya". jelas Aisyah yang sudah lebih tenang daripada sebelumnya

"Baiklah, terima kasih banyak kau benar-benar wanita yang cantik paras dan hatinya"

tanpa disadari Hamdan memuji kecantikan Aisyah, seketika wajah Aisyah memerah

"Terima kasih terus pak...apa ngga ada kata lain...? cantik...? maksudnya apa? kenapa tiba-tiba bapak memuji saya..?" tanya Aisyah yang sedikit bingung

"Astaghfirullah... maaf-maaf...lupakan saja. Baiklah sebagai ucapan terima kasih dan maaf saya, izinkan saya mentraktir kamu terserah mau makan apa saja dimana saja atau pergi ke suatu tempat, kebetulan hari ini saya free karena sedang cuti" terang Hamdan menawarkan traktiran kepada Aisyah

namun Aisyah menolaknya

"Maaf pak, bukan apa-apa tapi saya ikhlas melakukan ini semua ini sudah menjadi kewajiban saya mengembalikan sesuatu yang bukan hak saya...jadi bapak jangan repot-repot" jelas Aisyah menolak tawaran Hamdan, Aisyah memang susah untuk diajak makan ataupun jalan jika hanya berdua karena ia takut menjadi zina.

Drrrrt... drrrrt... drrrrt...

Hp Hamdan bergetar tanda telepon masuk, hamdah langsung mengangkatnya

"Assalamualaikum...."

ternyata telepon tersebut dari ibunya

"Waalaikumussalam warohmatullah...Hamdan...kamu dimana nak?" tanya ibu Hamdan di seberang sana

"Hamdan lagi di jalan Malioboro Mam, lagi ambil dompet Hamdan yang tertinggal waktu di kereta itu, ada apa Mam?" tanya Hamdan yang heran tiba-tiba Mami nya menelpon, biasanya Mami menelpon di malam hari

"Kenapa kamu teledor banget, kalung warisan dari nenek digeletakin di lantai gini, kalo ilang gimana? mami ngga mau tau pokoknya kamu harus cepet-cepet nikah biar kalung ini ada yang pakai dan bisa jagain amanat nenek titik!"

Omel Mami Ira yang geram dengan keteledoran Hamdan dan langsung mematikan teleponnya tanpa berkata apapun

"Apa Mam? jadi kalungnya di rumah...Ya Ampun...aku sudah salah menuduh.., halo Mam..Mam...." jawab Hamdan yang kaget dan menanyakan ulang namun tidak ada jawaban karena telepon Maminya sudah dimatikan

'Kebiasaan deh Mami matiin telepon ngga bilang dulu' gumamnya sedikit menggerutu

Aisyah yang sedari tadi masih duduk, sedikit mendengar percakapan Hamdan dan Maminya Ia hanya senyum-senyum membayangkan betapa malunya Hamdan sudah menuduhnya.

"Yaa...Allah...aku benar-benar sudah salah paham menuduhnya, aku harus membuatnya bahagia hari ini untuk menebus kesalahanku..." gumamnya

sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu Hamdan mendekati Aisyah kemudian mengutarakan niatnya itu

"Aisyah, mungkin kamu sudah sedikit mendengar pembicaraan ku di telepon dengan mami ku...aku benar-benar minta maaf sudah sembarangan menuduhmu, sekarang izinkan aku menebus kesalahanku, katakan saja kau mau apa...? apa jalan ke suatu tempat? makan di restoran termahal? atau apa? terserah kamu, saya yang bayar"

tanya Hamdan dengan nada sedikit malu tapi tetap santai

Aisyah langsung menolak semua tawaran itu, karena Aisyah sedari kecil sudah menjadi kebiasaannya dia tidak suka ditraktir ataupun mentraktir, baginya kalau mau sesuatu ya pakai uang sendiri karena ada Rasa tidak enak

"sebelumnya terima kasih banyak pak, atas tawarannya, tapi mohon maaf tanpa bapak menawarkan itu semua saya sudah memaafkan bapak. Jadi tidak perlu repot-repot seperti itu" tolak Aisyah dengan singkat

"kenapa begitu? hanya sekedar traktiran kan ngga apa-apa, mau ya... please.! sekalian saya mau kulineran disini tapi saya kurang paham dengan makanan disini..." Hamdan memohon kepada Aisyah

"Baiklah, jadi bapak pertama kali kesini?"

Hamdan hanya mengangguk, kemudian Aisyah melanjutkan perkataannya

"Akan saya tunjukkan tempat makan yang harus dikunjungi wisatawan ketika di Jogjakarta, mari ikuti saya..."

akhirnya Aisyah tidak tega karena Hamdan sudah memohon, Aisyah pun beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke suatu tempat diikuti oleh Hamdan

*******

Di Tempat Makan Pinggir Jalan

Aisyah berhenti di suatu tempat makan pinggir jalan, tatanannya seperti sebuah angkringan tapi menu yang disajikan hanya nasi gudeg, gorengan, teh manis, serta jeruk peras, dan makanan khas daerah yang terkesan biasa saja, tapi terlihat bersih dan rapi. Biasanya warung tersebut sangat ramai di sore hari. karena ini masih jam makan siang jadi belum terlalu ramai.

"Sudah sampai pak, di sini tempatnya...Mari masuk..!" ajak Aisyah kepada Hamdan

dengan raut yang agak sedikit kurang yakin Hamdan membuntuti langkah Aisyah masuk ke dalam warung yang hanya ada meja panjang di tengah dan dua kursi panjang yang saling berhadapan. akhirnya mereka memutuskan duduk saling berhadapan.

"Aisyah...!" panggil Hamdan

"Iya, ada apa pak..?" tanya Aisyah yang sedikit heran

"Apa kamu yakin mengajak saya makan di tempat seperti ini?"

tanya Hamdan yang sedikit risih dengan kondisi warung yang sesederhana ini, karena Hamdan pertama kalinya makan di pinggir jalan seperti ini, Dia terbiasa makan di kafe ataupun restoran berbeda dengan Aisyah, meskipun orang tuanya orang kaya, tapi Aisyah lebih suka makan di tempat yang sederhana. Selain lebih enak dan murah juga Aisyah berpikir jika membeli makanan di tempat seperti ini bisa membantu perekonomian rakyat kecil, sedangkan jika membeli makanan di restoran atau tempat yang mewah tentu pemiliknya orang kaya, mereka hanya ingin memperkaya diri.

"Saya terbiasa makan di tempat yang seperti ini pak, jangan khawatir...dengan rasanya don't judge book by the cover, Oke..!" tegas Aisyah yang melihat keraguan di raut wajah Hamdan.

JANGAN LUPA LIKE, COMMENT, (biar author tambah semangat up nya), Vote terus autor ya... DAN JADIKAN NOVEL INI SEBAGAI NOVEL FAVORIT KAMU YA...BIAR UPDATE TERUS EPISODE TERBARU DARI AUTHOR...keep hamasah buat reader bacanya...!!!

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Bagus ceritanya .
namun untuk setting tempatnya, tolong ya thor, pelajari lebih dulu posisi tempat² di Jogja biar tdk keliru....
ini masukan thor ...btw alur cerita sdh bagus kok.

lnjutt.

2025-01-05

0

Hany Hutagalung

Hany Hutagalung

allhamdulillah...
Gak ada lagi salah paham di antara mereka
semangat 💪 trs Thor

2021-08-28

0

Acha Setianingsih

Acha Setianingsih

aduuuuh e......setau aku,tentara itu ngirit....makan x di barak..lha ini sukax di resto n cafe...mantap betul 😁😁

2021-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan di Kereta Senja
2 Dompet Pak Tentara
3 Menelpon Pak Tentara
4 Mengembalikan Dompet Pak Tentara
5 Minta Maaf dan Salah Paham
6 Jangan Panggil Pak
7 Diimami Pak Tentara
8 Diantar Pulang Pake Moge
9 Motor Mogok di Hutan
10 Salah Paham
11 Belum Waktunya
12 Membangun Rumah di Surga
13 Ada Rindu Yang Menyatu
14 Kasmaran...?
15 Ingat Komitmen
16 Penyebab komitmen Aisyah
17 Tadabbur Alam With Ning Nula Berakhir Luka
18 Berkenalan dengan Gus Husain
19 Bertemu Anak Punk di Jalan
20 Merevisi Masakan Maryam
21 Penolakan pertama (Usaha part I)
22 Penolakan kedua, Menyesal
23 Penolakan Ketiga, Arzhan Meninggal
24 Rindumu, Rinduku, Rindu Kita menyatu dalam Do'a
25 Mendekati Dia untuk Mencintai Aku?
26 Tentang Jodoh
27 Mimpi Yang Aneh
28 Perfect Army for Me
29 Bertemu Gadis Koplak
30 Berdiskusi Hakikat Cinta
31 Ujian Kenaikan Pangkat
32 Panggilan Kapten
33 Kejahilan Aisyah
34 Wanita Tangguh
35 Akhirnya Wisuda
36 Surat Wasiat
37 Nasihat
38 Insyaallah Siap
39 Khitbah
40 Komitmen
41 Kalut
42 Menuju Ijab Qobul
43 Alhamdulillah Sah...
44 Prosesi Pamitan
45 Petir Kehangatan
46 Terasa Cepat
47 Bingung
48 Di Tempat Kapten
49 Aneh Tapi Nyata
50 Sarapan Perhatian
51 Pengalaman Endemik
52 Menemukan Baby Twins
53 Identitas Twins
54 Nama Baru Twins
55 Kesempatan dalam Kesempitan
56 Surprise From My Honey
57 Prank
58 Alhamdulillah... Lancar
59 Resiko
60 Baby Sitter Kembar
61 Kode yang aneh
62 Adik Untuk Twins
63 Malam Yang Indah
64 Teman Satu Frekuensi
65 Perpisahan
66 Grup WhatsApp Baru
67 Godaan Makhluk Rimba
68 Sebilah Rindu
69 Nostalgia Zidan
70 Tentang Kita
71 Ikatan Batin
72 Khawatir
73 Kemuning Dalam Hening
74 Penjelasan
75 Bisik-bisik Tetangga
76 Safari Mimpi
77 Menjaga Hati
78 Rencana Camping
79 Siapkah Berpisah?
80 Terasa Berat
81 Tak Sanggup Melepasnya
82 Pohon Kenangan
83 Aqila Rumaisha Nada
84 Bahagia Versi Kita
85 Pengakuan LAL
86 Tertangkap Basah
87 Sidang
88 Legalitas Hubungan Seks
89 Pembahasan Tentang Zina
90 Tawuran
91 Pesantren Solusi Kenakalan Remaja
92 Dua Garis? Positif?
93 Ternyata...
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Pertemuan di Kereta Senja
2
Dompet Pak Tentara
3
Menelpon Pak Tentara
4
Mengembalikan Dompet Pak Tentara
5
Minta Maaf dan Salah Paham
6
Jangan Panggil Pak
7
Diimami Pak Tentara
8
Diantar Pulang Pake Moge
9
Motor Mogok di Hutan
10
Salah Paham
11
Belum Waktunya
12
Membangun Rumah di Surga
13
Ada Rindu Yang Menyatu
14
Kasmaran...?
15
Ingat Komitmen
16
Penyebab komitmen Aisyah
17
Tadabbur Alam With Ning Nula Berakhir Luka
18
Berkenalan dengan Gus Husain
19
Bertemu Anak Punk di Jalan
20
Merevisi Masakan Maryam
21
Penolakan pertama (Usaha part I)
22
Penolakan kedua, Menyesal
23
Penolakan Ketiga, Arzhan Meninggal
24
Rindumu, Rinduku, Rindu Kita menyatu dalam Do'a
25
Mendekati Dia untuk Mencintai Aku?
26
Tentang Jodoh
27
Mimpi Yang Aneh
28
Perfect Army for Me
29
Bertemu Gadis Koplak
30
Berdiskusi Hakikat Cinta
31
Ujian Kenaikan Pangkat
32
Panggilan Kapten
33
Kejahilan Aisyah
34
Wanita Tangguh
35
Akhirnya Wisuda
36
Surat Wasiat
37
Nasihat
38
Insyaallah Siap
39
Khitbah
40
Komitmen
41
Kalut
42
Menuju Ijab Qobul
43
Alhamdulillah Sah...
44
Prosesi Pamitan
45
Petir Kehangatan
46
Terasa Cepat
47
Bingung
48
Di Tempat Kapten
49
Aneh Tapi Nyata
50
Sarapan Perhatian
51
Pengalaman Endemik
52
Menemukan Baby Twins
53
Identitas Twins
54
Nama Baru Twins
55
Kesempatan dalam Kesempitan
56
Surprise From My Honey
57
Prank
58
Alhamdulillah... Lancar
59
Resiko
60
Baby Sitter Kembar
61
Kode yang aneh
62
Adik Untuk Twins
63
Malam Yang Indah
64
Teman Satu Frekuensi
65
Perpisahan
66
Grup WhatsApp Baru
67
Godaan Makhluk Rimba
68
Sebilah Rindu
69
Nostalgia Zidan
70
Tentang Kita
71
Ikatan Batin
72
Khawatir
73
Kemuning Dalam Hening
74
Penjelasan
75
Bisik-bisik Tetangga
76
Safari Mimpi
77
Menjaga Hati
78
Rencana Camping
79
Siapkah Berpisah?
80
Terasa Berat
81
Tak Sanggup Melepasnya
82
Pohon Kenangan
83
Aqila Rumaisha Nada
84
Bahagia Versi Kita
85
Pengakuan LAL
86
Tertangkap Basah
87
Sidang
88
Legalitas Hubungan Seks
89
Pembahasan Tentang Zina
90
Tawuran
91
Pesantren Solusi Kenakalan Remaja
92
Dua Garis? Positif?
93
Ternyata...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!